Hengkangnya produsen mobil asal Amerika Serikat, Ford Motor Company dari Indonesia, akibat kalah bersaing denÂgan produsen mobil Jepang dan Eropa. Perusahaan yang telah bergulir sejak 2002, terpaksa menutup operasinya di Indonesia.
Oleh : Alfian Mujani
[email protected]
Ford kalah bersaing dengan produsen mobil lain dalam dukungan industri komponen. Ford hadir di Indonesia tanpa dukungan industri kompoÂnen,’’ kata Menurut Menteri Perindustrian Saleh Husin dalam keterangan tertulis, Selasa (26/1/2016).
Sedangkan produsen otomotif lainnya membangun pabrik komponen. “Sudah Ford kalah bersaing karena kompetitornya memproduksi komÂpenen di Indonesia. Para pabrikan itu membangun industri kompoÂnen di sini karena mereka bervisi panjang, serius. Maka, ayo jadikan Indonesia basis produksi jika ingin menangi persaingan, jangan hanya menjadikan pasar saja,†ujar Saleh Husin.
Menurut Saleh, keputusan Ford itu tidak akan mengganggu laju inÂvestasi maupun industri otomotif di Indonesia. Pasalnya, selama ini Ford hanya mengimpor produk mobilnya ke Indonesia. “Ford hanya mengimÂpor mobil dari pabriknya di ThaiÂland, maka tidak akan ada dampakÂnya bagi industri otomotif nasional,†kata Saleh.
Dia menambahkan, investasi di sektor otomotif tetap tumbuh. Salah satu buktinya adalah SAIC General Motors Wuling, perusahaan patunÂgan produsen mobil asal China denÂgan General Motors, membangun pabrik mobil USD 750 juta di KarÂawang, Jawa Barat.
Rencananya, pabrik mobil Wuling mulai beroperasi pada 2017 nanti. Bukan itu saja, rencana penambahan investasi juga dilakukan Mitsubishi senilai Rp 6 triliun dan Isuzu sebesar Rp 3,5 triliun.
“Investasi di bidang otomotif terÂus membaik dan tumbuh, buktinya Wuling yang bekerja sama dengan General Motors, Mitsubishi, Isuzu, Toyota dan lain-lain malah berinÂvestasi terus,†kata Saleh.
Tak Terpengaruh Ford
Kepala Badan Koordinasi PenanaÂman Modal (BKPM) Franky Sibarani menyatakan, keputusan Ford Motor berhenti beroperasi di Indonesia tiÂdak mempengaruhi investasi indusÂtri otomotif di tanah air. Produsen otomotif tersebut melalui website resmi PT Ford Motor Indonesia per Senin (25/1/2016) mengumumkan menutup seluruh aktivitas operaÂsional, termasuk menutup seluruh dealership dan menghentikan penÂjualan dan impor resmi seluruh kendaraan Ford.
Franky Sibarani menyatakan, daya tarik investasi sektor otomoÂtif di Indonesia masih cukup tinggi. “Keputusan Ford Motor Indonesia untuk menghentikan kegiatannya di Indonesia, menurutnya bukan sinyal menurunnya daya tarik investasi sekÂtor otomotif, ujarnya dalam keteranÂgan resmi (26/1/2016).
Menurut Franky, dari data yang dimiliki oleh BKPM, perizinan Ford Motor Indonesia di bidang usaha perdagangan besar, perdagangan imÂpor dan pelayanan purna jual; serta bidang usaha pemeliharaan dan reÂparasi mobil.
“Tidak ada perizinan di bidang usaha industri otomotif. Hingga kini, perusahaan juga belum mengajukan belum mengajukan pencabutan atas izin usaha yang dimiliki ke BKPM,†jelasnya.
Franky mengatakan, minat inÂvestasi industri otomotif ke IndoneÂsia tetap tinggi ditandai dengan geliat investasi di sektor otomotif tanah air. “Ke depan, kami tetap optimistis bahwa perkembangan investasi di bidang otomotif akan terus meningÂkat,†lanjutnya.
Data BKPM 2015 menunjukkan realisasi investasi sektor industri alat angkutan dan transportasi di 2015, termasuk di dalamnya otomotif, mencapai Rp 23,57 triliun, naik 6,5% dibandingkan realisasi tahun 2014 Rp 22,13 triliun. Sedangkan untuk investasi asing yang khusus sektor otomotif baik industri maupun jasa (perdagangan dan reparasi) tercatat mencapai Rp 21,6 triliun meningkat 13% dari tahun sebelumnya Rp 19 triliun.
Berdasarkan data OICA (InternaÂtional Organization of Motor Vehicle Manufacturers) rasio kepemilikan mobil di Indonesia yaitu 77 unit per 1.000 penduduk, sementara di MaÂlaysia 397 unit per 1.000 penduduk. Melihat jumlah rasio kepemilkan mobil tersebut menunjukkan bahwa peluang pasar mobil di Indonesia masih sangat besar. (dtc)