Niatan Rachmawati Soekarnoputri, puteri Presiden RI pertama, memberikan Soekarno Award untuk pimpinan Negara Korea Utara Kim Jong Un menuai kritik pedas. Namun Rachmawati tetap jalan terus. Ada misi tersembunyi yang ia tanamkan.
(Yuska Apitya Aji)
TAK sekedar penghargaan, RachÂmawati Soekarnoputri memberikan Soekarno Award untuk Presiden Korea Utara Kim Jong Un. Ia kini mengaku ditunjuk sebagai Ketua KeÂhormatan Reunifikasi Korea untuk Asia Pasifik. “Saya ditunjuk sebagai Ketua Kehormatan Reunifikasi Korea untuk Asia Pasifik jadi memang saya mendorong agar bangsa Korea ini bisa bersatu kembali,†ungkap RachÂmawati di Kampus Universitas Bung Karno, Jalan Kimia, Jakarta Pusat, Senin (31/8/2015).
Rachma mengatakan, beÂberapa negara yang dulu berÂtikai dan berpisah, kini bisa kembali bersatu. Ia pun ingin menjadi salah satu pihak yang mempersatukan KoÂrea Selatan dan Korea Utara. “Seperti halnya dengan Jerman, Vietnam, akhirnya bisa bergabung. Saya berharap Korut dan Korsel bisa bersatu lagi. Penunjukkan (ini) dari Korut tapi mereka (Korut dan Korsel) kan suÂdah ada bilateral juga, pembicaraÂan untuk reunifikasi,†jelas Rachma.
Meski mendapat kecaman, Rachma tetap teguh akan memÂberikan penghargaan untuk Kim Jong Un yang terkenal otoriter itu. Menurutnya, kecaman maupun stereotype tentang putra dari Kim Jong Il tersebut merupakan proÂpaganda negara Barat. “Kita tetap jalan (pemberian penghargaan). Itu propaganda (negara Barat lalu menjelekkan Korut itu yang biÂlang melanggar HAM,†tutur adik Megawati Soekarnoputri tersebut.
“Kami mendorong reunifikasi bangsa Korea, kami melihat konsisÂtensi Kim Jong Un di dalam memÂpertahankan dalam kemandirian negaranya itu patut diapresiasi. Dia cucu dari Kim Il Sung, yang meÂmiliki kedekatan dengan Presiden Soekarno,†sambung Rachma.
Selain Kim Jong Un, ada beÂberapa pemimpin maupun manÂtan pemimpin negara yang juga akan diberi penghargaan. RenÂcananya pemberian Soekarno Award akan digelar di Hotel BoroÂbudur pada 27 September 2015 mendatang. Seperti mantan PerÂdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad, mantan Presiden Kuba Fidel Castro, Hugo Chavez dari Venezuela, Raja Abdullah II dari Yordania, dan King Mohammed VI dari Maroko. Ada pertimbanÂgan tersendiri mengapa Yayasan Pendidikan Soekarno memberikan pengharhaan kepada tohoh-tokoh ini. “Pemimpin-pemimpin ini anti imperialisme, ini perlu apresiasi kita-kita sebagai negara pencetus KAA yang kemudian menjadi gerÂakan non-blok. Ini harus diapresiaÂsi. Kita harus jadi bangsa mandiri. Jangan keliru,†terang Rachma.
Lalu apakah Kim Jong Un dan tokoh-tokoh yang mendapat Soekarno Award akan datang ke Indonesia untuk menerimanya langsung? “Saya kurang tahu datang atau tidak, tapi kalau tidak (datang), perwakilan juga sudah cukup,†tutup Rachma.
Menurut Rachmawati, persoaÂlan bela negara tak bisa dibandingÂkan dengan persoalan pelanggaran HAM. Apapun disebutnya dihalalÂkan untuk membela negara. “NgÂgak usah jauh-jauh, sempat tentaÂra kita dianggap melanggar HAM, saya tolak, itu tidak betul. Dalam bela negara pada suatu situasi terÂtentu itu dibetulkan. Kepatriotan,†katanya.