Untitled-13KIAN menipisnya cadangan minyak dunia, membuat sejumlah negara mulai mengganti kendaraan minyak dengan kendaraan listrik. Bahkan di Republik Rakyat China (RRC) kendaraan listrik sudah booming. Bagaimana dengan Indonesia?

Oleh : Winda Herviana
[email protected]

Sebagai negara berpenduduk terbesar di dunia, China ternyata paling siap dalam mengantisipasi krisis minyak dunia. Negara Tirai Bambu ini sudah mulai memproduksi kendaraan lis­trik baik roda dua dan roda empat. Pabrikan otomotif di sana pun men­gucurkan banyak uang untuk di seg­men kendaraan listrik.

Memang, angka penjualan kendaraan listrik belum men­capai target yang ditetapkan pemerintah China. Namun trennya terus meningkat dari bulan ke bulan. Dan, cenderung booming

Pemerintah Beijing berupaya untuk mendo­rong kendaraan listrik seiring ma­kin tingginya angka polusi. Dengan strategi hijau di jalan, China beru­paya menjadi pemimpin kendaraan listrik di wilayah.

Hal ini pun dimanfaatkan oleh salah satu produsen lokal, BAIC Group untuk ikut mengembangkan mobil listrik. BAIC Group yang meru­pakan salah satu raksasa mobil China dan juga mengontrol Beijing Electric Vehicle, fokus dalam pengembangan mobil listrik.

Merek ini menargetkan bisa men­jual 700.000 unit mobil listrik per tahun pada 2020. Tahun lalu mereka sanggup menjual 20.000 unit kenda­raan. Tahun 2016 ini total penjualan mobil listrik BAIC diperkirakan men­capai 55.000 unit.

BACA JUGA :  Minuman Pelepas Dahaga dengan Es Cincau Serut Gula Merah yang Manis Pas

Di 2015, produksi dan penjua­lan kendaraan ramah lingkungan di China mencapai masing-masing 340.471 unit dan 331.092 unit. Naik 3,3 kali lipat di tahun sebelumnya. Jika dirinci, mobil-mobil bertenaga baterai terhitung sebanyak 247.482 unit, sedangkan plug-in hybrid men­capai 83,610 unit.

Untuk menjaga tren ini, BAIC berencana mencari pembiayaan sekitar 460 juta dolar untuk pengem­bangan mobil listrik. Demikian sep­erti dilansir inautonews, Minggu (13/3/2016).

Pembiayaan ini diambil dari pen­jualan saham perusahaan. Beijing Electric Vehicle sudah menarik in­vestasi dari perusahaan teknologi seperti Le Holdings. Perusahaan ingin menggunakan dana itu untuk memotong utang, berinvestasi dan sebagai modal usaha.

Kapan di Indonesia?

Beberapa negara tetangga, ter­masuk negara maju di dunia mulai masuk pada pengembangan mobil bertenaga listrik. Indonesia juga mu­lai menggagas kembali industri mo­bil nasional pasca tiarap.

Mobil listrik diproyeksi bakal mer­ambah di mana-mana pada tahun 2020. Proyeksi ini disampaikan oleh Ketua Tim Mobil Listrik Nasional dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Agus Purwadi, usai diskusi Mobil Lis­trik Nasional di Kemenko Perekono­mian, Jakarta pekan lalu.

“Mobil listrik akan jadi tren dunia di 2020,” ujar Agus. Maka dari itu, Indonesia harus memulai pengem­bangan mobil listrik. Pengembangan bisa dilakukan terhadap komponen utama seperti baterai, badan, hingga motor.

BACA JUGA :  Menu Bekal dengan Nasi Goreng Ayam Teriyaki yang Simple Tapi Lezat

Bila kesempatan ini tak diambil, Agus mengaku Indonesia bakal ter­tinggal atau bahkan akan menjadi pasar mobil listrik impor. “Kalau ti­dak kita jadi market, kita jadi pasar,” sebutnya.

Agus mengaku sumber daya ma­nusia Indonesia mampu mengem­bangkan mobil listrik, terbukti den­gan lahirnya berbagai prototype alias purwarupa. Purwarupa terse­but memang perlu penyempur­naan.

Di tempat yang sama, Staf Ahli Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Agus Puji Pra­setyono menyebut pemerintah memang harus memberi kepas­tian bagi para peneliti, konsumen dan pelaku usaha bahwa mobil lis­trik merupakan program nasional jangka panjang.

“Pemerintah harus konsisten dan kontinyu dalam merancang program mobil listrik nasional. Kemudian komitmen dunia usaha harus diper­baiki,” sebutnya.

Apalagi sekarang ada tren, para peneliti atau ahli mobil listrik nasi­onal tercatat meninggalkan Indo­nesia sejak ramai kasus kriminalisasi pengembang mobil listrik.

Mereka memilih hijrah ke negara yang fokus pada pengembangan mo­bil masa depan ini seperti Malaysia hingga Amerika Serikat (AS).

“Teman-teman peneliti mobil lis­trik banyak yang pindah ke luar neg­eri. Salah satunya juga karena kasus kriminalisasi. Ada yang ke Malaysia, ada yang ke Amerika Serikat juga,” kata Agus Purwadi.

============================================================
============================================================
============================================================