“Ini yang harus kita perangi, dikembalikan ke zaman dahulu, walaupun tidak mencapai 100 persen minimal anak mengenal, tidak cukup di pesantren, di sekolah tetapi ada kearifan lokal yang harus dilibatkan,” ujarnya.

Merujuk pada visi dan misi, Saung Pelestarian Penca Pusaka Cimande sendiri mengedepankan adab dan etika dalam pembelajaran penca silat, salah satu contohnya disedikan keropak atau kotak amal untuk mendidik anak agar terbiasa bersedekah, kemudian sungkem mencuci kaki kedua orang tua agar selalu ingat.

“Didalam bait lagu kebangsaan Indonesia Raya itu ada bangunlah jiwanya. Kita membangun jiwa anak dengan taleq, lalu bait lagu membangun badannya dengan gerakan penca, kalau kita sudah bisa membangun anak dari jiwa dan badannya akan kembali ke jurus dasar Cimande tonjok bareng, kalau hidup itu harus seimbang. Negara akan tentram kalau sudah seimbang,” ucapnya.

BACA JUGA :  Tenggelam di Kolam Koi, Pelajar SMP di Lebak Tewas

Prestasi dan penghargaan

Saung Pelestarian Penca Pusaka Cimande baik dari Pemerintah Kabupaten Bogor maupun Provinsi Jawa Barat kerap menerima banyak penghargaan. Pada tahun 2020 sempat meraih juara pertama dalam ajang penca silat dalam kelas sesepuh tingkat Jawa Barat mewakili Kabupaten Bogor dengan melawan 23 kabupaten/kota.

Lalu, pada tahun 2021, Ki Didih bersama Ki Darma mendapatkan undangan langsung oleh Ikatan Penca Silat Indonesia (IPSI) Jawa Barat. Keduanya, ditunjuk atau diangkat sebagai sebagai penjaga, pelestari dan penggenerasian budaya Jawa Barat.

“Lebih dari 15 tahun Kabupaten Bogor belum mendapatakan penghargaan atau medali dari Jawa Barat, alhamdulillah 2020 aki bisa mewakilkan. Kemudian, 2021 kami mendapatkan sertifikat dari Jabar sebagai penjaga, pelestari dan penggenerasian budaya Jawa Barat. Selain itu juga mendapatkan sertifikat dari Kemendikbud sebagai narasumber (narsum) penca silat aliran Cimande,” urainya.

BACA JUGA :  Kebakaran Hanguskan Mobil Warga Karangasem, 4 Armada Dikerahkan

Meski demikian, Ki Didih meminta Pemerintah Kabupaten Bogor harus dapat selektif dalam menentukan sanggar atau perguruan yang bisa memberikan kontribusi kepada pemerintah daerah, khususnya Kabupaten Bogor.

“Istilahnya, jangan sampai kita menaruh sesuatu bukan pada tempatnya, kami bukan ingin meminta atau apa tetapi tolong Kabupaten Bogor ini kabupaten yang terluas yang memiliki satu kearifan lokal yang sudah dikenal, mari kita sama sama jaga. Berikan kami dukungan dari pemerintah setempat dari inohong. Yuk kita duduk bersama jangan sampai saling ego saling mengklaim, nama sanggar boleh beda, warna boleh beda tapi tujuan kita sama menjaga budaya bangsa,” pungkasnya (Fadilah)

Halaman:
« 1 2 » Semua
============================================================
============================================================
============================================================