Meski demikian, lanjut Yos, masih terdapat gape angka kemiskinan di perkotaan dan pedesaan. Tercatat, angka kemiskinan posisi September 2019 di pedesaan sebesar 11,90% atau 597.190 jiwa hampir tiga kali lipat dari perkotaan yang hanya 4,22% saja atau 162.390 jiwa.

“Angka kemiskinan Sulsel turun tapi ada gape penduduk miskin di kota dan desa. Pola ini hampir mirip dengan nasional dan ini yang perlu jadi perhatian pemerintah,” jelas Yos.

Sementara itu, garis kemiskinan di Sulsel senilai Rp341.555 per kapita per bulan, masing-masing senilai Rp256.826 yang dikeluarkan untuk makanan dan senilai Rp84.729 untuk bukan makanan. “Artinya Garis Kemiskinan harus dikalikan dengan jumlah anggota keluarga miskin, dan kalau kita kalikan adalah Rp1,7 juta. Kalau penghasilan di bawah Rp1,7 juta dikategorikan miskin dan di atas Rp1,7 juta tidak miskin,” jelas Yos.

BACA JUGA :  15 Kali Guguran Lava Diluncurkan Gunung Merapi, BPPTKG: Jarak Luncur Sejauh 1.800 Meter

Adapun komoditas yang memberikan kontribusi terbesar terhadap garis kemiskinan khusus makanan di antaranya beras, rokok kretek filter, telur ayam ras, bandeng, kue basah, gula pasir, roti dan lain-lain. Sedangkan komiditi bukan makanan di antaranya perumahan, bensin, listrik, pendidikan, perlengkapan mandi, dan lain-lain.

BACA JUGA :  Pemkab Bogor Terus Tingkatkan Kesadaran Masyarakat Akan Kesiapsiagaan Bencana

Seperti yang dikutip dari sindonews.com, Berdasarkan data yang telah dipaparkan, Yos melanjutkan posisi September 2019 gini ratio Sulsel tercatat 0,391. Angka tersebut naik tipis jika dibandingkan dengan tahun 2018 lalu yang mencapai 0,388. “Gini ratio tercatat sebesar 0,391 meningkat dibandingkan bulan Maret 2019 dan September 2018,” pungkas Yos. (Selvi/PKL/net)

Halaman:
« 1 2 » Semua
============================================================
============================================================
============================================================