Ngadu muncang memang salah satu permainan tradisional dari Indonesia, biasanya dimainkan oleh anak laki-laki pada musim kemiri. Namun bila membaca sejarah, adu muncang bukan hanya permainan di kala senggang.

Melansir koropak.co.id pada masa Kerajaan Sunda, ngadu muncang dijadikan sebagai alat menunjukan kesaktian. Siapa yang muncang atau kemirinya paling kuat, dipercaya dia punya kesaktian yang tinggi.

Dalam bukunya yang berjudul Sejarah Kerajaan-Kerajaan Islam Jawa, Dr H.J. Graff hanya menulis sedikit mengenai permainan adu muncang. Dia hanya mencatat bahwa Sultan Agung, Raja Mataram Islam menggemari permainan adu muncang.

“Buah muncang beliau yang terbaik, terkuat, dan tidak terkalahkan,” tulis Graff.

Bagi Ihya M Kulon dalam Adu Muncang Pilkada, permainan adu muncang yang dijadikan lomba, bisa dipastikan dimulai oleh Sultan Agung. Hal ini kemudian disebarkan ke seluruh tanah jajahan Kerajaan Mataram Islam kala itu, termasuk wilayah Priangan.

BACA JUGA :  Kerutan di Kulit Bisa Diatasi dengan Rutin Konsumsi Makanan Ini

Kerajaan Sumedang Larang bahkan tercatat pernah menjadi daerah yang memiliki muncang atau buah kemiri paling kuat di Pulau Jawa. Muncang Sumedang Larang bisa mengalahkan muncang lainnya dalam sebuah acara adu muncang.

Sumber lain menyebutkan bahwa hal ini bisa dibuktikan di Museum Prabu Geusan Ulun yang berupa gamelan kuno dan antik. Bila kita menengok museum, di salah ruangan bernama Ruang Gamelan, ada seperangkat gamelan bergaya Jawa.

Di salah satu gamelannya, ada catatan bahwa gamelan tersebut merupakan hadiah dari Kerajaan Mataram Islam. Hal ini atas prestasi Kerajaan Sumedang Larang dalam adu muncang, hadiah itu bernama Gamelan Sari Oneng.

BACA JUGA :  Sarapan dengan Tumis Tahu Goreng Bumbu Cabe, Dijamin Keluarga Suka

“Gamelan ini memang hadiah dari Mataram karena Sumedang menjadi jawara dalam adu muncang,” tutur Ny Lilis, seorang petugas museum.

Sayangnya, hingga kini tidak ada bukti fisik berupa muncang terkuat di daerah kekuasaan Mataram. Pasalnya, konon, muncang Sumedang yang memenangkan sayembara adu muncang ini diserahkan kepada Kerajaan Mataram.

Tetapi dengan fakta ini, permainan adu muncang telah menjadi bagian kehidupan masyarakat Priangan, termasuk para bangsawan dan keluarganya. Namun sangat disayangkan, kini warisan ini telah dilupakan oleh masyarakat. (*)

Halaman:
« 1 2 » Semua
============================================================
============================================================
============================================================