Kedung Badak
Kedung Badak Tempo Dulu. Foto : tangkapan layar youtube.

BOGOR-TODAY.COM, BOGORKedung Badak adalah nama daerah yang terletak tidak jauh dari aliran Sungai Ciliwung dan berada dalam wilayah Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor. Pada masa pendudukan Jepang tahun 1942 – 1945, kawasan Kedung Badak pernah menjadi kamp konsentrasi atau interniran untuk orang-orang Eropa.

Melansir sejarahbogor.com, Rabu (29/6/2022) kisah itu berawal saat kekalahan Belanda melawan Jepang. Selain banyak harta benda yang disita dan dibawa untuk hadiah sang Kaisar, Jepang juga menawan orang-orang Belanda termasuk pria, wanita, dan anak-anak. Mereka ditempatkan dalam beberapa kamp konsentrasi yang tersebar di beberapa daerah, salah satunya di Kedung Badak, Tanah Sareal, Kota Bogor.

Kamp konsentrasi Jepang adalah nama pemberian orang Belanda untuk menyebut kamp interniran yang dibangun untuk menahan penduduk sipil maupun tawananan militer selama pendudukan Jepang di Indonesia pada tahun 1942-1945.

Selama tahun 1942, semua lelaki kulit putih atau orang-orang Belanda ditangkap lalu ditempatkan dalam kamp konsentrasi Jepang. Baru pada akhir tahun 1942, Jepang mulai menahan seluruh orang-orang Eropa dan Belanda, termasuk wanita dan anak-anak. Adapun penangkapan terhadap orang-orang Indo-Eropa (keturunan Belanda / Eropa berdarah Indonesia) dilakukan sepanjang tahun 1943-1944.

Pada awalnya, kamp ini tersebar di seluruh Jawa namun untuk memudahkan pengawasan kamp-kamp tersebut hanya terkonsentrasi di beberapa kota-kota besar tertentu saja. Di Bogor, kamp konsentrasi Jepang didirikan pada tahun 1942-1943 di Kotaparis, Sempur, Paledang, Ursuliner, Kalapanunggal, Kedunghalang, dan Kedungbadak.

BACA JUGA :  Pj. Bupati Bogor Apresiasi Kadin Laksanakan Pasar Murah Kendalikan Laju Inflasi Daerah

Bagi orang-orang Belanda yang terbiasa hidup senang, berada di dalam kamp konsentrasi tentu menjadi sesuatu yang sangat menyiksa batin dan fisik mereka. Tak jarang perlakukan kasar akan mereka dapatkan jika menolak untuk kerja sama dengan tentara Jepang.

Para tawanan akan mengalami kekurangan makanan, air, dan obat-obatan, Bahkan penyakit menular yang muncul karena buruknya pelayanan kesehatan menyebabkan kematian ribuan tawanan.

Daerah kedung badak dahulunya dikelilingi lahan pesawahan dan kebun-kebun karet. Ada rumah penampungan karet tidak jauh dari aliran sungai Ciliwung. Jalan masuk ke area ini dulunya juga dipenuhi oleh pohon-pohon palm yang berjajar di sepanjang jalan.

Oktober 1942, ratusan orang tahanan pria dari klosteran ursulin dipindahkan ke daerah Kedung Badak. Untuk tempat penampungannya, militer Jepang mendirikan tiga buah barak tahanan yang dibuat dari bambu. Barak-barak tersebut hanya sanggup menampung beberapa ratus orang tawanan saja.

Tapi beberapa bulan kemudian, didatangkan lagi ratusan orang yang berasal dari kamp-kamp konsentrasi di daerah Bogor lainnya dan Sukabumi. Bisa dibayangkan betapa penuhnya barak-barak tersebut dengan para tahanan yang jumlahnya lebih dari 1.200 orang itu.

Di dalam area kamp ini didirikan juga rumah untuk penjaga, dan pengobatan. Pada bulan Februari 1944, semua tawanan lelaki dipindahkan ke kamp konsentrasi yang ada di Cimahi.

Setelah seluruh tawanan lelaki dipindahkan ke kamp yang ada di Cimahi, kamp kedung badak kini digunakan untuk menampung para wanita dan anak-anak Belanda yang didatangkan dari berbagai daerah seperti Sukabumi, Tegal, Pekalongan, dan Kotaparis.

BACA JUGA :  Berbagi Kebahagiaan, JJB Bagikan Takjil Gratis Ke Pengendara

Mereka semua ditempatkan dalam barak tahanan yang terbuat dari bambu. Sejak November 1944 s/d Maret 1945, kamp Kedung Badak berubah fungsi menjadi kamp sementara khusus wanita dan anak-anak yang dikirimkan dari Bandung ke Jakarta.

Setelah kekalahan Jepang pada Agustus 1945, para tawanan yang terdiri dari wanita dan anak-anak itu diamankan ke Kotaparis. Area ini kemudian dikosongkan, dan digunakan sebagai pos jaga oleh tentara Sekutu dan Nica (Belanda).

Setelah seluruh tawanan lelaki dipindahkan ke kamp yang ada di Cimahi, kamp kedung badak kini digunakan untuk menampung para wanita dan anak-anak Belanda yang didatangkan dari berbagai daerah seperti Sukabumi, Tegal, Pekalongan, dan Kotaparis.

Mereka semua ditempatkan dalam barak tahanan yang terbuat dari bambu. Sejak November 1944 s/d Maret 1945, kamp Kedung Badak berubah fungsi menjadi kamp sementara khusus wanita dan anak-anak yang dikirimkan dari Bandung ke Jakarta.

Setelah kekalahan Jepang pada Agustus 1945, para tawanan yang terdiri dari wanita dan anak-anak itu diamankan ke Kotaparis. Area ini kemudian dikosongkan, dan digunakan sebagai pos jaga oleh tentara Sekutu dan Nica (Belanda).

Setelah kembalinya kedaulatan Republik Indonesia pada 1949, kamp Kedunghalang diratakan dengan tanah untuk kemudian digunakan sebagai asrama tentara sampai saat ini. (*)

Bagi Halaman
============================================================
============================================================
============================================================