BOGOR-TODAY.COM – Penamaan disuatu daerah Indonesia seringkali berdasarkan sejarah, adat, budaya, atau ciri khas wilayah itu dan umumnya terdiri dari kata atau frasa dari bahasa setempat. Namun, yang satu ini sangat berbeda karena namanya berbentuk kombinasi perkalian angka dan kata.
Daerah tersebut bernama 2×11 Enam Lingkung, sebuah kecamatan di Kabupaten Padang Pariaman, Sumatra Barat. Letaknya 89 meter di atas permukaan laut. Angka dalam nama itu bukanlah sekadar perkalian, ada nilai adat budaya yang tertanam di dalamnya.
Menurut catatan sejarah, pembentukan nama kecamatan ini berhubungan erat dengan dua kelompok yang mempunyai sistem kekuasaan adat berbeda. 2×11 berarti dua kelompok, 11 suku.
Melansir Suluah.com, kelompok pertama merujuk kepada dua nagari, yakni Sicincin dengan 5 suku dan 5 pucuak adat (kepala suku) serta Kapalo Hilalang, 6 suku dan 6 kepala suku.
Kelompok kedua terdiri dari nagari Kayu Tanam (3 suku), Anduriang (4 suku) dan Guguak (4 suku). Jika ditotalkan, kedua kelompok itu memiliki 11 suku. Itulah makna dari 2×11.
Selain dua kelompok wilayah tadi, terdapat juga 6 nagari di sana, ada Parik Malintang, Toboh Ketek, Pakan Baru (Sungai Asam dan Lubuak Pandan), serta Koto Tinggi. Keenam nagari ini seluruhnya berada di bawah lingkungan (lingkuang) kekuasaan raja adat, yaitu Tuanku Rajo Basa.
Berdasarkan pemaparan singkat itu, 2×11 Enam Lingkung berarti dua kelompok nagari yang punya 11 suku dan 6 nagari dalam satu lingkungan di bawah kekuasaan raja adat.
Atas dasar Undang-undang Otonomi Daerah tahun 1999, kecamatan yang sedang dibahas ini mengalami pemekaran menjadi tiga kecamatan baru, antara lain: 2×11 Enam Lingkung, Enam Lingkung, dan 2×11 Kayu Tanam. Peristiwa ini terjadi pada 2000.
Setelah pemekaran itu, kecamatan 2×11 Enam Lingkung hanya terdiri dari Sicincin, Sungai Asam, dan Lubuak Pandan. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Patamuan, sebelah utara Kecamatan Enam Lingkung, sebelah barat ada Kecamatan VII Koto, sedangkan sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan 2×11 Kayu Tanam.
Pemerintahan seluruh kecamatan itu berpusat di Sicincin, jaraknya 21 kilometer di utara ibu kota Kabupaten Padang Pariaman dan 48 kilometer dari Padang.
Penduduk asli Kecamatan 2×11 Enam Lingkung berasal dari Nagari Pariangan Tanah Datar. Awalnya mereka membangun koto, taratak, dusun, dan akhirnya menjadi beberapa nagari. Mayoritas warganya berasal dari Suku Sikumbang, Tanjung, Panyalai dan Guci.
Kebanyakan penduduk di sana bekerja sebagai petani. Hal ini berbanding lurus dengan topografi daerahnya yang berupa daratan dengan sistem pengairan yang mumpuni. Daerah tertentu bahkan bisa panen sampai tiga kali setahun. Masyarakat 2×11 Enam Lingkung mengenal sistem sawah tadah hujan.
Tak hanya turun ke sawah, penduduk kecamatan 2×11 Enam Lingkung juga bertanam kelapa. Berada kn kn i ink i,dibudidayakan banyak macamnya, mulai dari nila gift, nila albino, hingga ikan bawal. (*)