Untitled-3Rasa kantuk menyerang setelah makan, sepertinya wajar. Apalagi jika tengah berpuasa. Pemilihan konsumsi makanan juga mempengaruhi rasa kantuk. Tapi waspada, makanan yang mengandung karbohidrat tinggi, dapat meningkatkan kadar gula darah secara cepat.

Oleh : RIFKY SETIADI
Email: [email protected]

Hampir semua orang pasti mera­sakan setelah ken­yang, rasa kan­tuk menyerang. Karena setelah makan, secara alami darah mengalir ke salu­ran pencernaan. Ini memang proses untuk proses pencer­naan makanan. Semakin ban­yak makan aliran darah yang dibutuhkan untuk membantu proses pencernaan juga makin banyak. Sehingga hal ini ber­imbas pada aliran darah yang ke otak dan organ tubuh lain hanya mendapat sedikit oksi­gen. Berkurangnya kadar ok­sigen darah yang mengalir ke otak itulah yang merangsang rasa kantuk.

Pada proses pencernaan makanan, lambung menge­luarkan asam lambung lebih banyak. Tingkat keasaman lambung ini merangsang tu­buh melepaskan lebih banyak zat bersifat basa. Kondisi ini menimbulkan kondisi alka­line tide yang merangsang rasa kantuk.

Pemilihan konsumsi ma­kanan juga mempengaruhi rasa kantuk. Konsumsi makanan mengandung karbohidrat ting­gi, dapat meningkatkan kadar gula darah secara cepat. Karena merangsang kelenjar pankreas melepas insulin dalam jumlah banyak.

Hal ini juga bisa merang­sang perubahan triptofan, asam amino sebagai penyu­sun protein menjadi seroto­nin yang merangsang rasa kantuk. Guna mengurangi rasa kantuk, kurangi makan ma­kanan yang kandungan gula dan tepungnya tinggi, seperti pada roti atau kue, atau kalau buah seperti pisang.

BACA JUGA :  Wajib Tahu! Ini Dia 6 Manfaat Vitamin K untuk Tubuh

Tingginya kandungan gula dan karbohidrat mempen­garuhi kerja gula darah dan proses pencernaan lebih keras. Tidak makan dalam porsi ban­yak sekaligus. Sebab bisa mem­pengaruhi energi yang dibutuh­kan untuk proses pencernaan.

Konsumsi makan dalam porsi kecil membantu mengurangi energi yang diper­lukan dalam membantu proses pencernaan. Terakhir, kurangi konsumsi makanan yang men­gandung triptofan tinggi seperti susu sapi. Memilih makanan yang memiliki kadar protein rendah lemak lebih baik. Sep­erti ikan, kacang-kacangan, tempe, tahu, atau daging ayam tanpa kulit. Bisa juga diganti bentuk olahannya. Misal susu dibuat dari kedelai, tahu atau bahan protein tinggi lainnya.

Diabetes melitus memang merupakan penyakit gangguan metabolisme karbohidrat, yang bila tidak dicegah dapat me­nyebabkan berbagai komplikasi yang bersifat kronis. Penanga­nan diabetes sebaiknya dilaku­kan sebelum timbul gejala.

Karena bila sudah timbul gejala, berarti sudah cukup ‘terlambat’ untuk ditangani. Karena biasanya pada saat itu komplikasi sudah terjadi. Bila penanganan dilakukan pada saat terlihat gejala dan dalam kondisi lanjut, akan sangat sulit membedakan diabetes dengan penyakit lainnya.

Jadi sebaiknya penanganan dilakukan sejak masih dalam kondisi pre diabetes. “Pre Dia­betes merupakan suatu kondisi dimana gula darah masih di­ambang gula darah puasa 100 – 125,99.

BACA JUGA :  Ternyata Durian Tak Hanya Enak tapi Banyak Manfaat bagi Kesehatan, Simak Ini

Bila penanganan atau pen­gobatan pasien diabetes di­lakukan di awal akan berbeda dampaknya bila dibandingkan dengan pengobatan yang di­lakukan setelah pasien diabe­tes memperlihatkan gejala.

Bila sudah timbul gejala berarti kita sudah terlambat 5 tahun – 10 tahun. Penanganan yang dilakukan pada saat pre diabetes itu akan memperlam­bat dan atau mencegah Dia­betes Melitus Type 2, ” ungka­pnya.

Pemeriksaan kadar gula darah sebaiknya segera di­lakukan bila sudah terlihat 7 faktor di tubuh, yaitu:

  1. Usia di atas 45 tahun, karena pada usia biasanya harus berha­ti-hati dengan datangnya diabe­tes. Usia 45 tahun sangat rentan untuk terkena diabetes.
  2. Gemuk. Bila berat badan dia­tas 120% dari berat badan ideal, maka kita sudah dekat dengan diabetes.
  3. Memiliki keluarga yang men­derita diabetes.
  4. Memiliki diabetes tipe 4. Art­inya pada saat seorang wanita hamil, kadar gula darahnya naik.
  5. Melahirkan anak di atas 4 Kg.
  6. Memiliki hipertensi.
  7. Kolesterol tubuh jelek.

Bila kita sudah mempu­nyai dua dari tujuh faktor tersebut, maka kita harus me­meriksa gula darah setiap ta­hun. Dari situ kita bisa meng­etahui apakah kita mengalami prediabetes atau tidak. (*)

Bagi Halaman
============================================================
============================================================
============================================================