JAKARTA, Today – Tim Transisi membeberkan kapan kick-off Piala KeÂmerdekaan yang merÂeka gagas bakal digeÂlar. Rencananya, Piala Kemerdekaan mulai digulirÂkan usai lebaran, 24 Juli 2015.
Ketua Pokja Kompetisi Tim Transisi, Tommy KurÂniawan, menjelasÂkan Piala KeÂmerdekaan akan diikuti oleh 30 klub yang berasal dari Divisi Utama.
Nantinya, akan ada lima wilayah yang ditunjuk menjadi tuan rumah. Artinya, format Piala Kemerdekaan adalah home tourÂnament.
Lima wilayah yang ditunjuk sebagai tuan rumah adalah SuÂmatera (Lampung atau Medan), Serang, Banten, Bangkalan, dan Bali. Keputusan ini diambil dalam rapat Tim Transisi yang digelar di kantor Kemenpora, Rabu 17 Juni 2015 tadi sore.
“Pekan-pekan ini surat pemÂberitahuan klub akan kami sebar. Semifinal bakal digelar 12 AgusÂtus 2015 dan tiga hari setelahnya final,†ucap Tommy kepada para wartawan.
Selain menentukan format PiaÂla Kemerdekaan, Tim Transisi juga memastikan sudah berkoordinasi dengan perangkat pertandingan yang akan bertugas.
Salah satu anggota Tim Transisi, Saut Sirait, mengÂklaim wasit-wasit yang berasal dari AWAPI bersedia memimpin laga-laga di Piala Kemerdekaan.
Tapi, terkait jumlahnya, Saut belum bisa membocorkanÂnya. “Nanti sepekan sebelum Piala Kemerdekaan ada penyegÂaran selama tiga hari. Intinya, tak ada masalah. Malah, mereka mengajukan ada 20 wasit dari Angkatan (TNI) yang ditugasÂkan,†kata Saut
Terkait operator, sampai sekaÂrang masih belum ditentukan. Saut menjelaskan Tim Transisi berenÂcana menggelar open bidding usai menggelar Rapat Kerja (Raker) pada Sabtu hingga Minggu pekan ini.
Sementara itu, Ketua Tim TranÂsisi, Bibit S Rianto, mengungkapÂkan pentingnya penyelenggaraan turnamen secara fair play. “Kita harus tegakan aturan. Selama ini kita tahu, regulasi tidak pernah diÂindahkan,†tegasnya.
Tim Transisi juga berharap turÂnamen menjadi role model bagi kompetisi selanjutnya dalam perÂspektif fair play pada kerangka reÂbranding dan reformasi tata kelola sepakbola nasional.
Lebih jauh Tim Transisi mengklaim sudah mendapat dukungan dari perÂangkat pertandingan di daerah walau tidak menyebut secara rinci.
Anggota Tim Transisi lainnya, Cheppy Wartono menyebut bahÂwa turnamen Piala Kemerdekaan merupakan awal dari penyusunan hand book sepakbola nasional.
“Ke depan, kami akan susun kompetisi. Mulai dari festival sampai tingkat senior,†pungkas Cheppy.
Kesalahan Jangan Terulang
Rencana Menpora, Imam NahÂrawi menggelar turnamen Piala Kemerdekaan memunculkan kekhawatiran. Klub-klub tidak ingin kompetisi tersebut nantiÂnya justru membuat perpecahan, karena tidak melibatkan PSSI seÂbagai federasi resmi di Indonesia.
Kekhawatiran tersebut merujuk pada pengalaman dualisme komÂpetisi ketika muncul Indonesian Premier League (IPL) beberapa tahun lalu. Upaya yang awalnya disebut sebagai perbaikan, nyatÂanya justru membawa dampak buruk.
Kekhawatiran itu salah satuÂnya diungkapkan Persegres Gresik United yang pesimistis bisa mengiÂkuti Piala Presiden dan Piala KeÂmerdekaan. Kompetisi yang tidak melibatkan PSSI sebagai otoritas resmi sepakbola Indonesia, sangat riskan jika dipaksakan.
“Kita semua tentu ingat bagaimana kondisinya ketika ada IPL dan ISL. Sepakbola tidak bergerak ke arah positif, tapi jusÂtru menimbulkan perpecahan. Ini yang sangat tidak kami harapkan,†jelas Manager Persegres, Bagoes Cahyo Yuwono.
Apalagi, menurutnya, klub yang terlibat dalam kompetisi tersebut juga layak dipertanyakan nasibnya kemudian. Bisa jadi diÂanggap membelot dari federasi resmi dan terkena sanksi, seperti pernah dialami Persibo BojoneÂgoro dan Persema Malang.
Persibo dan Persema adalah dua klub yang ikut menjadi bagian IPL dan akhirnya mendapat sanksi dari PSSI. Kini kedua klub tersebut harus merangkak dari level amÂatir karena statusnya didegradasi setelah membelot ke LPI.
“Sudah ada klub yang terkena sanksi sebelumnya dan itu menÂjadi pelajaran bagi kami. Pilihan terbaik adalah menunggu hingga ada kompetisi yang benar-benar bersih dari potensi perpecahan dan sesuai aturan,†tegas Bagoes.
(Imam/net)