BOGOR TODAYÂ – Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB) Yuddy Chrisnandi tiba-tiba berkunÂjung ke kontrakan nenek Nafsah di Kelurahan Semplak, Kecamatan Bogor Barat, Bogor. Nenek Nafsah merupakan perempuan 73 tahun yang bolak-balik mengantar cucunya berobat ke RSCM selama 14 tahun.
Yuddy tiba di kontrakan Nafsah, Minggu (31/5/2015), sekitar pukul 11.00 WIB. DitemaÂni Wali Kota Bogor Bima Arya, Yuddy menemui nenek Nafsah yang telah duduk menunggu di ruang tamu.
Cucu nenek Nafsah, Nur Azra, menderÂita mikrosefalus atau kelainan otak yang menyebabkan terhambatnya pertumbuhan tulang tengkorak. Anak perempuan 20 tahun itu belum bisa melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri. Penyakit tersebut diderita Nur sejak usia balita.
Saat Yuddy tiba, nenek Nafsah tak kuasa menahan haru. Air matanya turun. Ia tak menÂyangka pemerintah begitu peduli dengan nasib ia dan cucunya. “Saya diminta Pak Presiden ke sini, datang sama Pak Wali Kota juga. Soalnya kalau Pak Presiden sendiri yang ke sini, bakal repot di jalannya. Jadi beliau minta saya, kan saya pembantunya,†tutur Yuddy dengan Bahasa Sunda halus. “Hatur nuhun pisan, Pak. Tos kersa kadieu (sudah mau ke sini),†ujar Nafsah sambil sesekali mengusap air mata.
Nenek nafsah mengontrak di rumah tersebut dengan biaya Rp 400 ribu per bulan. Beruntungnya, uang untuk kontrakan selama ini sudah ada yang menanggung. “Tiap bulan ngambil ke Bintaro Rp 400 ribu sebulan. Ya alhamdulillah,†terangnya.
Untuk memenuhi biaya hidup sehari-hari, nenek Nafsah berjualan jajanan anak-anak di kontrakannya. Sesekali ada pula dermawan yang membantu meringankan beban ekonomi nenek Nafsah.
Yuddy lantas memberikan sejumlah banÂtuan dana kepada Nafsah dan cucunya. Dana tersebut salah satunya untuk membayar uang kontrakan selama setahun penuh. “Langsung dibayarkan ya, takutnya nanti keburu dipake buat yang lain,†pinta Yuddy.
Hingga saat ini, Nenek Nafsah masih harus rutin mengantarkan cucu tercintanya ke RSCM untuk menjalani pemeriksaan. Dulu, Nenek Nafsah selalu menggunakan KRL ekonomi dari Bogor sampai Jakarta karena tarifnya hanya Rp 2.000.
Namun, kini Nafsah harus lebih berjuang lagi setelah dihapuskannya KRL ekonomi. Dia harus mengeluarkan lebih banyak uang karena tiket KRL yang kini jauh lebih mahal.
Nafsah tinggal di rumah petak bersama cucunya, Nur Azra. Anak Nafsah yang merupaÂkan ayah Nur telah meninggal beberapa tahun yang lalu. Sedangkan ibunda Nur hingga kini tak diketahui keberadaannya.
(Rizkt Dewantara)