Bank Indonesia (BI) dan Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) menggelar Rapat Kerja, Senin (11/1/2016). Agendanya membahas mengenai pengelolaan devisa di tanah air. Gubernur Bank IndoneÂsia meyakinkan bahwa ekonomi Indonesia membaik.
Oleh : Alfian Mujani
[email protected]
Rapat dimulai pukul 15.00 WIB hingga pukul 18.00 WIB dan berlangsung seÂcara tertutup. Dalam rapat tersebut, Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo menyampaiÂkan langkah teknis dalam menjalankÂan kebijakan pengelolaan cadangan devisa negara oleh lembaga yang dipimpinnya.
“BI menjelaskan tentang bagaimana tugas BI sesuai Undang-undang, kita jelaskan kebijakan yang dimiliki BI. bagaiman bauÂran kebijakan itu dijalankan, juga bagaimana departemen moneter mengelola moneter kita, bagaimaÂna departemen devisa mengelola devisa kita,†ujar dia ditemui usai repat tersebut, Senin (11/1/2015). Agus menjelaskan permintaannya agar Rapat digelar tertutup adalah karena langkah strategis menghaÂdapi satu kondisi ekonomi meruÂpakan hal yang sangat rahasia yang merupakan bagian dari strategi negara menghadapi persaingan ekonomi global.
Penyampaian rinci yang disamÂpaikan dalam rapat, diharapkan seluruh Anggota Komisi IX DPR RI dapat memahami langkah-langkah yang telah dan akan ditempuh BI dalam menghadapi tekanan ekonoÂmi global. Sehingga, DPR tidak perlu lagi meragukan langkah yang diamÂbil BI untuk menghadapi tekanan ekonomi global.
“BI meyakini tidak perlu dilakuÂkan audit bukan karena kita tidak membuka diri, tetapi kita mengÂgunakan forum tertutup seperti ini tadi untuk menjelaskan kebijakan-kebijakan BI, bahkan kita undang komisi XI untuk lihat lingkungan BI,†pungkas dia.
Ekonomi Membaik
Sebelumnya, Komisi XI DPR RI mendesak dilakukannya audit terÂhadap kinerja Otoritas BI. Desakan ini disampaikan lantaran ada keÂcurigaan bahwa BI tidak bekerja dengan baik sehingga menyebabÂkan nilai tukar rupiah terhada dolar Amerika Serikat (AS) terus merosot, sementara suku bunga acuan tetap tinggi.
Pada penutupan perdagangan hari Senin, nilai tukar rupiah terÂhadap dolar Amerika Serikat (USD) menguat ke level Rp 13.880. Pagi tadi, mata uang Paman Sam tersebut sempat mendekati level Rp 14.000. Agus Marto menilai, penguatan nilai tukar rupiah Senin sore, merupakan bukti kondisi perekonomian IndoneÂsia yang kian membaik seiring denÂgan giatnya pembangunan yang diÂlakukan pemerintah setidaknya satu tahun terakhir ini.
“Indonesia secara umum kita mengalami kondisi yang baik. KareÂna kita paling tidak melihat kondisi transaksi berjalan kita, inflasi kita yang mengalami perbaikan. Ada perÂbaikan pembangunan infrastruktur kita, dan sebagainya,†kata Agus.
Selain itu, Agus menambahkan, pelaku pasar juga merespon posiÂtif optimisme dan kerja nyata yang dilakukan Pemerintah yang dibukÂtikan dengan berbagai percepatan pembangunan infrastruktur di tahun 2016 ini.
“Kita juga melihat, secara umum komitmen Pemerintah untuk melakukan percepatan pembanguÂnan infrastruktur, itu dibuktikan dengan banyak departemen pemerÂintah yang bertanggung jawab terÂhadap infrastruktur melakukan pelelangan. Yang diharapkan nanti di kuartal pertama ada progres yang membantu pertumbuhan ekonomi,†tutur dia.
Segala perbaikan tersebut berhaÂsil menyelamatkan Indonesia dari tekanan ekonomi global yang banyak menimpa negara-negara lain di duÂnia termasuk China yang merupakan salah satu raksasa ekonomi dunia.
Namun, Agus mengatakan, InÂdonesia tidak boleh lengah. Karena bagaimana pun juga, pergerakan ekonomi dunia tentu sedikit banyak akan memberi dampak terhadap perekonomian nasional.
JIka tidak diantisipasi dengan baik, maka bukan tidak mungkin daya tahan Indonesia akan mengalaÂmi penurunan.
“Perkembangan ekonomi duÂnia bisa membuat tekanan yang tidak kita inginkan. Dan perkemÂbangan ekonomi dunia, khususÂnya di China dan perkembangan harga komoditas seperti minyak, lalu perkembangan geopolitik, itu bisa membuat terjadinya deprÂesiasi karena ada capital out flow di Indonesia. Jadi, oleh karena itu kita perlu mengelola dengan baik,†pungkas dia.
(detik.com)