Google Doodle menampilkan sosok Rasuna Said bertepatan dengan peringatan ulang tahun ke-112 pahlawan nasional dari Sumatra Barat tersebut.

BOGOR-TODAY.COM –  Hajjah Rangkayo Rasuna Said merupakan seorang pahlawan nasional asal Sumatera Barat. Hajjah Rangkayo Rasuna Said dikenang sebagai “Singa Betina Pergerakan Kemerdekaan Indonesia”.

Seperti Kartini, Hajjah Rangkayo Rasuna Said memiliki suara yang berpengaruh pada isu-isu sosial, terutama hak-hak perempuan. Ia juga merupakan seorang guru dan jurnalis.

Untuk diketahui, Hajjah merupakan sebutan untuk wanita yang telah menyelesaikan ibadah haji ke Mekah, sedangkan ‘Rangkayo’ adalah gelar adat yang mengacu pada orang yang berakhlak mulia dan kaya raya.

Melansir wikipedia.org, Rabu (14/9/2022) Rasuna Said dilahirkan pada 14 September 1910 di Desa Panyinggahan, Maninjau, Kabupaten Agam, Sumatra Barat.  Ia merupakan keturunan bangsawan Minang. Ayahnya bernama Muhamad Said, seorang saudagar Minangkabau dan mantan aktivis pergerakan.

 

Keluarga Rasuna Said adalah keluarga beragama Islam yang taat. Dia dibesarkan di rumah pamannya karena pekerjaan ayahnya yang membuat ayahnya sering tidak berada di rumah.

Hajjah Rangkayo Rasuna Said

Rasuna Said bersekolah di sekolah agama, bukan sekuler, dan kemudian pindah ke Padang Panjang, di mana dia bersekolah di Diniyah School, yang menggabungkan mata pelajaran agama dan mata pelajaran khusus.

BACA JUGA :  Wajib Coba! Semur Ayam Saus Tiram yang Lezat untuk Menu Makan Bareng Keluarga

Pada tahun 1923, ia menjadi asisten guru di Sekolah Diniyah Putri yang baru didirikan, tetapi kembali ke kampung halamannya tiga tahun kemudian setelah sekolah itu hancur karena gempa.

Dia kemudian belajar selama dua tahun di sekolah yang terkait dengan aktivisme politik dan agama, dan menghadiri pidato yang diberikan oleh direktur sekolah tentang nasionalisme dan kemerdekaan Indonesia.

Setelah menamatkan jenjang pendidikan Sekolah Dasar (SD), Rasuna Said remaja dikirimkan sang ayah untuk melanjutkan pendidikan di pesantren Ar-Rasyidiyah.

Saat itu, ia merupakan satu-satunya santri perempuan. Ia dikenal sebagai sosok yang pandai, cerdas, dan pemberani.

Hajjah Rangkayo Rasuna Said

Rasuna Said kemudian melanjutkan pendidikan di Diniyah Putri Padang Panjang, dan bertemu dengan Rahmah El Yunusiyyah, seorang tokoh gerakan Thawalib. Gerakan Thawalib adalah gerakan yang dibangun kaum reformis Islam di Sumatra Barat. Banyak pemimpin gerakan ini dipengaruhi oleh pemikiran nasionalis-Islam Turki, Mustafa Kemal Atatürk.

BACA JUGA :  Apakah Boleh Makan Yogurt Setiap Hari? Simak Ini

Rasuna Said sangatlah memperhatikan kemajuan dan pendidikan kaum wanita, ia sempat mengajar di Diniyah Putri sebagai guru.

Pada tahun 1930, Rasuna Said berhenti mengajar karena memiliki pandangan bahwa kemajuan kaum wanita tidak hanya bisa didapat dengan mendirikan sekolah, tetapi harus disertai perjuangan politik.

Rasuna Said ingin memasukkan pendidikan politik dalam kurikulum sekolah Diniyah School Putri, tetapi ditolak. Rasuna Said kemudian mendalami agama pada Haji Rasul atau Dr H Abdul Karim Amrullah yang mengajarkan pentingnya pembaharuan pemikiran Islam dan kebebasan berpikir yang nantinya banyak mempengaruhi pandangan Rasuna Said.

Tahun 1930, Rasuna Said menentang polemik poligami di ranah Minang. Ia menilai, poligami merupakan bagian dari pelecehan terhadap kaum wanita karena berakibat pada meningkatnya angka perceraian.

============================================================
============================================================
============================================================