Setelah tak jadi Presiden RI lagi, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tetap punya kesibukan. Purnawirawan TNI itu tak mati pikir. DenÂgan segenap keluarganya, ia bersilaturahmi dan nyambangi secara langsung follower (pengikut) di akun twitternya @SBYudhoyono.
Oleh : (Yuska Apitya Aji)
 JUMAT (14/8/2015) malam, SBY menggelar silaturahmi dengan puluhan follower media sosialnya di Yogyakarta. Didampingi sang istri tercinta, Ani Yudhoyono, SBY bersantap malam di restoran milik Keraton Yogyakarta.
Rombongan SBY tiba di Restoran Bale Raos, Jalan MaganÂgan Kulon, Yogyakarta, sekitar pukul 19.00 WIB. SBY mengenakan batik lengan pendek berwarÂna cokelat, sedangkan Ibu Ani menggunakan bluse merah menyala. “AsÂsalamualaikum, selamat malam,†ujar SBY menÂyapa para wartawan. SBY sempat berhenti sejenak untuk melihat gapura Bale Raos yang terleÂtak di bagian depan restoran ini. KedÂuanya langsung masuk ke ruang utaÂma restoran yang berada di dalam komplek keraton Yogyakarta ini.
Awak media tidak diperboleÂhkan masuk ke dalam lokasi acara. Salah satu staf dari rombongan terseÂbut menjelaskan, tidak ada tokoh nasional lainnya yang hadir. “Hanya bapak, ibu dan 20 follower media soÂsial. Silaturahmi saja,†katanya.
SBY memang dikenal aktif meÂluangkan waktu bertukar pikiran di twitter. Tak sekali dua kali, jeboÂlan taruna terbaik Akademi Militer (Akmil) Magelang itu juga menyuÂarakan kritik terhadap kebiajakan-kebijakan Kabinet Kerja yang digaÂwangi Joko Widodo (Jokowi). Yang terbaru, adalah terkait dimasukÂkannya pasal Penghinaan Presiden di Revisi Undang-Undang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Pendapat itu dicuitkan leÂwat akun Twitternya, @SBYudhoyÂono, Minggu (9/8). “Menanggapi apa yang sedang diperdebatkan masyarakat, penghinaan terhadap Presiden, izinkan saya menyamÂpaikan pandangan saya,†cuit SBY.
Prinsipnya, janganlah kita suka berkata dan bertindak melampui batas. Hak dan kebebasan ada batasnya. Kekuasaan pun juga ada batasnya. Di satu sisi, perkataan dan tindakan menghina, menceÂmarkan nama baik dan apalagi memfitnah orang lain, termasuk kepada Presiden, itu tidak baik.
Di sisi lain, penggunaan kekuaÂsaan (apalagi berlebihan) untuk perkarakan orang yang dinilai menghina, termasuk oleh PresÂiden, itu juga tidak baik. PengguÂnaan hak dan kebebasan, termasuk menghina orang lain, ada pemÂbatasannya. Pahami Universal DecÂlaration of Human Rights dan UUD 1945. “Dalam demokrasi memang kita bebas bicara dan lakukan kriÂtik, termasuk kepada Presiden, tapi tak harus dengan menghina dan cemarkan nama baiknya.
Sebaliknya, siapa pun, termaÂsuk Presiden, punya hak untuk tuntut seseorang yang menghina dan cemarkan nama baiknya. Tapi, janganlah berlebihan. Pasal pengÂhinaan, pencemaran nama baik dan tindakan tidak menyenangÂkan tetap ada “karetnyaâ€, artinya ada unsur subyektifitasnya. “Terus terang, selama 10 tahun jadi PresÂiden, ada ratusan perkataan dan tindakan yang menghina, tak meÂnyenangkan dan cemarkan nama baik saya,†tuturnya.
SBY kemudian memberikan contoh. Foto resmi Presiden dibaÂkar, diinjak-injak, mengarak kerÂbau yang pantatnya ditulisi “SBY†dan kata-kata kasar penuh hinaan di media dan ruang publik
Kalau saya gunakan hak saya untuk adukan ke polisi (karena deÂlik aduan), mungkin ratusan orang sudah diperiksa dan dijadikan terÂsangka. Barangkali saya juga justÂru tidak bisa bekerja, karena sibuk mengadu ke polisi. Konsentrasi saya akan terpecah.
Andai itu terjadi mungkin rakyat tak berani kritik, bicara keras.Takut dipidanakan, dijadikan tersangka. Saya jadi tidak tahu apa pendapat rakyat. Kalau pemimpin tak tahu perÂasaan dan pendapat rakyat, apalagi media juga diam dan tak bersuara, saya malah takut jadi “bom waktuâ€.
Sekarang saya amati hal sepÂerti itu hampir tak ada. Baik itu unjuk rasa disertai penghinaan kepada Presiden, maupun berita kasar di media. “Ini pertanda baik. Perlakuan “negatif†berlebihan kepada saya dulu tak perlu dilakuÂkan kepada Pak Jokowi. Biar beliau bisa bekerja dgn baik,†tutur SBY.
Kita semua harus belajar guÂnakan kebebasan (freedom) seÂcara tepat. Jangan lampaui batas. Ingat, kebebasanpun bisa disalahÂgunakan. Ingat, liberty too can corrupt.