JAKARTA, TODAY — Penghapusan Pajak PenÂjualan atas Barang Mewah (PPnBM) disambut baik pengusaha pusat perbelanjaan di IndoneÂsia khususnya di kota besar seperti DKI Jakarta.
Waktu pelaksanaan kebijakan ini dianggap tepat, apalagi berbarengan dengan gelaran pesta diskon yang disebut JaÂkarta Great Sale 2015 dan The Great Singapore Sale 2015.
Penghapusan PPnBM akan membuat harga lebih murah dari sebelumnya. Salah satu komponen yang membuat harga barang impor dijual mahal di Indonesia adalah pajak. Misalnya barang yang dihaÂpuskan pajaknya adalah produk fesyen bermerek hingga 40% seperti tas Louis Vuitton, Hermes dan merek dunia lainnya.

Ketua Dewan Pembina Asosiasi PenÂgelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Stefanus Ridwan mengatakan, dengan adÂanya penghapusan PPnBM, maka orang Indonesia berpikir ulang membeli barang bermerek di luar negeri. Selama ini banÂyak orang berduit di Indonesia belanja di Singapura saat ada Great Singapore Sale. “Saya kira bagus ya. Daerah sekitar kita seperti Singapura, Malaysia itu sudah membebaskan juga,†tuturnya.
Menurut Ridwan, gelaran pesta disÂkon seperti Jakarta Great Sale yang berÂlangsung mulai 6 Juni sampai 12 Juli 2015. Periodenya memang masih kalah cepat dan kurang lama daripada The Great SinÂgapore Sale yang mulai sejak 29 Mei samÂpai 26 Juli 2015.
Ridwan mengatakan, kebijakan pemerintah menghapus pajak barang meÂwah produk tertentu untuk meningkatÂkan daya beli masyarakat. Selain itu, menÂdorong masyarakat Indonesia khususnya kaum menengah ke atas untuk tetap berÂbelanja di dalam negeri, meski Singapura menawarkan pameran diskon yang lebih lama. Orang Indonesia menurutnya akan berbelanja di dalam negeri.
“Kita menghadapi great sale yang beÂsar. Ada tiga, Jakarta, Malaysia, dan SinÂgapura. Itu menarik banyak sekali orang Indonesia. Tapi saya kira akan tertahan (karena penghapusan PPnBM). Mereka akan lebih baik beli di negara sendiri (InÂdonesia). Boleh jalan-jalan ke Singapura, tapi jangan beli barang. Di sini saja,†tegas Ridwan.
Ridwan juga menilai, penghapusan PPnBM untuk barang-barang mewah khuÂsusnya fesyen mampu menurunkan harÂga. “Saya kira 5% sampai 10%,†tutupnya.
Sebelumnya, Pemerintah membebasÂkan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) untuk barang-barang mulai dari TV hingga tas bermerek terkenal, seperti Hermes, Gucci, Louis Vuitton, dan lainÂnya. Selain bisa meningkatkan daya beli masyarakat, kebijakan ini juga bisa efektif mencegah orang Indonesia berbelanja di luar negeri, contohnya di Singapura.
Ketua Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia Handaka Santosa mengatakan, tren orang Indonesia berbelanja ke SinÂgapura bukan jadi hal ‘wah’ lagi. Apalagi saat ini didukung banyaknya tiket penerÂbangan murah ke Singapura.
“Banyak orang kaya di Indonesia, dari semua kota bisa terbang ke Singapura. Tentu mereka akan belanja ke sana, tiket mudah dan murah sekali ke sana,†kata Handaka, Senin (15/6/2015).
Handaka menuturkan, pemerintah kehilangan banyak potensi penerimaan devisa karena tren ini. Karena bukan hanya belanja barang-barang mewah di sana, orang Indonesia pun pasti memÂbelanjakan uangnya untuk kepentingan lain. “Selain belanja, mereka pasti makan ke restoran, menginap di hotel. Jadi ini deÂvisa ke luar,†tambahnya.
Lewat penghapusan PPnBM ini, akan memicu orang Indonesia tak lagi berbeÂlanja di Singapura atau bepergian ke negara lain hanya untuk belanja, karena harganya di Indonesia sudah mulai komÂpetitif.
“Kita sambut baik ini agar orang IndoÂnesia tidak lagi belanja ke sana. Jadi beÂlanja di sini. Barangnya sama kok. Nggak perlu buang duit ke luar,†tegasnya.
Ketinggalan Zaman
Sudah bukan rahasia lagi, orang-orang kaya di Indonesia banyak mencari barang mewah bermerek seperti produk fesyen Louis Vuitton, Gucci, Hermes ke luar negÂeri. Alasannya produk yang dijual di IndoÂnesia masih ketinggalan zaman alias tidak up to date dibandingkan di luar negeri seperti Singapura.
Seorang konsumen produk fesyen bermerek Lisa Daryono mengatakan, dirinya kerap berbelanja pakaian khuÂsusnya tas ke luar negeri karena banyak pilihan. Sedangkan di Indonesia, seperti Jakarta, pilihan modelnya masih sangat terbatas.
“Barangnya yang di luar itu lebih banÂyak variasinya. Barang fesyen baju, tas atau sepatu, di Indonesia banyak yang ketinggalan,†kata Lisa yang juga seorang Fashion Designer saat dihubungi detikFiÂnance, Senin (15/6/2015).
Ia menjelaskan, tak hanya dari model, pilihan warna dan ukuran di luar negeri yang lebih lengkap dan variatif pun terÂkadang menjadi alasan para sosialita atau orang kaya berbelanja pakaian meÂwah ke luar negeri.
“Kalau sepatu di luar ada 10 warna, kalau di kita kadang hanya ada warna dasar seperti hitam atau putih, jadi cuma sedikit. Di luar variasinya banyak,†kata wanita yang mengoleksi belasan tas berÂmerek ini.
Lisa yang sangat menyukai tas berÂmerek Louis Vuitton dan Hermes ini, alasan lain dirinya belanja ke luar negeri adalah karena ingin sekalian jalan-jalan. “Bisa sambil jalan-jalan juga,†tuturnya.
Ia mengaku, setelah pemerintah membebaskan pajak barang mewah unÂtuk jenis produk-produk ini, dirinya akan berbelanja di dalam negeri karena selain lebih dekat, juga harganya akan lebih berÂsaing.
(Alfian Mujani)
Saya tertarik dengan tulisan anda mengenai perpajakan, perpajakan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan negara ini.
Negara yang maju dapat dilihat dari sitem perpajakan di negaranya.
Saya juga mempunyai link perpajakan yang mungkin dapat bermanfaat, silahkan kunjungi Komunitas Pajak Universitas Gunadarma