WASHINGTON TODAY – Negara anggota Perserikatan Bangsa Bang­sa (PBB) mendiskusikan rencana ambisius yang bertujuan mengakhi­ri kemiskinan global pada 2030 dan mengatasi perubahan iklim.

Sekretaris Jenderal PBB, Ban Ki-moon, memuji perjuangan keras dari rencana tersebut, sembari mengatakan bahwa rencana ini “meliputi agenda universal yang transformatif dan terintegrasi serta akan menjadi titik balik yang berse­jarah bagi dunia.”

Sebelumnya, setelah satu pe­kan melakukan berdiskusi alot di markas besar PBB di New York, para ahli dan diplomat dari 193 negara anggota mengadopsi sebuah rancangan sepanjang 30 lembar yang berjudul “Transformasi Du­nia Kami: Agenda Pembangunan Berkelanjutan 2030.”

Untuk menunjukan dukungan­nya, Duta Besar Kenya mengatakan upaya ini merupakan “momen bersejarah”. Kenya, bersama den­gan Irlandia, adalah ketua diskusi tersebut.

Lebih lanjut, para pemimpin dunia akan menghadiri KTT Pem­bangunan Berkelanjutan di markas PBB pada 25- 27 September un­tuk mengadopsi dokumen agenda berkelanjutan, yang berupaya un­tuk meningkatkan kehidupan dari satu miliar orang yang hidup kurang dari US$1,25 atau setara dengan Rp15 ribu setiap harinya, terutama di Asia dan sub-Sahara Afrika.

Para perunding mengeluarkan 17 rencana pembangunan berkelan­jutan yang baru dan bertujuan un­tuk mengakhiri kemiskinan, mem­promosikan kesejahteraan dan menjaga lingkungan. Semua diren­canakan selesai pada 2030. “Ini adalah agenda rakyat, sebuah ren­cana untuk mengakhiri kemiskinan dari segala dimensinya, di semua wilayah, tanpa mengecualikan sia­papun,” kata Ban memaparkan ren­cana yang bernilai triliunan dolar tersebut.

Ketua PBB juga berjanji bahwa pada KTT bulan September men­datang, di sela-sela sidang umum PBB, mereka akan memetakan era baru pembangunan berkelanjutan, dengan rencana pengentasan ke­miskinan, kemakmuran bersama dan penangan masalah perubahan iklim.

Misi Pembangunan Berkelanju­tan Periode 2015-2030 ini dibangun atas keberhasilan Millenium Devel­opment Goals, yang telah berhasil membantu jutaan orang untuk ke­luar dari kemiskinan.

Namun, upaya baru ini akan se­cara signifikan masuk kedalam inti permasalahan, dengan menangani penyebab inti kemiskinan, dan ke­butuhan dari pembangunan yang akan berhasil untuk semua orang.

Pembiayaan rencana ini akan menjadi kunci dari kesuksesan­nya. Bantuan yang diterima dari negara pendonor pada bulan lalu mengkonfirmasi bahwa mereka akan menyisihkan 0,7 persen dari pendapatan nasional untuk mem­bantu upaya pembangunan terse­but. Kesepakatan ini dicapai setelah terjadi perbincangan selama beber­apa hari antara negara-negara kaya dan negara berkembang.

(Yuska Apitya/net)

============================================================
============================================================
============================================================