Foto : Antara
Foto : Antara

JAKARTA, TODAY — Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) Jumat (30/10/2015) sore menguat cukup tinggi terhadap rupiah. Mata uang Paman Sam ini menembus lagi Rp 13.700.

Seperti dikutip dari data perdagan­gan Reuters, Jumat pagi USD dibuka melemah tipis ke po­sisi Rp 13.581 diband­ingkan posisi pada perdagangan Kamis sore di Rp 13.585. Setelah sempat melemah sampai ke Rp 13.576, USD pun secara perlahan menguat dan menembus kisaran Rp 13.600-an hingga Jumat siang.

Seharian ini The Greenback bertahan di kisaran Rp 13.600-an sebelum akhirnya menguat lagi dan tembus Rp 13.707. Na­mun tak lama USD bergerak lagi di bawah Rp 13.700.

Menurut Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Mar­towardojo penguatan USD tersebut didorong oleh kabar naiknya suku bunga AS oleh The Federal Reserve (The Fed) sebelum tutup tahun 2015.

BACA JUGA :  Luwu Timur Diguncang Gempa Bumi Terkini M 4,1, Berpusat di Darat

“Itu kita perlu waspadai kondisi luar negeri, apalagi kalau misalnya Fed Fund Rate (FFR) ada kecenderungan naik, mata uang dolar AS cen­derung menguat,” ujar Agus di Gedung BI, Thamrin, Jakarta.

BI membaca sinyal kenai­kan suku bunga acuan oleh bank sentral Amerika Serikat (AS) dalam rapat Federal Open Market Comitte (FOMC) ke­marin. Jika suku bunga AS jadi dinaikkan, ada kemungkinan USD menguat. Indonesia harus mempersiapkan diri.

Menurut Agus Marto, pen­guatan USD bisa berdampak pada perusahaan-perusahaan yang punya banyak utang atau pinjaman dalam bentuk dolar AS. “Yang punya pinjaman-pinjaman luar negeri itu pada saat jatuh waktu, kalau mau memperpanjang pinjaman­nya nanti ada risiko kesulitan untuk mendapatkan pinjaman perpanjangan. Nah hal seperti ini mesti kita antisipasi karena bisa membuat tekanan kepada kredit bermasalah,” terang dia.

BACA JUGA :  Atlet Skateboard Kabupaten Bogor Sabet Dua Medali Naschamp 2024

Meski demikian, Agus me­nilai, sejauh ini angka kredit bermasalah atau Non Perform­ing Loan (NPL) masih terjaga dengan baik. NPL gross ter­catat 2,7% di Agustus 2015. Angka ini masih jauh dari ba­tas atas NPL nett sebesar 5%. “Saya lihat bahwa NPL itu naik menjadi 2,7%. Angka 2,7% itu kan gross, jadi itu masih jauh di bawah nett 5%,” sebut dia.

Namun, yang paling utama adalah soal pertumbuhan eko­nomi. Semakin tinggi pertum­buhannya, maka akan semakin baik bagi peningkatan kredit perbankan. “Kalau pertumbu­han ekonomi bisa meningkat menjadi 4,85% kuartal ketiga ini atau kalau sepanjang tahun 2015, BI kan meyakini itu antara 4,7-5,1%, bagus bagi pergerakan ekonomi, pergerakan usaha, dan tentu membuat ekspansi kredit menjadi baik dan potensi untuk kredit bermasalah bisa dikendal­ikan,” tandasnya.

(Alfian M|net)

============================================================
============================================================
============================================================