2387867PESAWAT milik TNI Angkatan Udara (AU) jenis T50i Golden Eagle jatuh saat melakukan latihan solo aerobatik dalam Atraksi Gebyar Dirgantara Akademi Angkatan Udara (AAU), Minggu(20/12/2015). Dua pilot yakni Letnan Kolonel Pnb Marda Sarjono dan Kapten Pnb Dwi Cahyadi, dinyatakan meninggal dunia di lokasi kejadian.

YUSKA APITYA AJI ISWANTO
[email protected]

Pesawat jatuh di halaman AAU, dekat Pangkalan Udara Adisutjipto, Yog­yakarta, sekitar pukul 09:40 WIB. Kedua korban langsung dibawa ke Rumah Sakit Umum TNI Angkatan Udara Hardjoloekito yang berada di Blok O.

Kepala Dinas Penerangan TNI AU Marsekal Pertama Dwi Badarmanto, mengatakan, kedua pilot yang tewas adalah Letnan Kolonel Pnb Marda Sarjono dan Kapten Pnb Dwi Cahyadi. “Penyebabnya belum diketahui. Kronologis jatuhnya bagaimana juga masih kami selidiki,” ujarnya.

Pesawat rencananya akan melaku­kan atraksi selama dua hari ini, 19-20 Desember, dalam Atraksi Gebyar Dirgantara AAU sedang berlangsung di Pangkalan Udara Adisutjipto. Acara tersebut menghadirkan 57 pesawat tempur, di antaranya jenis T50i, F16, dan Sukhoi. Selain itu, turut dalam atraksi itu pesawat Dinamic Pegasus dan Jupiter Aerobatic Team.

Acara dibuka kemarin oleh Guber­nur DIY Sultan Hamengku Buwono X, yang ditandai dengan atraksi pesawat Su-30, T50, dan The Jupiter. “Jatuh setelah melakukan atraksi selama dua puluh menit,” kata Komandan Pang­kalan Udara Adisutjipto Marsekal Per­tama Imran Baidirus di Markas Kom­ando TNI Angkatan Udara Adisutjipto, Yogyakarta, Minggu (20/12/2015).

Pesawat T50i Golden Eagle ter­gabung dalam Skuadron Udara 15 yang bermarkas di Lanud Iswahyudi Mao­spati, Madiun, Jawa Timur. Ada dua pe­sawat sejenis yang meramaikan acara Gebyar Dirgantara Yogyakarta 2015.

Data dihimpun, pilot pesawat na­has, Letkol Pnb. Marda merupakan Ko­mandan Skuadron 15 Pangkalan Udara Iswahyudi. Sedangkan Dwi merupakan penerbang di Pangkalan Udara Iswa­hyudi. Kedua jasad korban sudah diba­wa ke rumah duka.

Keduanya tidak sempat menggu­nakan kursi lontar. Ketinggian terbang pesawat itu minimal 500 kaki dan pal­ing tinggi 15 ribu kaki saat bermanuver. “Sampai saat terakhir sepertinya (kursi pelontar) tidak sempat digunakan,” kata Imran.

BACA JUGA :  Bawolato Nias Geger, Penemuan Mayat Pria Mengapung di Sungai Hou Sumut

Imran juga menambahkan, tidak ada ledakan di udara sesaat sebelum pesawat buatan Korea itu jatuh. Setelah pesawat jatuh, memang ada asap yang membubung tinggi. Itu akibat sisa ba­han bakar yang masih berada di tangki. “Terjadi impact dengan tanah, maka ada kebakaran,” katanya.

Jenazah Marda disemayamkan di Pangkalan Udara Iswahyudi, Madiun. Sedangkan Dwi dibawa ke rumah orang tuanya di Nusa Indah 119 Sambilegi, Maguwoharjo, Depok, Sleman.

Kepala Penerangan dan Per­pustakaan Pangkalan Udara Adisutji­pto Yogyakarta Mayor (sus) Hamdi Lon­dong Allo mengatakan, acara Gebyar Dirgantara sudah selesai digelar. Acara aerobatik juga sudah dihentikan. Se­dangkan lomba dan pembagian hadiah di arena tinggal pembagian. “Pemba­gian hadiah diselesaikan,” katanya.

Sejumlah saksi mata mengatakan, pesawat nahas T50i Golden Eagle sem­pat berhenti menanjak atau mengalami mati mesin sesaat sebelum jatuh.

Musrifah (33) menjadi saksi mata jatuhnya pesawat T-50i Golden Eagle yang sedang beraksi di acara Gebyar Dirgantara 2015 di Yogyakarta. Suara dentuman keras seperti bom, mem­buatnya takut. “Suaranya bum! Seperti bom kencang sekali,” ujar Musrifah, Minggu (20/12/2015).

Ribuan penonton yang sedang me­nyaksikan begitu kaget dengan kejadi­an ini. Meski begitu, beberapa di anta­ranya ada yang berlarian menuju titik jatuhnya pesawat.

Asap hitam tampak membumbung tinggi. “Orang-orang lari ke pesawat yang jatuh. Tapi saya sama anak-anak langsung pulang. Anak-anak takut,” imbuhnya.

Beberapa saat setelah pesawat T50-i jatuh, pesawat-pesawat lain yang ma­sih di udara mendarat secara bertahap. Kemudian pertunjukan aerobatic lang­sung dihentikan. “Terus yang lain tu­run (landing) satu persatu,” kata Mus.

Laik Terbang

TNI AU membantah jika kondisi pesawat tak laik terbang. Pesawat itu disebut sudah sering digunakan untuk manuver udara. “Itu sudah sering digu­nakan untuk terbang,” kata Kadispen TNI AU Marsma Dwi Badarmanto, Min­ggu (20/12/2015).

BACA JUGA :  Laga Penentuan Timnas Indonesia vs Yordania di Piala Asia U-23 2024

T50i Golden Eagle buatan Korea Se­latan memiliki kecepatan sangat tinggi. Dikutip dari situs tni-au.mil.id, nanti­nya PT DI juga akan bekerja sama den­gan Korea Selatan untuk menggarap pesawat ini.

Kepala Dinas Penerangan TNI AU Marsekal Pertama Dwi Badarmanto juga mengatakan, Letkol Marda dan Kapten Dwi adalah salah satu pener­bang terbaik saat ini. “Jadi kalau kita menanyakan kualifikasinya (Marda dan Dwii), tidak diragukan lagi,” katanya.

Menurut Dwi Badarmanto, Letkol (Pnb) Marda adalah Komandan Skad­ron 15 Lanud Iswahjudi sehingga tentu­nya orang pilihan. “Dia (Letkol Marda) adalah Komandan Skadron, tentunya adalah orang pilihan untuk mener­bangkan pesawat tersebut,” kata dia.

Adapun mengenai penyebab, menu­rut Dwi Badarmanto saat ini pihaknya tengah bekerja keras melakukan inves­tigasi. Kepala Staf TNI AU Marsekal Agus Supriatna langsung memerintahkan tim investigasi untuk langsung berangkat ke Yogyakarta. “Mudah-mudahan dalam waktu tidak terlalu ama, kita bisa kita tahu penyebabnya. Sehingga kita bisa ambil kesimpulan dan kita bisa tahu bagaimana langkah yang akan diam­bil,” kata Dwi Badarmanto.

Semua hal terkait penerbangan pe­sawat T-50i Golden Eagle akan diinves­tigasi. “Oleh tim investasi akan dikaji satu persatu. Bagaimana manusianya yaitu dalam hal ini pilot, psikologinya saat terbang. Bagaimana psikologinya, segala sesuatu hingga ready,” kata Dwi.

Dwi juga menyatakan jet tempur ringan Golden Eagle T-50i yang jatuh ini adalah pesawat yang baru dibeli ta­hun 2013 atau sekitar dua tahun lalu. Golden Eagle T-50i adalah pesawat latih tempur buatan Korea Selatan, yakni Korea Aerospace Industries, hasil pengembangan bersama perusahaan Amerika Serikat Lookheed Martin. Pe­sawat ini hadir di Indonesia menggan­tikan Hawk MK-53. “Pesawatnya relatif baru, buatan Korea yang datang ke In­donesia 2012-2013,” kata Dwi. (*)

============================================================
============================================================
============================================================