BOGOR, TODAY – Demi meningkatkan kualitas tenaga pengajar, PT PLN (Persero) Workshop Ice Breaking, Inovasi dan Studi LiteraturUntuk Instruktur, sebuah pelatiÂhan khusus kepada seluruh instruktur teknis yang diselenggarakan oleh PLN Corporate University di Udiklat PLN Bogor, Jalan Raya Puncak, Kabupaten Bogor, Rabu (24/6/2015).
Tak kurang dari 60 peserta dari 10 Udiklat PLN di seluruh Indonesia mengikuti pelatihan tentang bagaimana untuk mencairÂkan suasana kelas ketika memberi pelatihan kepada siswa diklat PLN terutama dalam mencairkan suasana (Ice Breaking) dalam keÂgiatan belajar mengajar.
Manajer Pengembangan Inovasi Kemitraan, Toto mengungkapkan jika keÂgiatan ini ditujukan untuk para instruktur tetap guna menambah perbendaharaan litÂeratur mengajar yang mudah, pas dan baik untuk diberikan kepada siswa.

“Meski instruktur kami sudah memiliki metode sendiri dalam ice breaking di kelas, kami harapkan mereka bisa mendapat penÂgayaan setelah mengikuti forum ini sehingga metode mereka tidak itu-itu saja. Ini juga sebagai upaya terus mengupgrade tenaga pengajaryang ada,†ujar Toto.
Pria yang juga bertanggung jawab kepaÂda para instruktur ini mengungkapkan jika selain bisa mencairkan suasana kelas, para instruktur ini diharuskan memiliki literatur yang mudah, baik dan pas untuk ditularkan pada peserta didik.
“Instruktur kami total ada 1.600 orang dan intens mengajar ada 774 orang denÂgan instruktur tetap ada 69. Sayangnya dari 69 orang ini tidak bisa semua hadir karena berbenturan dengan jadwal mereka mengaÂjar dan tidak bisa diganggu. Untuk mencari pengganti pun cukup sulit,†lanjutnya.
Dalam kegiatan ini, PLN Corporate UniÂversity menggandeng WIN Management dalam membuat ice breaking kali ini. DiÂpandu oleh Johana Gloria Pattirane sebagai mentor, pengajar dibekali tentang manfaat ice breaking dalam mengajar.
Meski begitu, Johana menekankan para peserta agar menguasai materi terlebih daÂhulu untuk diberikan kepada siswa baru kemudian membuat ice breaking untuk menghilangkan jarak (Gap) antara pengajar dan siswa.
“Ice breaking juga tidak sembarangan. Jadi harus ada keterkaitan antara materi dengan ice breaking-nya. Maka itu para instrukturtentunya harus menguasai materi terlebih dahulu dan dalam ice breaking pun harus ada nilai dan manfaat yang didapat siswa,†ujar Johana.
Johana melanjutkan, tingkat keberhasilan dalam membuat ice breaking ini bisa dilihat dari sikap siswa kepada pengajar. Saat siswa sudah tidak canggung dan mulai welcome kepada pengajar, itu merupakan satu poin penting berhasilnya sebuah ice breaking.
“Mudahnya, pengajar dan siswa itu suÂdah ada lagi sikap malu-malu, sudah berani menyapa, curhat bahakan meminta nomor kontak saya. Nah jika pengajar sudah bisa mendapatkan hari si peserta, materi yang diajarkanpun bisa lebih mudah diterima oleh siswa nantinya,†lanjutnya.
Wanita langsing menekankan jika ice breaking tidak bisa dipisahkan dari materi atau menu utama dari sebuah pembelajaran.
“Ice breaking hanya ‘bumbu’ saja. Tapi juga harus berkaitan erat dengan isi maÂteri guna mejembatani isi materi agar lebih mudahditerima siswa,†pungkasnya.
LANGSUNG DIUJI
Para instruktur PLN ini tidak hanya dicekoÂki materi yang terpampang dalam power point yang ditampilkan Johana. Tapi juga merÂeka diajak memeragakan metode ice breaking andalan mereka yang biasa diterapkandalam memberi materi pengajaran.
“Iya sengaja langsung dites didepan peserta yang semuanya instruktur. Jadi saya sendiri bisa memberi penilaian juga peserta lainnya notabene instruktur juga bisa memÂberi tanggapan, masukan dan penilaian untukice breaking mereka tampilkan.
Mengikuti pelatihan sembari menjalankanibadah puasa sepertinya tidak menjadi alasan bagi para peserta untuk lesu dan lemas meski kegiatan ini dimulai sejak pukul 08.00 WIB hingga pukul 16.00 WIB dengan menghabiskan waktu dengan role play atau menunjukkan materi ice breaking sejak istirahat pukul 12.00 WIB.
Terlihat peserta sangat antusias dan menikmati kegiatan ini dan tidak malu berÂtanya meski beberapa diantara terlihat seÂnior dan memiliki kaya pengalaman yang sesuai dengan harapan yang dinginkan PT PLN (Persero) untuk meningkatkan kualitas instruktur teknis PT PLN.
BEDAH BUKU DAN PAMERKAN LITERATUR
Setelah mengikuti workshop pada Rabu 24 Juni, inovasi literatur para peserta akan dilomÂbakan mulai hari ini, Kamis 25 Juni hingga JuÂmat 26 Juni 2015 dan membedah buku terkait literatur yang digunakan dalam mengajar.
“Mereka harus menampilkan literatur mengajar yang mudah dan paling pas untukdiberikan pada peserta didik. Terutama setelah mendapat pengayaan dari workshop ini, ice breaking mereka juga lebih efektif,†jelas Toto.
Perlombaan selama dua hari itu akan menampilkan metode para instruktur yang biasa digunakan dalam Udiklat masing-maÂsing serta instruktur yang mengikuti workÂshop yang kemudian akan dinilai oleh dewan instruktur dari PT PLN (Persero).
(Rishad Noviansyah)