JAKARTA, TODAY — PT PertamÂina kembali mengeluarkan varÂian baru Bahan Bakar Minyak (BBM), yakni Dexlite. BBM jenis ini akan mulai dipasarkan pada Jumat (15/4/2016) lusa. Kualitas BBM ini diantaranya Solar berÂsubdisi dan Pertamina Dex.
“Ini sebagai alternatif kareÂna Pertamina Dex harganya mahal. Sementara solar berÂsubsidi kualitasnya cukup renÂdah,†kata Senior Vice PresiÂdent (SVP) Fuel Marketing And Distribution Pertamina M Iskandar di Hermitage Hotel, Jakarta, Selasa (12/4/2016).
Dexlite diklaim lebih raÂmah lingkungan dibanding Solar bersubsidi, karena meÂmiliki cetane number minimal 51 dan sulfur content maksiÂmal 1200 ppm. BBM jenis ini juga disebutkan lebih hemat 6,9% dibanding solar bersubÂsidi. “Harapannya, konsumen yang selama ini memakai solar subsidi beralih ke Dexlite†paÂparnya.
Soal harga, Dexlite akan dijual Rp6750 per liter. Hanya saja untuk sementara, Dexlite tidak dijual di seluruh wilayah Indonesia. Untuk tahap awal sebagai ujicoba, Solar baru ini akan dijual di 33 SPBU wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi ( JabodetaÂbek).
Sementara itu, menurut Vice PresiÂdent Retail Fuel Marketing PT PertamiÂna (Persero), Afandi, bahan bakar ini diÂhadirkan untuk memberikan alternatif bahan bakar berkualitas dengan harga terjangkau untuk konsumen dan pemiÂlik mobil diesel. “Untuk tes market, kita coba dengan harga Rp 6.750. Untuk uji coba ini, kita akan distribusikan Dexlite sebanyak 33 SPBU di wilayah JabodeÂtabek, dan akan evaluasi seperti PerÂtalite,†tambah Afandi.
Selama uji pasar yang akan dilakuÂkan 2 sampai 3 bulan, tersedia 1.500 kiloliter Dexlite. Namun untuk target penjualan hingga Desember tahun ini hingga 100 ribu kilo liter.
Dexlite memiliki kandungan sulfur maksimal 1.200 ppm. Menurut Affandi, kendaraan yang bisa menggunakan baÂhan bakar ini adalah mobil mesin diesel common rail tipe lama. “Seperti Pajero, Fortuner dan lain-lain,†ujar dia.
Terkait harga jual, Pertamina beÂlum mematok besarannya. Namun, AfÂfandi menaksir harga Dexlite sekitar Rp 6.000 sampai Rp 7.000 per liter. Ini lebih mahal dibandingkan harga solar subsidi per 1 April ini yang sebesar Rp 5.150 per liter.
Menurut Afandi, tujuan Pertamina meluncurkan Dexlite adalah membuat variasi BBM jenis solar menjadi lebih banyak. Jadi, masyarakat dapat memilÂih solar dengan kualitas yang lebih baik daripada solar bersubsidi. Namun, harÂganya pun lebih terjangkau ketimbang produk solar premium.
Kalau tujuan itu tercapai, akan turut mengurangi beban subsidi. Tahun ini, sesuai Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2016, Pertamina mendapat penugasan untuk menyalurkan solar berÂsubsidi sebanyak 15 juta kiloliter. Menurut Afandi, konsumsi solar subsidi tiap bulan mencapai 1 juta kiloliter.
Menurut dia, Dexlite sama halnya dengan BBM jenis Premium dan PerÂtalite, yang tidak memiliki acuan harga di pasar internasional. Sebab, kadar okÂtan atau cetane pada BBM itu tidak ada padanannya di luar negeri. Hal inilah yang berpotensi memicu penggelembunÂgan harga sehingga bisa menjadi lahan baru bagi mafia migas untuk memburu rente. Untuk mencegah permainan maÂfia migas, Pertamina harus transparan dalam menetapkan harga jual Solarlite.
Direktur Pemasaran Pertamina AhÂmad Bambang sebelumnya menuturÂkan, kehadiran Dexlite akan disambut baik konsumen solar Pertamina. Sebab dengan mengkonsumsi Dexlite tenaga mesin kendaraan akan lebih besar dan hasil gas pembuang bahan bakar lebih baik sehingga dapat mengurangi polusi udara. “Ini bisa dipakai alat berat yang butuh power. Jawa dulu kalau teroboÂsan jujur ini mengubah industri lebih berubah. Di luar negeri lebih pilih solar karena efisien tenaga gede, emisinya rendah,†jelasnya.
(Yuska Apitya Aji)