SURIAH TODAY – Amerika Serikat dan Rusia mengumumkan bahwa rencana gencatan senjata di Suriah akan mulai berlaku pada tengah malam tanggal 27 Februari 2016. Pernyataan mereka menyebutkan persetujuan tersebut tidak mema­sukkan kelompok yang menamak­an diri Negara Islam atau ISIS dan Front Nusra terkait al-Qaida.

Pada tanggal 12 Februari kekua­tan dunia menyepakati gencatan senjata yang akan berlaku dalam waktu seminggu. Tetapi batas wak­tu telah terlampaui dan keraguan tentang rencana baru tetap ada. Se­mentara kekerasan terus terjadi di Suriah.

Sekitar 140 orang tewas karena pemboman di Homs dan Damaskus pada hari Minggu (21/2/2016). Lebih 250.000 warga Suriah meninggal dalam konflik yang mulai terjadi pada bulan Maret 2011. Sekitar 11 juta orang lainnya terpaksa menin­ggalkan tempat tinggalnya. Empat juta orang melarikan diri ke luar negeri, termasuk orang-orang yang melakukan perjalanan berbahaya ke Eropa.

Pernyataan bersama AS-Rusia menyebutkan gencatan senjata ber­laku bagi “pihak-pihak konflik Suri­ah yang mengisyaratkan keinginan dan penerimaan mereka terhadap berbagai persyaratan”.

Proposal yang diusulkan pada Senin, 22 Februari 2016, tersebut berisi seruan kepada semua pihak yang bertikai untuk menandatan­gani kesepakatan, bakda Jumat, 26 Februari 2016, waktu setempat. Selanjutnya, mereka harus melaku­kan gencatan senjata.

Editor politik Al Jazeera, James Bays, yang melaporkan dari New York, mengatakan sumber-sumber tingkat tinggi dari sejumlah negara membenarkan ada kesepakatan da­mai antara kedua pemimpin gugus tugas, Rusia dan Amerika. Amerika dan Rusia adalah pemegang gugus tugas internasional yang bekerja un­tuk mengurangi kekerasan di Suriah.

Sekretaris Jenderal Perserika­tan Bangsa-Bangsa Ban Ki-moon menyambut baik draf kesepakatan tersebut. “Saya berharap kesepaka­tan ini bisa menjadi jalan menuju ter­ciptanya perdamaian abadi. Karena kondisi Suriah saat ini benar-benar dalam status darurat,” kata dia.

Perkembangan ini bisa menjadi jalan perundingan berikutnya dan kemungkinan gencatan senjata an­tara pemberontak dan pemerintah Suriah pimpinan Presiden Bashar al-Assad. Meski demikian, kesepak­atan yang dicapai antara Amerika dan Rusia tersebut di luar Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) dan Front al-Nusra, karena keduanya masuk daftar grup teroris PBB.

(Yuska Apitya/net)

============================================================
============================================================
============================================================