PERMINTAAN Presiden Joko Widodo agar aparat kepolisian mencari Muhammad Riza Chalid, sudah terlambat. Sebab, taipan minyak yang dicurigai mengotaki pencatutan nama Presiden dalam kasus perpanjangan kontrak kerjasama dengan PT Freeport Indonesia (PFI) oleh Ketua DPR RI, Setya Novanto, itu sudah menghilang.
YUSKA APITYA AJI
[email protected]
Langkah Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) DPR RI unÂtuk membereskan sidang etik terhaÂdap kasus pencactutan nama presiden oleh Setya Novanto, terganjal. Kolega Setya yang juga merupakan kunci skandal perkara ini, Muhammad Riza Chalid, kabur dan tak jelas rimÂbanya. Panggilan demi panggiÂlan yang dilayangkan MKD unÂtuk Riza juga tak berbalas. Pun demikian, MKD tak juga meÂminta Mabes Polri dan KejakÂsaan Agung (Kejagung) untuk melacak dan memanggil Riza.
Semangat untuk menciduk Riza justru ditunjukkan kubu Istana Negara. Kejagung genÂcar mengejar keberadaan Riza. Bahkan, Mabes Polri juga masih menunggu DPR RI melayangkan perintah pemanggilan paksa.
Kemarin, Presiden Jokowi mendadak mengumpulkan seluÂruh menterinya di Istana Bogor. Para menteri menyatakan siap pasang badan untuk Presiden Joko Widodo menyusul pencaÂtutan namanya dalam rekaman pembicaraan antara Ketua DPR Setya Novanto, pengusaha Riza Chalid, dan petinggi Freeport, Maroef Sjamsoedin.
Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo mengatakan suÂdah sepantasnya para menteri mengambil sikap karena terÂjadinya peristiwa itu.
“Tadi saya menyampaikan ke PresÂiden, mohon maaf kalau memang para menteri sebagai pembantu Bapak menÂgambil sikap. Bukan dalam konteks siaÂpa kawan atau lawan, melainkan dalam konteks mengingatkan. Apa pun, Pak Jokowi adalah lambang negara,†kata Tjahjo setelah mengikuti rapat koorÂdinasi di Istana Kepresidenan Bogor, Selasa (8/12/2015).
Tjahjo mengatakan, setelah menÂdengar rekaman tersebut secara utuh, wajar saja Presiden marah dan menÂgambil sikap keras. Dan wajar juga jika para menteri mengambil sikap. “RakyÂat saja yang mendukung dan tidak menÂdukung beliau sikapnya keras. Sudah melecehkan lambang negara,†ujarnya.
Meski tidak menyebutkan secara eksplisit, Sekretaris Kabinet Pramono Anung mengatakan pernyataan murka yang disampaikan Presiden Jokowi suÂdah menjadi semacam “arahan†yang jelas bagi para pembantunya. Menurut dia, para pembantunya sudah pasti paÂham bagaimana memaknai kemarahan Presiden tersebut. “Sebagai pembanÂtu, semuanya bisa memaknai apa yang disampaikan Presiden. Tidak perlu dijelaskan,†tuturnya.
Sementara itu, Menteri KoordinaÂtor Politik, Hukum, dan Keamanan Luhut Pandjaitan menyatakan wajar saja Presiden marah atas munculnya pencatutan nama oleh sejumlah pihak. “Presiden pantaslah marah,†ujarnya.
Presiden Jokowi meluapkan keÂmarahannya karena namanya sudah dicatut dalam rekamaan transkrip pembahasan perpanjangan kontrak Freeport. Presiden mengatakan ia bisa menerima jika disebut gila, syaraf, atau koppig. Tapi ia sangat tidak terima jika namanya dicatut dalam pemberian 11 persen saham Freeport.
Luhut juga menegaskan kesiapanÂnya jika dipanggil Mahkamah KehorÂmatan Dewan (MKD) terkait percakaÂpan ‘Papa Minta Saham’ yang namanya disebut hingga 66 kali. Bahkan dia pun penasaran dengan apa yang akan dipuÂtuskan MKD nanti. “Kita tunggu hasil MKD. Saya juga tunggu hasil MKD,†kata Luhut kepada wartawan di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, SeÂlasa (8/12/2015).
Jika dipanggil oleh MKD, Luhut menÂgaku akan menjelaskan mengenai posiÂsiinya dalam percakapan itu. Intinya dia tidak terlibat dalam masalah ‘Papa MinÂta Saham’ itu. “Saya mau menjelaskan juga, bahwa saya tidak pernah terlibat dalam masalah itu,†katanya.
Lalu, apakah Anda sudah pernah ditanya Presiden Jokowi soal pencatuÂtan nama tersebut? “Semua kajian yang kami berikan pada Presiden adalah tidak setuju dilakukan perpanjangan PT Freeport sebelum 2019. Itu tertulis dalam memo yang saya tulis dan dua kali paparan saya pada presiden. Itu siÂkap kami. Jadi tidak ada polemik menÂgenai itu. Jelas posisinya,†jawab Luhut.
Riza Kabur ke Luar Negeri
Terpisah, Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly menyebut pengusaha Riza Chalid tak ada di Indonesia. Riza telah meninggalkan Indonesia sekitar empat hari lalu.
Yasonna menyebut, pengusaha yang namanya ikut terseret dalam kaÂsus pencatutan nama Presiden Jokowi tersebut memang warga negara IndoneÂsia. “Dia tidak di Indonesia,†ucap YasÂonna di Istana Bogor, Selasa (8/12/2015).
Pihak imigrasi tak bisa mencegah Riza bepergian ke luar negeri karena memang tak ada perintah pencekalan. “Kan belum ada surat,†kata Yasonna.
Berbicara terpisah, Kapolri JenÂderal Pol Badrodin Haiti menyatakan tak akan melakukan inisiatif untuk melakukan pencarian pada pengusaha Rizal Chalid. Polri baru akan bergerak jika diminta MKD.
“Saya bilang kalau nanti ada perÂmintaan dari Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) atau dari Kejaksaan, tenÂtu ya kita akan melakukan pencarian. Jadi bukan inisiatif kita,†ucap Kapolri di Istana Bogor, Selasa (8/12/2015).
Badrodin mengatakan, institusinya bisa meminta bantuan Interpol untuk menyampaikan surat pemanggilan pada Riza. Namun demikian, sambung dia, Polri tak bisa leluasa bekerja apaÂbila kepolisian di negara bersangkutan tidak mau membantu. Sehingga Riza tak bisa dipanggil pulang ke Indonesia.
Kepolisian memang memiliki weÂwenang untuk membantu mencari seÂseorang yang keterangannya diperluÂkan, seperti bersaksi atas sebuah kasus atau tindak kejahatan. Namun tanpa adanya permintaan resmi, polisi beÂlum bisa bertindak.
Reza Chalid yang kini dicari keÂberadaannya oleh Kejaksaan Agung dalam kasus ‘Papa Minta Saham’ diÂpastikan sudah berada di luar negeri. “Betul, sudah berada di luar negeri,†kata Kabag Humas dan TU Ditjen ImiÂgrasi, Heru Santoso Ananta Yudha.
Namun dia enggan memberikan inÂformasi dimana posisi Riza. Informasi tersebut akan diberikan hanya kepada penegak hukum yang membutuhkan data. “Kami tidak bisa menginformaÂsikan melalui mana dan tanggal keperÂgian, kecuali permintaan dari penyiÂdik,†kata Heru.
Terbang ke Singapura
Penelusuran BOGOR TODAY, Riza memiliki rumah di komplek perumaÂhan elite Rancamaya, Kecamatan BoÂgor Selatan, Kota Bogor. Rumahnya terletak di jajaran komplek panggede negara, seperti Wiranto dan sejumlah purnawirawan TNI dan Polri, konglomÂerat Murdaya Poo. Rumahnya di Bogor ini nampak sepi. Beredar kabar bahwa Riza Chalid sudah tinggal di Singapura.
Namun, hingga kini, Kapolri JenÂderal Badrodin Haiti, enggan menjelasÂkan detil. “Nanti lah kalau ada surat dari MKD, pasti langsung kami panggil paksa,†kata dia. (*)