JAKARTA ,TODAY — Jenderal TNI Gatot Nurmantyo dan Letjen (Purn) Sutiyoso akhirnya sah menjabat sebagai Panglima TNI dan Kepala Badan Intelijen Negara (KeÂpala BIN) baru. Keduanya telah dilantik oleh Presiden Joko Widodo di Istana Negara, Rabu (8/7/2015) siang.
Acara pelantikan dimulai pukul 12.45 WIB. Gatot dilanÂtik terlebih dulu oleh Jokowi. Dalam salah satu poin sumpahnya, Gatot berjanji tak akan menerima gratiÂfikasi dari mana pun. “Saya tak akan menerima hadiah, atau suatu pembeÂrian apa saja dari siapa pun yang berÂsangkutan dengan jabatan saya,†kata Gatot dalam sumpahnya, di Istana NegÂara, Jakarta, Rabu(8/7/2015).
Gatot diangkat berdasarkan KepuÂtusan Presiden tentang Pemberhentian dan Pengangkatan Panglima TNI Nomor 46/TNI/2015. Sekitar lima menit berseÂlang, giliran Sutiyoso yang diambil sumpÂahnya. â€Akan menjunjung tinggi hak asaÂsi manusia dan dan supremasi hukum,†ujar Sutiyoso dalam sumpahnya.
Gatot yang mantan Kepala Staf TNI Angkatan Darat itu dilantik berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 49 TNI TaÂhun 2015 tentang pemberhentian dan pengangkatan Panglima TNI. Adapun Sutiyoso dilantik berdasarkan Keppres Nomor 52 Tahun 2015 tentang pemberÂhentian dan pengangkatan Kepala BIN. Jenderal Gatot menggantikan Jenderal Moeldoko yang pensiun pada 1 AgusÂtus. Sementara Sutiyoso menggantikan Letjen (Purn) Marciano Norman.
Sebelum melantik Gatot, Jokowi membacakan Keppres soal pemberÂhentian dan pengangkatan Panglima TNI. Demikian juga sebelum melantik Sutiyoso, Jokowi membacakan Keppres soal pemberhentian dan pengangkatan Kepala BIN. Tak hanya pelantikan Gatot dan Sutiyoso yang dilakukan berbarenÂgan. Surat pengajuan keduanya sebagai Panglima TNI dan Kepala BIN juga sebeÂlumnya dikirim bersamaan oleh Jokowi ke DPR. Namun pelaksanaan uji kepatuÂtan dan kelayakan (fit and proper test) mereka di Komisi I DPR tidak dilakukan pada hari yang sama.
Jika pada pelantikan hari ini Gatot lebÂih dulu dari Sutiyoso, maka pada uji kepatÂutan dan kelayakan, Sutiyoso mendapat giliran lebih dulu dari Gatot. Keduanya lantas secara aklamasi disetujui oleh DPR. Hanya beberapa fraksi yang memberikan sejumlah catatan kepada mereka.
Untuk Sutiyoso, Fraksi NasDem memberikan catatan agar saat menjaÂbat Kepala BIN, pola komunikasi mantan Gubernur DKI Jakarta itu mesti diubah. Sutiyoso yang terkenal ceplas-ceplos dan tak pelit memberikan komentar atau informasi, harus bisa menahan diri, sebab dia sudah tidak bisa lagi memberikan komentar atau pernyataan dengan mudah. Sutiyoso bahkan diminÂta menjadi introver karena dia menjadi orang nomor satu di lembaga yang meÂmegang informasi rahasia negara.
Sutiyoso pun berjanji untuk menÂgubah sikapnya. Dia juga meminta pemakÂluman jika nanti lebih irit bicara sebagai Kepala BIN. Soal BIN ke depan, Sutiyoso ingin membuat badan intelijen itu menÂjadi lebih modern. Dia ingin BIN dilengkapi dengan peralatan-peralatan canggih semÂbari meningkatkan kualitas sumber daya manusianya. Untuk itu Sutiyoso meminta tambahan anggaran buat BIN.
Sementara untuk Jenderal GaÂtot, catatan juga diberikan DPR. Fraksi Golkar memberikan catatan bahwa Jenderal Gatot harus memperhatiÂkan kesejahteraan para prajurit TNI. Dia juga diminta meningkatkan kualiÂtas alat utama sistem senjata TNI. Untuk dua catatan itu, Jenderal Gatot berjanji akan berupaya memenuhinya. Sementara soal alutsista, Jenderal Gatot akan melakukan perbaikan secara bertaÂhap. Salah satunya adalah memperkuat matra udara. TNI AU, kata dia, harus memegang peran penting dalam perÂtahanan dan keamanan Indonesia sesuai visi Jokowi sebagai poros maritim dunia.
Di sumpah jabatannya, Sutiyoso juga berjanji akan terus meningkatkan kualitas dan kinerja lembaga yang baru ditempatinya itu. Dia mengatakan akan menerapkan sistem intelijen baru. Yaitu menempatkan masyarakat sipil sebagai informan. “Pekerjaan intelijen itu meÂmerlukan banyak sekali informasi dari berbagai sumber. Karena itu, nanti BIN akan lebih terbuka,†kata Sutiyoso di Istana Negara, kemarin. “Artinya, akan memberikan peluang kepada masyaraÂkat untuk memberikan informasi apa saja, berpartisipasi, yang ada kaitannya dengan keamanan negara,†kata dia.
Keamanan negara yang dimaksud Sutiyoso mencakup banyak hal, antara lain bidang ekonomi, politik, sosial, dan budaya. Menurut Sutiyoso, salah satu tantangan terberat BIN yakni menceÂgah masuknya paham radikal dari Timur Tengah. “Karena paham itu masuk meÂlalui doktrin dari dunia maya,†ujarnya. “Tentu ke depan kami harus melakukan counter terhadap ini. Untuk melakukan itu, kami harus memiliki alat yang super canggih. Seperti apa, tentu ini masalah teknis yang tak bisa saya jelaskan kepaÂda kalian,†kata Sutiyoso.
Dia juga berjanji akan meningkatÂkan jumlah personel. Musababnya, saat ini jumlah setiap personel BIN di tingkat kabupaten tak sebanding dengan jumÂlah penduduk setempat. Apalagi, kata dia, sebentar lagi akan digelar pemiliÂhan kepala daerah serentak. “Tapi priÂoritas pertama kami adalah penangaÂnan pilkada serentak karena rata-rata satu anggota intelijen meng-handle tiga kabupaten. Itu tidak masuk akal, satu orang untuk tiga kabupaten, apalagi di luar Jawa,» ujarnya.
(Yuska Apitya Aji)