YOGYAKARTA, TODAY — Keluarga KesulÂtanan Ngayogyakarta HadÂiningrat akhirnya pecah kongsi. Sebagai akibat Sabda Raja yang menÂgubah nama dan gelar Sri Sultan Hamengku Buwono X, maka tahta kerajaan diÂanggap mengalami kekosongan.
Untuk menyelaÂmatkan tahta keraÂjaan dari kevakuman, belasan orang dari Paguyuban Trah Ki Ageng Giring-Ki Ageng PemanaÂhan mengukuhkan Gusti Bandoro Pangeran Haryo (GBPH) Prabukusumo sebagai Sri Sultan Hamengku Buwono XI. Pengukuhan ini digelar di petilasan Pesanggrahan Ambarketawang, GampÂing, Sleman, DIY, Minggu (12/5/2015). Dengan adanya pengangkatan sultan baru ini, maka Yogyakarta memiliki raja kembar.
GBPH Prabukusumo adalah Rayi Dalem atau adik dari Sri Sultan Hamengku Buwono X. Seremoni penÂgukuhan digelar sangat singkat dan cepat dengan membacakan pernyataÂan pengukuhan.
Koordinator Trah Ki Ageng Giring – Ki Ageng Pemanahan, Satrio DjojoÂnegoro, mengatakan Paguyuban Trah Ki Ageng Giring-Ki Ageng Pemanahan mengukuhkan GBPH Prabukusumo sebagai putra mahkota dengan gelar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Anom (KGPAA) Hamengkunegoro Sudibyo Raja Putra Narendra Mataram. SelanÂjutnya, KGPAA Hamengkunegoro diÂkukuhkan menjadi Sultan Hamengku Buwono XI dengan gelar Ngarsa Dalem Sampeyan Dalem Ingkang Sinuwun Kanjeng Sultan Hamengku Buwono SeÂnopati Ing Ngalaga Ngabdurrakhman Sayidin Panatagama Khalifatullah InÂgkang Jumeneng Kaping Sewelas Ing Ngayogyakarta Hadiningrat.
Pada upacara pengukuhan terseÂbut, GBPH Prabukusumo sendiri tidak hadir. Namun tim menyatakan akan menyampaikan kepada GBPH PrabuÂkusumo. “Pengukuhan kami lakukan di bekas Pesanggarahan AmbarketÂawang untuk mengingatkan perjuanÂgan Pangeran Mangkubumi atau Sultan Hamengku Buwono I sebagai pendiri Kasultanan Ngayogyakarta,â€kata SaÂtrio Djojonegoro di lokasi.
Sementara itu, GBPH PrabukuÂsomo menyatakan tidak tahu menahu adanya upacara pengukuhan tersebut. Ia pun enggan berkomentar lebih banÂyak. Ini pernyataan GBPH PrabukusuÂmo, “Saya demi ALLAH ROSULULLAH saya tidak tahu sama sekali !! Dan ini bulan PUASA ROMADHAN .. Tolong disampaikan kepada teman2 Pers ..
Kekuasaan Kasultanan NgayogyaÂkarta dianggap komplang atau vacuum of power, setelah adanya Sabda Raja tanggal 30 April 2015 lalu yang menÂgubah nama Sri Sultan Hamengku BuÂwono menjadi Hamengku Bawono. PeÂrubahan ini dinilai tidak sesuai dengan angger-angger, budaya dan paugeran serta adat istiadat yang berlaku di KesÂultanan Yogyakarta.
(Yuska Apitya Aji)