DEWI PELANGI, mengemas karya perdananya dengan percikan-percikan yang bergelombang dengan sedikit benÂturan dan membuka mata hati pembaca agar bangkit dariketÂerpurukan. Jalinan cerita yang di ketenÂgahkan cukup lugas, mengelitik dan penuh intrik. MenyingkirÂkan ketidakbermanÂfaatan, mengasah keÂmampuan diri dalam menanam kebajikan, memberikan motivasi tuk berbuat lebih baik serta tak lelah dalam menuntut ilmu pun berkarya nyata. Layak dibaca oleh wanita manapun dibelahan penjuru dunia dan oleh kaum lelaki yang menghargai makna cinta….
Membuat anda larut dan hanyut dalam kisah yang mengekspresikan cinta dan pengorbanannya. Menginspirasi…, memberikan semangah ghiroh unÂtuk lebih belajar mengenal Allah, dan mahluknya dalam kata cinta…nan Mahabah kepada Rabb dan hambanya…
Kisah yang diilhami dari hikmah dan kisah nyata, kecintaannya kepada Alloh dan Rasulnya tidak dapat membeli kecintaannya pada mahluk. Maligai perniÂkahan yang dibentuk tidak dapat terus berlanjut… sebab dahsyatnya gelombang yang menerjang, deÂrasnya butiran air mata yang mengalir serta gemuÂruhnya perasaan yang berkecamuk…mengharu biru dan menjingga. Menguliti, mengikis dan merapuhÂkan ketegarannya. Berusaha berjuang namun akhÂirnya patah, porakporanda, dan hancur berdentum menjadi kepingan kepingan yang tak terelakkan.
Kesabaran yang dibalut dalam untaian doa dan gigihnya ikhtiar akan sebuah makna cinta yang tak berujung. Menghadirkan rasa yang telah hilang kemÂbali merambat hadir…meleleh…dan membuatnya lumer…. Sejuta harapan dan penantian kembali mengÂhampiri…, membuatnya tak mampu menyembunyiÂkan binar-binar cinta yang membuncah memenuhi relung-relung jiwa yang terus menyesakkan dada…. Akankah ia bertemu seorang Ikhwan yang akan memÂbawanya ke istana hati berhiaskan taman taqwa?