BOGOR TODAY – Sampai saat ini polisi belum menentukan tersangka dalam dugaan karÂtel sapi di Cileungsi, KabupatÂen Bogor, Jawa Barat. Sebab saat sidak ke PT WMP, polisi mengaku hanya hendak memÂbuktikan bahwa stok sapi di masyarakat sebenarnya tidak langka.
“Untuk tersangka sebeÂnarnya tidak mengejar itu. Yang kita utamakan itu stok sapi di masyarakat itu bahwa stok sapi itu ada. Kita turun kemarin itu supaya menjamin buat stok sapi ada, supaya oknum-oknum tidak bertangÂgungjawab itu tidak menahan distribusi sapi,†kata Kepala Subdirektorat Industri dan Perdagangan Direktorat ReÂserse Kriminal Khusus Polda Metro Jaya Ajun Komisaris Besar Agung Marlianto saat dihubungi di Jakarta, Selasa (18/8/2015).
Agung menambahkan, polisi berusaha menjamin ke masyarakat bahwa importir atau penggemuk sapi ini tidak mengambil tindakan di luar kewajaran. Tindakan tersebut berupa kenaikan harga di luar kewajaran. “Enggak bisa dong mereka berdalih, ini sapi-sapi saya dan saya bisa naikan hargÂanya,†kata Agung.
Importir, lanjut Agung, tidak bisa lepas bahwa mereka membeli sapi itu atas dasar kuoÂta pemerintah. Sehingga dalam waktu tempo empat bulan harus distribusikan ke masyarakat. “Enggak bisa mereka menaÂhan harganya tinggi dan baru dilepas. Ini kan sudah kebangÂetan,†kata Agung.
Direktorat Reserse KrimiÂnal Khsusus melakukan sidak ke tempat penggemukan sapi milik importir, PT WMP di CiÂleungsi pada Kamis (13/8/2015) lalu. Di tempat penggemukan sapi tersebut diketahui ada 2.500 ekor yang belun didistriÂbusikan.
Polisi menduga ada pelangÂgaran yang dilakukan oleh PT WMP. Namun, apakah tindaÂkan PT WMP merupakan penÂimbunan, saat ini polisi masih menyelidiki dugaan tersebut.
Impor 300 Ribu Sapi
Sementara itu, PemerinÂtah akan mengimpor 300 ribu ekor sapi untuk mengatasi kelÂangkaan pasokan daging sapi dan menjaga stabilitas harga komoditas ini yang sekarang melambung tinggi di beberapa daerah.
“Untuk sisa tahun ini kita mungkin bisa impor 200 ribu- 300 ribu ekor. Kami sepakat dan masih menjalankan prosÂesnya,†ujar Menteri PerdaganÂgan Thomas Lembong di JakarÂta, Selasa, 18 Agustus 2015.
Thomas mengatakan imÂpor ini adalah upaya pemerÂintah dalam memberantas ulah spekulan yang menahan pasokan sehingga komoditas menjadi melangka dan harga meninggi. “Kami siap untuk mengguyur pasar, supaya yang menimbun stok ini berpikir dua kali. Karena ketika kita mengguyur pasar, harga akan anjlok, dan yang menimbun itu akan mengalami kerugian finansial cukup berat,†tegas Thomas.
Dia berjanji untuk berkoorÂdinasi dengan Menteri PertaÂnian karena penambahan stok melalui impor juga dilakukan berdasarkan kebutuhan dagÂing sapi di dalam negeri. “Saya kira beliau punya strategi unÂtuk pengembangan industri ini agar dalam jangka panjang sangat bagus. Tapi tentunya saya yang ditugaskan untuk menertibkan pasar,†kata dia.
Sejak Minggu, 9 Agustus 2015, para pedagang daging sapi di sejumlah daerah di InÂdonesia menggelar aksi mogok akibat melonjaknya harga dagÂing yang pada pascalebaran mencapai Rp 110.000 per kg dan kini sudah menyentuh Rp 120.000 per kg.
Sementara harga karkas (daging dan tulang) sudah mencapai Rp 94.000 per kg, padahal sebelum Lebaran masih dipatok Rp86.000 per kg, dan saat kondisi normal hanya Rp 80.000 per kg.
(Yuska Apitya/net)