PT Jasa Marga (Persero) Tbk (JSMR) menargetkan pendapatan non-tol sampai dengan 2019 sebesar Rp1 triliun. Sampai dengan 2014, pendapatan non tol BUMN jalan tol ini baru mencapai Rp580 miliar. “Tahun 2016 naik menjadi Rp650 Miliar, kemudian tahun 2017 naik lagi ke angka Rp700 Miliar, 2018 sebesar Rp800 Miliar dan tahun 2019 sebesar Rp1 triliun,†ungkap Vice President Corporate Planning Jasa Marga, Dedi Krisnariawan.
Oleh : Apriyadi Hidayat
[email protected]
PT Jasa Marga Tbk (JSMR) bakal membanÂgun proyek properti berkonsep mixed use (serbaguna) di Jakarta seÂnilai Rp 600 miliar hingga Rp 1 triliun pada kuartal I-2016. LoÂkasi proyek tersebut berada di dekat jalan tol yang dioperasiÂkan Jasa Marga.
Vice President Corporate Planning Jasa Marga Dedi KrisÂnariawan mengatakan, lokasi proyek properti mixed use (sebaguna) di daerah Ciledug, dekat Jakarta Outer Ringroad 2 ( JORR 2). Saat ini, perseroan tengah menunggu izin pemÂbangunan proyek tersebut. “Izin dari DKI Jakarta memang cukup lama, kurang lebih semÂbilan bulan,†kata dia di JakarÂta, akhir pekan lalu.
 Menurut Dedi, proyek tersebut merupakan salah satu proyek properti yang tengah direncanakan persÂeroan dalam lima tahun. Jasa Marga berencana mendorong kontribusi pendapatan sekÂtor properti menjadi yang tertinggi dari bisnis non-tol.
Strategi yang akan dilakuÂkan perseroan dalam bisnis properti adalah membangun proyek di kawasan-kawasan yang berdekatan dengan gerÂbang tol. Hal tersebut menÂjadi keunggulan Jasa Marga, karena perseroan tahu lokasi gerbang tol yang akan dibanÂgun. “Bahkan, kami bercita-cita akan meng-IPO-kan anak usaha properti kami dalam lima hingga enam tahun mendatang,†ujar dia.
Sementara itu, Jasa Marga telah menganggarkan sekiÂtar Rp 200-300 miliar untuk pembebasan lahan dalam waktu lima tahun mendaÂtang. Dedi menyatakan, peÂrusahaan menargetkan capiÂtal gain (imbal hasil) bisnis properti mencapai 15-20 kali atau sekitar tambahan penÂdapatan hingga Rp 1 triliun hingga lima tahun ke depan.
“Kami berharap kontribuÂsi pendapatan yang besar ke depan dari bisnis properti, sekitar 7-8 persen, yang terÂbesar masih tol sekitar 15-20 persen, dan sisanya bisnis Teknik Informasi KomunikaÂsi (TIK),†ujar dia.
Dedi menambahkan, peÂrusahaan tengah gencar membidik cadangan lahan di sejumlah lokasi strategis seperti Cilangkap, Ciledug, TB Simatupang, Sawangan, hingga Sidoarjo. Di SawanÂgan, Depok, perseroan telah memiliki 18 hektare (ha) laÂhan. Dalam lima tahun ke depan, perseroan menargetÂkan memiliki land bank seÂluas 60 ha. Perseroan juga menyasar segmen bawah hingga atas dengan harga produk mulai dari Rp 150 juta hingga lebih dari Rp 2,5 miliar.
“Tergantung lokasi, kaÂlau di Sidoarjo sangat murah hanya Rp 150 juta, Cilangkap sekitar Rp 2,5 miliar, untuk di Jabodetabek kami harap nanti untuk gedung perkantoran juga, jual putus,†kata dia.
Tahun ini, Jasa Marga menganggarkan dana sekiÂtar Rp 150 miliar untuk sekÂtor properti. Pengembangan sektor properti memiliki dua keuntungan, dari sisi capital gain dan menambah trafik jalan tol.
“Misalnya di Cibubur itu kan makin ramai trafiknya seiring maraknya properti. Intinya lokasi kami tidak akan jauh dari pintu-pintu tol. Land bank ini juga kami harap bisa jadi modal rencaÂna IPO ke depan,†ujar Dedi.
Baru-baru ini, Jasa Marga mengakuisisi ruas tol Cinere- Serpong dari PT Thiess ConÂtractor Indonesia senilai Rp 200 miliar. Perseroan setelah menandatangani akta jual beli (AJB) saham PT Cinere Serpong Jaya.
Dengan demikian, Jasa Marga menguasai sekitar 316,06 kilometer (km) atau 78 persen dari total panÂjang jalan tol di Jakarta, BoÂgor, Depok, Tangerang, dan Bekasi ( Jabodetabek) yang mencapai 406,4 km.
Direktur Utama Jasa Marga Adityawarman mengungkapÂkan, perseroan telah membaÂyar biaya akuisisi tol sebesar Rp 200 miliar kepada Thiess. “Otomatis kalau sudah AJB kami harus bayar, karena semua dokumen sudah disÂerahkan kepada kami,†kata dia.
Dengan rampungnya proses akuisisi tersebut, Jasa Marga menguasai 55 persen saham Cinere Serpong Jaya. Sedangkan PT Waskita KarÂya Tbk (WSKT) sebesar 35 persen, dan PT Jakarta PropÂertindo ( Jakpro) sebesar 10 persen.
(INVD)