Kemelut di pentas sepak bola tanah air yang tak berÂkesudahan memaksa para pemain liga super dan divisi utama putar otak untuk menyambung hidup. Salah satunya dengan menjadi pemain sewaan dalam perÂtandingan sepak bola anÂtarkampung alias tarkam
Oleh : Adilla Prasetyo Wibowo
[email protected]
Pelatih Persela Lamongan, Iwan SeÂtiawan, membebaskan anak asuhnya untuk bermain di turnamen tarkam atau antar kampung. Sebab, ia meÂnilai para pemain Persela membutuhkan pemasukan untuk menyambung hidup.

Berhentinya kompetisi sepak bola di InÂdonesia membuat rugi semua tim, sehingga beberapa manejemen klub memutuskan kontrak atau meliburkan para pemainnya. Hal tersebut dilakukan guna mengurai beban finansial tim.
Polemik yang terjadi antara PSSI dengan Kemenpora menjadi penyebab utama berÂhentinya liga sepak bola di Tanah Air. PSSI bersama PT Liga Indonesia memutuskan tiÂdak melanjutkan kompetisi disebabkan force majeure.
“Hak kami sudah dibayarkan semuanya, tapi pemain di liburan sampai batas waktu yang tidak tentukan. Dengan diberhentikanÂnya kompetisi maka tertutup nafkah para pemain. Jadi saya bebaskan pemain untuk bermain di tarkam manapun,†kata Iwan di Stadion Persikabo.
Selanjutnya mantan pelatih Persija JakarÂta itu meminta perseteruan Kemenpora denÂgan PSSI segera usai. Menurutnya bila kedua belah pihak telah berdamai liga di Indonesia segera berjalan. “Menpora harus mencabut kembali pembekuannya kepada PSSI agar kompetisi bisa berjalan lagi. Kami rindu akan sepak bola,†ucapnya.
Tak heran bila beberapa nama beken yang biasa berlaga di Liga Indonesia ikut berÂlari-lari mengejar bola di lapangan desa. MerÂeka antara lain adalah pemain Persik Kediri Khusunul Yuli, Sandi Firmansyah, Rendi Irawan, pemain Semen Padang Jajang PaliaÂma, dan pemain Persewa Wamena Supriyadi.
Dalam turnamen tarkam di Desa Banaran Wetan, Kecamatan Bagor, Kabupaten NganÂjuk, Minggu 7 Juni 2015 kemarin, Khusunul Yuli, Sandi Firmansyah, Rendi Irawan, dan Jajang Paliama bermain untuk klub Rajawali FC dari Desa Petak, Kecamatan Bagor. AdaÂpun Supriyadi memperkuat tim Werungotok FC dari Kecamatan Nganjuk Kota.
Kualitas permainan mereka yang jauh di atas kemampuan pemain lokal menjadi hiburan tersendiri. Namun karena kurang mendapat dukungan rekan-rekannya seÂtim, mereka kerap kerepotan saat hendak mencetak gol ke gawang lawan.
Supriyadi mengaku terpaksa menerima tawaran main tarkam karena butuh uang unÂtuk keluarganya. Sejak PSSI menyetop komÂpetisi di semua level dengan alasan force maÂjeure, pemasukan Supriyadi ikut berhenti. “Main tarkam ini itung-itung untuk pemanaÂsan karena lama tak main,†katanya.
Namun saat ditanya berapa honor yang diterima dari klub tarkam untuk sekali tandÂing, dia menolak menjawab. Demikian pula pengurus klub Werungotok FC yang mengeÂbon Supriyadi juga tak bersedia berterusÂterang.
Sedangkan official Rajawali FC lebih terÂbuka menyampaikan kocek yang harus dikeÂluarkan untuk menyewa tiga pemain Persik. Ongkos yang ditetapkan per paket untuk tiga pemain yakni Khusnul Yuli, Sandi FirÂmansyah, dan Rendik Irawan dibanderol Rp 5 juta sekali tanding. “Untuk pemain Persik lima juta sekali tanding,†kata Putro Utomo, official Rajawali FC.