BOGOR, TODAYÂ – Realisasi produksi padi di Kabupaten Bogor tidak sesuai target. Dari 40 ribu hektar, sawah dengan target produksi 6,3 ton gabah kering per hektare, hanya terealisasi 33.313 hektare yang berÂhasil dipanen.
Hal itu disampaikan Kepala Dinas PerÂtanian dan Kehutanan (Distanhut) KabuÂpaten Bogor, Siti Nuryanti untuk musim tanam April hingga September 2015.
“Hasil produksinya cuma tercapai 83,37 persen. Saya prediksi, hingga akhir musim tanam, produksi padi bisa mencapai 88,89 persen di akhir tahun,†kata Siti, Jumat (2/10/2015).
Ia menjelaskan, hingga saat ini produksi gabah kering baru mencapai 84.625 ton dari target 95.200 ton. “Ini karena musim kemarau berkepanjangan sejak Juni lalu. Makanya tidak mencapai target,†katanya.
Setidaknya, kata Siti, terdapat 4.264 hektare sawah dalam kondisi kesulitan air ringan, sedang, berat di lebih dari 20 keÂcamatan. Sebanyak 4.203,8 hektare sawah gagal panen, di antaranya 1.496 hektare di Cariu, 1.400 hektare di Jonggol, 1.241 hekÂtare di Tanjungsari, Sukamakmur 53,8 hekÂtare dan 13 hektare di Leuwisadeng.
Menurutnya, gagal panen tahun ini tiÂdak bisa diprediksi. Meski tanda-tanda keÂmarau sudah terlihat jauh-jauh hari, merÂeka tetap menanam karena biasanya masih memiliki persediaan air.
“Petani sudah menyadari kok. Tapi mereÂka tetap menanam karena persediaan ari biÂasanya aman. Tapi El Nino membuat musim kering yang lebih panjang,†lanjut Siti.
Namun, Siti menyayangkan, dari sekian lahan puso, petani tidak memanfaatkanÂnya untuk alternatif penanaman lain.
“Padahal kami bersama Badan KetahÂanan Pangan dan Pelaksanaan Penyuluhan Perikana Peternakan dan Kehutanan secara aktif mengimbau agar tanah bekas sawah ditanami palawija terlebih dulu,†lanjutnya.
Masih kata Siti, beberapa wilayah yang berdekatan dengan hutan lebih menyadari pentingnya menyela tanaman padi dengan palawija dalam setahun.
Stok air yang masih cukup karena ada lahan-lahan yang ditanami pohon keras membuat petani lebih optimistis.
Distanhut juga terus mendata petani yang terkena puso untuk diberikan banÂtuan bibit dan pupuk.
Meskipun sudah banyak data yang maÂsuk, menurut Siti, pemberiannya ditunda sampai musim hujan.
Pengajuannya pun sudah diserahkan ke Kementerian Pertanian agar dialokasikan dari dana darurat.
“Pasti ada, walaupun jumlahnya masih terus didata, karena sudah disiapkan sebÂagai ganti rugi bencana akibat kekeringan. Petani saya minta bersabar dulu, sambil menunggu musim tanam ketiga, tanamlah palawija,†ujarnya.
Serangan hama menjadi faktor lain produksi padi yang minim. Hama pengÂgerek batang, wereng cokelat dan burung pipit menghantui sawah-sawah produktif.
“Makanya tak jarang petani menemuÂkan bulir-bulir padi yang kosong beberapa hari sebelum dipanen,†keluhnya.
Pola tanam yang tidak serentak juga menjadi salah satu faktor. Di samping itu, perlakuan petani terhadap organisme pengganggu tanaman pun kurang tepat dan posisi sawah yang berada di lembahan gunung, mengundang hama-hama terseÂbut.
(Rishad Noviansyah)