CIBINONG TODAY – Teti Subiarti, 45 tahun, adalah seorang guru honorer di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Mathlaul Anwar Ciangsana, Desa Tapos I, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor.

Sudah 24 tahun mengabdi menjadi seorang tenaga pendidik atau guru di madrasah, Teti merasakan betul asam garam dunia pendidikan di Indonesia, khususnya di Kabupaten Bogor, di sekolah tempatnya mengajar.

Teti, setiap hari mengajar anak didiknya dari hari Senin hingga Sabtu. Meski lelah kadang menghampirinya, Teti tetap memiliki tekad mengajarkan yang baik kepada muridnya di sekolah.

Sebagai seorang perempuan, seorang Ibu, kesibukan Teti juga tidak hanya bermuara di sekolah tapi juga di rumah.

Teti memiliki tiga orang anak, dua perempuan satu laki-laki. Berprofesi sebagai guru, Teti mengaku tak mengharapkan lebih apa yang didapatnya. Namun, kebutuhan terkadang membuatnya mengeluh.

Teti bersama suami, harus menyekolahkan ketiga anaknya. Suami Teti bekerja sebagai tenaga serabutan, pekerjaannya tak menentu. Bahkan, menjadi tukang kuli bangunan pun kadang dikerjakannya, demi memberikan pendidikan terbaik kepada tiga anaknya.

Meski berjalan terengah-engah, Teti memaksakan diri menyekolahkan ketiga anaknya. Bahkan di antara ketiganya, Teti bersama suami menguliahkan anaknya ke jenjang perguruan tinggi.

BACA JUGA :  Lokasi SIM Keliling Kota Bogor, Senin 6 Mei 2024

Sudah 24 tahun mengajar, pendapatan pokok Teti tidak terlalu besar. Namun ia sedikit bersyukur karena juga mendapatkan per tri wulan dari pemerintah daerah juga dari anggaran Bantuan Operasional Sekolah (BOS).

“Alhamdulilah, saya nikmati saja. Semoga ilmu yang saya ajarkan ini menjadi berkah untuk anak murid saya,” kata Teti dihubungi wartawan melalui telepon selulernya, Senin (25/11/2019).

Di samping itu, Teti mengaku kondisi sekolahnya saat ini masih belum stabil. Pasca diterjang bencana beberapa waktu lalu, bangunan sekolah kini cukup memprihatikan bahkan beberapa anak murid juga sempat terpaksa belajar di luar kelas karena kondisi yang tidak memungkinkan.

“Sekarang di sekolah kami lagi membangun. Anggarannya itu pribadi dari BOS, dari sekolah dan swadaya dari wali murid. Bahkan kita masih punya hutang ke toko bangunan sekitar Rp20 juta bahan material yang masih dikasbon,” kata Teti.

Tak hanya itu, setiap kali akan memulai pelajaran, lanjut Teti, tak jarang para murid harus membersihkan sekolahnya sendiri jika hujan sebelumnya turun.

“Lalu sekarang kelas sudah gak layak, kita ngeri. Apalagi kalau hujan turun saat jam sekolah, kita khawatir ke anak-anak karena kondisi bangunannya. Karena terakhir kita mendapatkan bantuan dari pemerintah itu sekitar 20 tahun lalu, sekarang belum dapat lagi,” ungkap Teti.

BACA JUGA :  Manajer 'Hotmen' Bogor Akhirnya Ditangkap Usai Gelapkan Uang, Dipakai Buat Judi Online

Sehingga dalam momen peringatan Hari Guru Nasional ke 74 yang jatuh pada tanggal 25 November 2019, Teti berharap ada perubahan yang signifikan di dunia pendidikan yang bisa dirasakan langsung oleh guru bahkan para muridnya di sekolah.

Untuk sekolah, Teti mengaku ingin sekali ada bantuan dari pemerintah untuk bangunan di sekolah terutama untuk ruangan kelas yang rusak. Lalu fasilitas pendukung seperti kantor, ruang guru, sarana ibadah juga diharapkan ada di sekolah yang sudah ia tempati sejak 1996 itu.

“Harapan saya, pertama untuk sekolah. Lalu yang kedua, saya sudah 24 tahun menjadi guru ingin diangkat menjadi PNS. Karena untuk ikut tes CPNS, usia saja tidak memenuhi. Saya sudah 45 tahun. Semoga kebijakan ke depan, PNS itu adalah mereka yang diangkat berdasarkan dari masa kerjanya,” harap Teti. (Firdaus)

Bagi Halaman
============================================================
============================================================
============================================================