Tapak kaki raksasa selebar 2,5 meter dan panjang 6 meter tepat di bibir pantai pegunungan Gunung Lampu, Tapak Tuan, Aceh Selatan.

BOGOR-TODAY.COM, ACEHDestinasi wisata yang dinamakan Tapak Tuan Tapa merupakan sebuah situs melegenda yang dipercaya merupakan bekas jejak kaki dari seorang pertapa yang dikenal dengan Tuan Tapa yang terletak di Gempong Pasar, Kecamatan Tapak Tuan, Aceh Selatan.

Penamaan itu tidak terlepas dari legenda Tuan Tapa dan keberadaan tapak kaki raksasa selebar 2,5 meter dan panjang 6 meter tepat di bibir pantai pegunungan Gunung Lampu, Tapak Tuan.

Terletak sekitar 500 kilometer dari Kota Banda Aceh, legenda ini menjadi cerita rakyat turun-temurun dan dipercayai hingga saat ini.

Untuk dapat mencapai jejak jejak kaki raksasa ini, para wisatawan harus berjalan kaki melewati batuan karang. Wisata Tapak Tuan ini sudah mengalami pemugaran, yakni permukaanya sudah dilapisi dengan semen. Meskipun begitu bentuk asli situs tersebut tidak berubah.

Kisah di Balik Objek Wisata Tapak Tuan

Melansir dari laman goodnewsfromindonesia.id, dahulu hidup seorang petapa sakti bertubuh raksasa bernama Syech Tuan Tapa. Ia sering bertapa ataupun bersemedi untuk mendekatkan diri kepada Tuhan-nya di sebuah bukit yang kini disebut Gunung Tuan di Tapak Tuan.

BACA JUGA :  Jadwal SIM Keliling, Selasa 23 April 2024 di Kota Bogor

Suatu ketika, ada sepasang naga dari daratan Tiongkok menemukan bayi perempuan manusia dengan tanda tahi lalat di perut terapung sendirian di tengah lautan Samudra Hindia. Mereka menyelamatkan bayi itu dan merawatnya hingga tumbuh jadi anak perempuan di bukit yang kini disebut Gunung Alur Naga.

Beberapa tahun berlalu, keberadaan sepasang naga dan anak perempuan itu sampai ke telinga raja dan permaisuri Kerajaan Asralanoka, sebuah kerajaan di kawasan Samudra Hindia. Raja dan permaisuri itu kehilangan anak perempuannya ketika berlayar di Samudra Hindia beberapa tahun silam.

Mereka curiga anak perempuan yang dirawat kedua naga adalah anak mereka. Setelah mengecek sendiri, raja dan permaisuri yakin bahwa anak perempuan itu adalah anaknya.

Mereka memintanya kepada kedua naga, tetapi ditolak. Mereka pun membawa lari anak perempuan itu ke kapal dan pergi menyusuri lautan. Kedua naga marah dan mengejar mereka hingga terjadi pertempuran di atas lautan. Pertempuran itu mengusik persemedian Tuan Tapa.

BACA JUGA :  Timnas Indonesia Menang Tipis 0-1 Lawan Australia

Ia ke luar dari gunung dan melangkahkan kaki kanan di karang untuk melontarkan tubuh ke laut tempat pertempuran. Jejak kaki itu membekas di karang yang kini disebut di Gunung Lampu.

Orang-orang menyebutnya Tapak Tuan dan menjadi cikal-bakal nama Tapak Tuan. Tuan Tapa berniat menyelamatkan anak perempuan itu agar tidak menjadi korban pertarungan tersebut. Ternyata, hal itu membuat marah kedua naga dan terjadi pertarungan antara Tuan Tapa dan kedua naga.

Singkat cerita, pertarungan dimenangi Tuan Tapa dan kedua naga tewas. Adapun raja dan permaisuri kembali memiliki anaknya. Mereka bersama pengikutnya menetap di Aceh Selatan. Mereka tidak bisa kembali ke Kerajaan Asralanoka karena kapalnya rusak ketika pertempuran.

Konon, mereka menjadi nenek moyang masyarakat Tapak Tuan saat ini. Cerita legenda itu diyakini masyarakat setempat hingga sekarang. (Net)

============================================================
============================================================
============================================================