BOGOR TODAY – Belum lama ini, Wali Kota Bogor Bima Arya bersama komunitas dan satgas Ciliwung menyusuri atau melakukan ekpedisi Ciliwung dari Bogor, Depok hingga DKI Jakarta. Dalam petualangannya selama dua hari (16 jam), Bima mengaku banyak sekali catatan-catatan yang harus dikerjakan oleh Pemerintah Kabupaten Bogor, Kota Depok dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta Catatan tersebut diantaranya, titik-titik timbunan sampah di sepanjang Sungai Ciliwung yang kerap menyebabkan banjir dan longsor yang terjadi di daerah ibukota. Hasil dari ekspedisi yang dilakukannya itu pun, Bima Arya akan segera melayangkan surat kepada Pemerintah Kabupaten Bogor, Depok dan Pemprov DKI Jakarta. “Komunikasi secara tidak langsung sudah, tapi secara resmi berupa surat akan segera kita kirim ke otoritas daerah yang dialiri sungai Ciliwung, yaitu Kabupaten Bogor, Depok dan DKI Jakarta,” ujar Bima kepada wartawan, Senin (16/11/2020). Surat tersebut, kata Bima, akan dilayangkan di minggu ini juga. Sebab, pihaknya banyak sekali mendapat laporan hasil dari ekspedisi tersebut. “Jadi ini tugas bersama dan harus bersama-sama kita kerjakan, sebab kondisinya sudah sangat memprihatinkan,” katanya. Sebelumnya, Bima Arya melakukan ekspedisi Ciliwung ini mulai dari Kota Bogor hingga melintasi Kabupaten Bogor, Depok dan terakhir di pintu air Manggarai Jakarta. “Kami banyak mencatat, sepanjang perjalanan kami rekam semuanya. Ada titik pembuangan sampah, pembuangan limbah. Jadi, titik warga yang buang sampah di sungai kita catat. Dari Bogor sampai Depok ada 34 titik. Tapi dari Depok sampai Manggarai itu ada ratusan titik. Kemudian ada limbah yang dibuang langsung ke sungai, kebanyakan pabrik tahu. Dari Bogor sampai Depok ada 11 (pabrik tahu), dari Depok sampai Jakarta ada belasan juga,” ungkap Bima Arya, Rabu (11/11/2020) lalu. “Kan pertanyaannya begini, kata orang-orang selalu bilang kiriman banjir dari Bogor. Ini harus clear. Seberapa besar kiriman banjir dari Bogor. Seberapa besar penyumbang banjir di Jakarta. Tapi kalau kita lihat datanya, ternyata sebagian besar sampah dan limbah lokasinya dari Depok ke sini (Jakarta). Kalau dari Bogor sampai Depok vegetasinya masih hijau,” tambahnya. Bima Arya menyatakan bahwa Ciliwung ini adalah urusan bersama. “PR-nya banyak, kerja bareng dari hulu ke hilir. Jadi, kesimpulannya kalau kita tidak serius, kalau kita tidak kerjasama, akan begini-begini saja. Ini lihat datanya. Ketika dari Depok ke Jakarta itu airnya semakin bau, semakin cokelat, semakin banyak kiri kanannya itu timbunan sampah, baik yang dibawa banjir maupun sampah dari warga yang tinggal di sepanjang aliran sungai,” ujar Bima. “Kalau kita sama-sama serius membuat Ciliwung ini bersih, kemudian air itu terserap di hulunya, terserap di Kabupaten Bogor, terserap di Kota Bogor, terserap di Kota Depok, (aliran air) yang ke Jakarta juga akan semakin berkurang,” tandasnya. Di Kota Bogor, lanjut Bima, sudah melakukan sejumlah program terkait lingkungan. Selain menerapkan program pengurangan penggunaan kantong plastik di retail modern, juga membentuk Satgas Ciliwung. “Kami melakukan apa yang bisa dilakukan di Kota Bogor. Ada Satgas Ciliwung yang tugasnya bersihkan sampah, normalisasi saluran air, edukasi kepada warga. Tapi data yang kami dapat ini akan kami sampaikan kepada kepala daerah masing-masing. Kelihatannya kita perlu banyak dibantu juga di wilayah Depok. Karena kalau Depok sampai Jakarta ini tergarap, banjir Jakarta akan jauh lebih berkurang,” terangnya. Selain itu, kata Bima, ada hal jauh lebih penting lagi, yakni membangun infrastruktur untuk membentuk kultur. “Jadi kampung-kampung di situ dibangun IPAL-nya, dibangun sistem sampahnya, supaya orang tidak buang sampah sembarangan, tidak buang air sembarangan. Kan tidak mungkin melarang orang buang sampah tapi tempat sampahnya tidak ada, melarang warga buang air tapi IPAL-nya tidak dibangun,” jelasnya. “Ini PR kita. Dan kami ingin sampaikan juga kepada bapak Presiden, Kementerian PUPR, supaya Ciliwung ini diperhatikan betul. Ciliwung ini urusan bersama. Kalau kita serius di hulu tapi di hilirnya tidak, ya percuma. Serius di hilir tapi dihulunya tidak ya juga sama saja. Saya optimistis bisa karena banyak komunitas, banyak penggiat lingkungan hidup, banyak warga juga yang siap membantu. Tinggal pemerintahnya mendorong,” pungkasnya. (Heri)
BACA JUGA :  Polisi Amankan 29 Remaja di Semarang Bawa Cerulit, Diduga akan Tawuran
Bagi Halaman
============================================================
============================================================
============================================================