Australian Rural Export (Austrex) bakal menjalankan bisnis peternakan sapi senilai USD 10 juta di Indonesia. Produsen sapi terbesar di negeri kangguru itu bakal menggandeng dua perusahaan nasional, PT Rumpinary Agro Industry di Rumpin, Kabupaten Bogor, dan PT Pramana Agri Resources di Sumba Nusa Tenggara Timur (NTT). Target operasi bisnis patungan ini mulai akan berjalan paling lambat 2017 mendatang.
Oleh : Apriyadi Hidayat
[email protected]
Presiden Direktur RumpiÂnary Agro Industry, Djody Koesmenro, mengatakan, bertambahnya perusahaan peternakan sapi akan menambah pasokan daging nasional. HitunÂgannya, produksi daging setiap tiga bulan sekali bisa mencapai 3.600 ton. Sementara kebutuÂhan daging nasional setahun mencapai 640.000 ton.
Perusahaan patungan tersebut bakal memiliki kaÂpasitas produksi sebesar 15.000 ekor. Dari berat badan sapi sebesar 350 kilogram (kg) sampai 400 kg dengan hitungan 60 persen menjadi daging dari jumlah 15.000 ekor. Harapannya bisa meÂmasok kebutuhan daging di Sulawesi dan Pulau Jawa.
“Harapannya kedepan harga daging sapi nasional bisa lebih murah dari harÂga saat ini. Harga daging sapi diperkirakan tidak lebih dari Rp 90.000 per kg,†tanÂdas Djody pada Rabu (10/6).
Pekan ini, harga daging sapi yang tercatat di KemenÂterian Perdagangan terus naik. Jika pada awal bulan Juni harga daging sapi sebeÂsar Rp 102.846 per kg. Hari ini harga daging sapimencapai Rp 103.300 per kg.
Kerja sama investasi ini akan mengawinkan potensi dan kekuatan yang dimiliki oleh perusahaan nasional dalam hal pengetahuan tenÂtang metode penggemukan sapi, penguasaan pasar doÂmestik dan teknologi pakan ternak, dengan kekuatan yang dimiliki perusahaan Australia di bidang teknologi dan manajemen usaha peterÂnakan sapi yang terintegrasi dengan pengolahannya, seÂhingga dihasilkan produk yang berkualitas baik dan memenuhi standard internaÂsional untuk pasar domestik maupun ekspor.
“Pengajuan izin prinsip di hari yang sama secara online. Perusahaan berdiri di atas laÂhan 5 ribu hektar itu bakal merekrut 160 tenaga kerja. Dari 5 ribu hektar lahan, 30 hektare diantaranya untuk bisnis penggemukan sapi terÂintegrasi rumah potong. Kerja sama ini diharapkan dapat menambah kapasitas produkÂsi daging sapi serta meninÂgkatkan pengetahuan dan keterampilan peternak lokal melalui kemitraan usaha,†unÂgkap Deputi Bidang Promosi Penanaman Modal BKPM, Himawan Hariyoga, dalam keterangan tertulisnya, di JaÂkarta, Rabu (10/6/2015).
Kerja sama investasi ini juga merupakan salah satu hasil tindak lanjut program Kemitraan Indonesia-AustralÂia dalam Ketahanan Pangan di Sektor Daging dan Ternak Sapi (Indonesia-Australia PartnerÂship on Food Security in the Red Meat and Cattle Sector), khususnya pada bidang penÂgolahan (processing area), di mana salah satu sasarannya adalah pengembangan Rumah Potong Hewan (RPH) yang modern dan bertaraf internaÂsional.
“Ini sekaligus mencerminÂkan komitmen yang kuat dari pemerintah pusat, pemerinÂtah daerah dalam hal ini PemÂprov Sulawesi Selatan dan Pemerintah Australia dalam mengawal kerja sama invesÂtasi ini sehingga dapat terealÂisasi dengan sukses,†pungkas Himawan.
(Apriyadi/*)