Para ahli gizi dan peneliti dari Institut Pertanian Bogor (IPB) yang tergabung dalam Pergizi Pangan Indonesia dan Forum Tempe Indonesia, mengajukan Tempe seÂbagai warisan budaya dunia asal Indonesia kepada Badan PendidÂikan dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa- Bangsa (UNESCO).
Oleh :Â (Yuska Apitya Aji)
 membuat bahkan mengembangkan tempe sebagai makanan dengan proÂtein tinggi yang bukan didapat dari hewan. “Tempe merupakan salah satu pangan bergizi dan diet sehat, kaÂrena proteinya sama banyak dan tingÂgi seperti protein hewan,†kata dia.
Made juga menambahkan, produk fermentasi kacang kedelai oleh kapang rhizopus oligorus dibuat denÂgan proses unik sejak beberapa abad lalu oleh nenek moyang Indonesia. “Ini merupakan bukti sejarah, mengÂgunakan bahan dasar kedelai yang diÂfermentasi yang pertama kali dibuat oleh masyarakat Klaten, Jawa Tengah, sejak tahun 1700 lalu,†kata dia.
Sampai saat ini di Indonesia ada sekitar 100 ribu, produsen tempe yang tersebar di berbagai provinsi. Tempe juga dikonsumsi sebagian besar masyarakat Indonesia denÂgan asupan gizi minimal 10 persen dari total protein harian. “SemenÂtara protein yang terkandung dalam telur hanya 1,25 persen, daging 3,15 persen, sereal sekitar 60 persen, jadi tempe memiliki protein yang cukup tinggi,†kata dia.
Prof Dr Herdiyansyah, Ketua Umum Pergizi Pangan Indonesia, mengatakan bagi masyarakat IndoÂnesia tempe bukan hanya sekedar makanan, akan tetapi memiliki nilai budaya, sejarah dan ekonomi bangÂsa, karena keunikanya. “Dengan terÂinspirasi dari pengakuan UNESCO yang sudah mengakui Kimci dari KoÂrea dan Batik dari Indonesia sebagai ‘Intangible Cultural Heritage of HuÂmanity (ICHH) maka kami pun akan mendaftarkan tempe agar mendapat pengajuan juga,†kata dia.
Akan tetapi, ungkap dia, pendaftaran agar tempe mendapat pengakuan dari dunia internasional menjadi warisan dan buÂdaya Bangsa ini harus dilakukan langsung oleh pemerintah RI ke UNESCO.â€Pemerintah lah yang harus langsung mendaftarkannya, sehingga kami disini akan terus berusaha mengumpulkan semua data terkait tempe, agar bisa diajuÂkan,†kata dia.
Data-data yang dikumpulkan tersebut mulai dari sejarah tempe, jenis tempe, perusahaan, kandunÂgan gizi, keunikan dan lain sebaÂgainya. “Mudah-mudahan pemerÂinta RI tahun 2016 bisa langsung mendaftarkan tempe ke UNESCO menggunakan data-data yang kami kumpulkan, sehingga pada tahun 2018 mendatang UNESCO sudah menetapkan tempe sebagai warisan dan budaya dunia,†kata dia.
“Ada empat alasan kenapa kita mengusulkan tempe sebagai warisan budaya. Pertama, karena banyak dokumen yang menyebutkan tempe berasal dari daerah Bayat, Klaten, Jawa Tengah. Ini tertera dalam Serat Centhini,†kata Herdiansyah.
Kalau sebelumnya masih ada yang menilai proses pembuatan tempe tidak higienis, ia menjelasÂkan, penilaian tersebut kini sudah tidak lagi berlaku karena sekarang pembuatan tempe sebagian besar sudah menggunakan mesin dan mengikuti standar nasional maupun internasional. “Alasan berikutnya, tempe kaya manfaat. Salah kaprah jika ada yang menilai tempe meningÂkatkan asam urat. Kalau kedelai iya, tapi tempe tidak,†katanya.
Alasan ketiga, ia melanjutÂkan, tempe mampu meningkatkan ekonomi kerakyatan, peluang usaÂha, dan peluang kerja. “Asupan gizi bangsa Indonesia akan terganggu jika tempe tidak ada. Juga nilai-nilai budaya tempe dapat menjadi nilai ekonomi,†katanya.
Di samping itu, Herdinsyah menÂjelaskan pula bahwa tempe kini suÂdah diakui di tingkat Asia dan sudah ada standar pembuatan tempe yang mendapat pengakuan dari Codex Asia. “Tempe mulai mendunia. Ini alasan kelima. Kenapa? Jangan samÂpai tempe diklaim berasal dari buÂdaya bangsa lain. Sebelum ada hal kelima ini, ada baiknya masyarakat Indonesia, Pergizi Pangan, IPB dan Forum Tempe Indonesia mengusulÂkannya terlebih dahulu,†kata HarÂdinsyah.
Guru besar di Fakultas Ekologi Manusia IPB itu mengatakan proseÂdur pengusulan tempe sebagai warisan budaya ke UNESCO akan disampaikan melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Pengusul akan menyiapkan dokumen dan naskah-naskah yang dibutuhkan untuk pengajuan usul penetapan tempe sebagai warisan budaya tak benda ke UNESCO.
Upaya penyiapan pengajuan usul itu sudak dimulai 2014. Tahun 2015 akan dilakukan penyiapan dokumen awal dan audiensi dengan KementeÂrian Pendidikan dan Kebudayaan dan tahap final penyiapan dokumen diÂtargetkan selesai 2016 sehingga tahun 2017 usul sudah siap disampaikan ke UNESCO. “Target 2018 pengajuan Tempe sabagai warisan budaya sudah diterima UNESCO,†kata Hardinsyah.
Mengingat proses pengajuan di UNESCO cukup ketat dan antreanÂnya banyak, tim dari Pergizi Pangan, Forum Tempe Indonesia dan IPB membuat petisi untuk memasukÂkan tempe sebagai warisan budaya Indonesia lewat laman change.org. Petisi sudah dirintis sejak dua bulan lalu dan sekarang sudah mendapat dukungan dari 21.000 orang lebih. “Kami juga sudah memulai audiensi dengan Pemerintah Klaten terkait pengajuan tempe sebagai warisan budaya Indonesia, akan ada bukti otentik dengan dibangunnya monuÂmen tempe di wilayah tersebut seÂbagai penguatan dalam pengajuan usulan ini,†kata Hardinsyah.