JAKARTA, Today – Juru Bicara PS Bangka, Mintrajya alias AkÂwen, mengaku sangat kecewa dengan perkemÂbangan sepakboÂla yang semakin hari tidak lebih baik. Bahkan diteÂgaskan Akwen, situÂasinya semakin tidak menentu.
Ditegaskan Akwen, hal tersebut merupakan akibat dari tindakan Menpora Imam Nahrawi yang membekukan PSSI. Menurutnya, klub menjadi korban yang paling merasakannya.
“Menurut kami, Menpora sudah benar-benar kebablasan. Menpora mematikan PSSI dan kompetisi resmi. Selain itu, memÂbuat kejuaraan selevel tarkam dengan imÂing-iming hadiah besar. Semua ini, benar-benar membuat sepakbola kita mundur 30 tahun,†ungkap Akwen.
Dilanjutkan Akwen, sepakbola dan klub-klub di Indonesia yang sudah mulai mandiÂri, kembali dibuat menjadi amatir, layaknya tim yang baru lahir atau seperti bayi.
“Malahan, jadinÂya selama ini sepÂerti bayi lagi yang dianggap MenpoÂra harus disuapi makan dan dikaÂsih susu. Dengan adanya surat PSSI kemarin, memÂbuat kami-kami klub merasa kuat dan yakin masih ada pegangan dan kebenaran dalam sepak bola Indonesia. Yaitu, PSSI dan statuta FIFA,†imbuhnya.
Sedangkan untuk manuver yang dilakuÂkan Djohar, sepertinya beliau masih berÂmimpi memimpin PSSI lagi.
Senada kekesalan diungkapkan oleh Ketua Asprov PSSI Jawa Tengah, Johar Lin Eng. Ia mengatakan jika kondisi sepakbola Indonesia makin terpuruk dan penyebabÂnya, Menpora Imam Nahrawi masih belum mencabut pembekuan terhadap PSSI.
Karena itu, Johar pun mengaku kesal dengan tingkah Menpora yang ia anggap seÂmakin ke sini semakin membuat persoalan sepakbola di tanah air menggunung.
“Melihat kebijakan Menpora terakhir ini sungguh semakin jauh dari harapan kami unÂtuk menikmati indahnya sepakbola Indonesia. Angan-angan menikmati kompetisi Divisi Utama saja kandas, apalagi kompeÂtisi ISL,” ujar Johar.
Johar menambahkan, semua insan sepakbola di Jawa Tengah meraÂsakan akibat buruk dari kondisi ini. Baik itu pemain, wasit, maupun pelatih.
“Saya hanya bisa memÂbesarkan hati teman-teÂman dengan hiburan kata yang sebetulnya sudah merÂeka pahami ini hanya lips service. Sekitar 400 orang wasit, pengawas pertandinÂgan kehilangan penghasilan. Belum lagi pelatih yang harus putar otak menghadapi lebaran nanti,†tutupnya.
(Imam/net)