Oleh :Â Ismet Ali
Master Coach Soft Skills
Sampai 2015 dunia bola global dan nasional masih dilanda berÂbagai krisis. Ditengah kepenatan dengan berbagai berita partai poliÂtik dan kabinet baru Nawacita, tiba-tiba saja kita semua terkesima keÂgiatan liga sepak bola yang harus diberhentikan oleh Menpora.
Prestasi sepakbola nasional terus terpuruk karena kepeÂmimpinan yang kehilangan keÂpercayaan merupakan faktor penentu kelangsungan olah raga bola nasional. Betapa tidak, meÂmilih pemimpin sama dengan memilih masa depan kita. Ketika salah memilih pemimpin saat ini maka kita akan mendapatkan masa depan sepak bola yang tiÂdak pasti.
PSSI sebagai induk organisasi sepak bola, sudah selayaknya dipimpin tokoh yang lebih deÂmokratis dan sportif ketimbang politis. Faktanya organisasi ini memang dipimpin lebih poliÂtis. Buktinya jelas, waÂlau sudah terdeteksi berbagai kesalaÂhan terjadi dalam manajemen PSSI, tetapi pemimpinÂnya tetap tidak berani mengambil tindakan pembenaÂhan. Mengapa? lagi-lagi hal ini berkaitan dengan pertimbangan politis dari pada pertimbangan demokratis dan sportif. Bila pertimbangan politis lebih diuÂtamakan, maka sepak bola akan diatur lebih oleh kepentingan penguasa PSSI saja.
Adanya Liga Premeir InÂdonesia (LPI) sebelum ini seÂbenarnya bentuk ketidak-puasan para tokoh penggiat dan pencinta sepak bola terhadap kepemimpinan PSSI. Akan tetapi, PSSI tidak kekurangan akal, dengan segala daya terus membendung kegiatan perÂlawanan sebagai suatu yang melawan kepemimpinan PSSI. Upaya kurang sehat ini memÂbuktikan kepada kita bahwa sepak bola lebih banyak dileÂkola dengan manajemen berbaÂsiskan politis.
Mengacu pada cerita sukses kepemimpinan Jawa, maka dibuÂtuhkan 3 cara memimpin yaitu, pertama menjalankan kepeÂmimpinan dari tengah (ing maÂdia mangun karsa), pemimpin yang cinta bola harus memberÂsihkan orang-orang yang tidak berkontribusi secara sportif. Kedua, mampu menghargai seÂtiap pemain yang ada berdasarÂkan peran dan talentanya. KeÂtiga, pelatih harus selalu hadir dalam latihan dengan pemain secara profesional.
Semoga PSSI mendapatkan pemimpin yang memiliki integritas, sehingga pemimpin PSSI mampu memimpin dari tengah dan membuat sepak bola IndoÂnesia bisa berjaya kembali. (*)