uang-palsuBOGOR, TODAY — Bank Indonesia (BI) men­gungkapkan bahwa jumah uang palsu yang beredar di masyarakat mengalami peningka­tan pada 2015 ini, jika dibandingkan tahun lalu. Peredaran uang palsu biasanya mengalami peningkatan pada saat puasa dan menjelang Hari Raya Idul Fitri.

Deputi Bidang Komunikasi BI, Tirta Segara mengatakan, seiring peningkatan kegiatan ekonomi dan perputaran uang menjelang Leb­aran, penemuan jumlah uang palsu naik. Per­nyataan ini menyusul tertangkapnya pengedar uang palsu di Bekasi dengan nilai mencapai Rp 350 juta. “Akhir-akhir ini lebih banyak ditemu­kan uang palsu, meningkat menjadi 11 lembar per satu juta uang yang diedarkan di 2015 dari tahun lalu 8 lembar per satu juta uang yang diedarkan,” ucapnya saat berbincang di kantornya, Jakarta, Jumat (26/6/2015).

Kenaikan jumlah uang palsu ini, dijelas­kan Tirta sempat menurun pada tahun lalu menjadi 8 lembar per satu juta uang yang diedarkan dibanding tahun-tahun sebel­umnya sebanyak 10 lembar per satu juta uang yang diedarkan. “Uang palsu me­mang banyak ditemukan saat-saat seperti ini walaupun tidak tentu juga paling ban­yak beredar di daerah mana,” terangnya.

Tirta memastikan bahwa kegiatan pe­nukaran uang yang dilakukan BI di Monas maupun daerah lainnya bebas dari uang palsu. “Iya dong, kan dari perbankan resmi. Jadi kalau mau nukar uang di tem­pat-tempat resmi. Waspada, kalau nerima uang langsung dilihat, diraba dan diter­awang,” tegas Tirta.

Sebelumnya, Bareskrim Polri menang­kap 4 tersangka sindikat peredaran uang palsu. Mereka adalah Asep Abdul Fathi alias Ebeh yang berperan mencetak uang, Tohir selaku pemodal, Musa Suhi, dan Mad Mahdi yang mengedarkan uang palsu tersebut.

BACA JUGA :  Strategi Rena Da Frina, Terapkan Edukasi Politik dan Kampanye AI

Dari 4 tersangka itu polisi mengamank­an barang bukti uang palsu senilai Rp 16 triliun lebih. Peredaran uang palsu itu direncanakan di wilayah Bogor, Jawa Barat dan Tangerang Selatan, Banten.

“Uang Palsu berhasil diungkap dari Jawa Barat. Mata uang berbagai negara dan dicetak dengan peralatan yang ada di sini,” kata Kabag Penum Mabes Polri Kombes Pol Rikwanto.

Sementara itu, Direktur Tindak Pidana Ekonomi dan Khusus Bareskrim Polri Kombes Victor Simanjuntak menuturkan, pengungkapan ini dilakukan bertahap se­jak 25 Februari hingga akhir Maret 2015. Adapun barang bukti yang disita antara lain 800 lembar benda yang menyerupai uang kertas USD pecahan 1.000 setara Rp 1.030.240.00. Ada lagi 100 lembar benda mirip uang kertas pecahan 10 ribu dollar Singapura setara Rp 9.735.000.000.

Selain itu, juga ada 91 lembar uang pecahan 1.000 Malaya and British Bor­neo, 100 lembar menyerupai uang kertas pecahan 10 ribu Malaya and British Bor­neo, 96 lembar uang kertas pecahan 20 Canada atau setara Rp 19.889.280. Kemu­dian ada 9 lembar benda menyerupai uang kertas pecahan 1 juta Canada atau setara Rp 93.231.000.000, 2 lembar uang kertas pecahan 100 dollar Brunei Darus­salam, 6 lembar uang 1.000 mirip mata uang Dejavasche Bank Duized Gulden, 1.117 pecahan Euro 1.000.000 setara Rp 15.967.515.000.000.

Ada juga selembar uang pecahan 1.000.000 mirip dollar Hongkong yang se­tara Rp 1.710.100.000, selembar pecahan 1000 Duetsche Bundes Bank palsu setara dengan Rp 7.172.270, selembar uang kertas palsu pecahan 500 Duetsche Bundes Bank yang nilainya setara Rp 3.586.135 dan 10 lembar uang palsu pecahan USD 1.000.000 setara Rp 132.370.000.000. “Total nilai uang palsu setara Rp 16.205.621.987.685. Dijual per lak seharga Rp 7 juta hingga Rp 10 juta,” jelas Victor.

BACA JUGA :  Aktivis Sosial Mahasiswa Membuahkan Hasil, Bayu Anugrah Raih Juara 1 Duta Kampus UMY

Terpisah, Kapolres Bogor, AKBP Suyu­di Ario Seto mengatakan, adanya temuan uang palsu di Bekasi dan Jakarta menun­jukkan peredaran upal mulai masuk di wilayah Jabodetabek. “Untuk itu pihaknya meminta warga lebih hati-hati dan me­waspadai beredarnya uang palsu yang jelang Idul Fitri,” ujarnya, saat dikonfir­masi, Jumat (26/6/2015) petang.

Suyudi mengatakan, peredaran uang palsu selalu terjadi jelang hari besar seper­ti Idul Fitri, Natal dan Tahun Baru. “Kare­na momen tersebut, aktifitas penggunaan uang meningkat,” katanya.

Suyudi menjelaskan, untuk pencega­han, warga harus bisa melakukan deteksi dini terhadap uang dengan cara yang su­dah banyak diketahui. “Jadi warga harus punya sedikit rasa curiga terhadap lemba­ran uang yang diterima. Karena kalau tidak tentu warga rugi sendiri,” ujarnya.

Untuk saat ini, lanjut Suyudi, belum ada laporan dan temuan kasus uang palsu yang beredar di Bogor. Namun pihaknya tetap melakukan pengawasan terhadap peredaran uang palsu tersebut dengan menerjunkan anggota reskrim dan intel untuk melakukan pemantauan.

Kabagops Polres Bogor Kota, Kompol Ricardo Condrat Yusuf, mengakui jika pere­daran uang palsu menjelang Lebaran me­mang sangat tinggi. “Kami sudah sebar eda­ran ke seluruh polsek di Kota bogor,” kata dia.

(Rishad Noviansyah|Guntur|Yuska)

======================================
======================================
======================================