Kota Bogor sering didapuk sebagai tuan rumah kompetisi drumband mulai dari tingkat Nasional hingga tingkat Asia. Namun ironisnya, kondisi pembinaan atlet di Kota Hujan masih jauh dari kata ideal. Embrio atlet drumband perlu dipupuk semenjak dini
Oleh : ADILLA PRASETYO WIBOWO
[email protected]
Usai didaulat menggeÂlar Kejuaraan Nasional (Kejurnas) Drumband Desember 2014 lalu. Kota Bogor kembali diÂpercaya untuk menjadi tuan rumah kejuaraan dengan skala yang lebih besar bersama dengan Kabupaten Bogor dalam even bertajuk South East Asia Drumband Competition (SEAMBC) 2015 yang baru saja usai.
Namun, bila menelisik lebih dalam, kondisi pembinaan atlet khususnya atlet drumband usia dini, tidak seindah gelaran yang kerap kali meriah dalam penyelengÂgaraannya. Kota Bogor masih minÂim dalam hal atlet drumband usia dini. Hal tersebut diungkapkan oleh Juri Nasional SEAMBC 2015, Lucky Jatikusumo.
“Saya terkadang suka merasa sedih bila melihat kompetisi drumÂband di Kota Bogor. Kita sebagai tuan rumah, namun tidak bisa merebut juara. Tim – tim drumband Kota Bogor masih kalah jauh denÂgan lawan lawan yang dihadapi. Ini menjadi pekerjaan rumah (PR) kita bersama untuk memperbaikinya,†katanya saat berbincang di Kantor BOGOR TODAY, Senin (1/9/2015).
Lucky menilai Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor dan Komite OlahraÂga Nasional Indonesia (KONI) Kota Bogor masih kurang memperhatiÂkan cabang olahraga (cabor) PersatÂuan Drum Band Indonesia (PDBI) Kota Bogor. “Perhatiannya minim sekali,†tukasnya singkat.
Namun, Lucky tak lantas meÂnutup mata. Salah satu tim DrumÂband Kota Hujan di kelas menengah memiliki kualitas yang cukup baÂgus, misalkan tim drumband milik Universitas Pakuan. Tim marching band TheMOB Fighter Universitas Pakuan toreh sejarah di kompeÂtisi Sout East Asia Marching Band Championship (SEAMBC) 2015.
Bertanding di nomor mata lomÂba drum battle, mereka berhasil menembus final di lapangan parkir Botani Square, Jumat (28/8/2015) malam. Namun sayangnya, di babak penentuan itu The MOB dikalahkan The Big Shell. Tim asal Thailand itu memiliki kelebihan pada permainÂan harmoni dan kekompakan. GerÂakan mereka pun sangat seirama.
Meski begitu, perjuangan anak-anak The MOB cukup luar biasa. Mereka melaju ke perempat final, usai menyisihkan tiga dari 11 peserÂta di mata lomba drum battle. Pada babak delapan besar, The MOB mengalahkan IYSB’83 Allstar DrumÂmer dari Filipina. Di semifinal, giliran Bahana Suara Garuda dari SMPN 1 Bogor berhasil disingkirkan. Sementara Big Shell harus melewati rintangan dari Al Hidayah dan Red Gate Percussion dari Indonesia.
Sasar Ekskul Sekolah
Lebih lanjut Lucky mengatakan bahwa perlu upaya segera dilakuÂkan penjaringan calon atlet usia dini serta mendatangkan pelatih drumband profesional yang meÂmiliki kualitas dan catatan prestasi dalam mengarsiteki tim drumband. “Kalau perlu Pemkot melalui Dinas Pendidikan (Disdik) menyisir tiap sekolah untuk membentuk ekskul drumband,†ujarnya.
Dengan begitu, lanjutnya, bisa diciptakan embrio tim-tim drumÂband yang berkualitas. Sehingga ke depan bisa unjuk gigi dan mengÂharumkan nama Kota Hujan dalam setiap kejuaraan yang diikuti. “Kuncinya itu kepercayaan dan memperhatikan setiap detil,†ucapÂnya.
Senada, Ketua Umum (Ketum) PDBI Jawa Barat ( Jabar), Gatut SuÂsanta juga menilai pembinaan atlet drumband di Bogor masih lemah. Banyak potensi di akar rumput yang tidak dikelola dengan baik. Ditambah dengan sarana dan prasaÂrana (sarpras) yang masih minim.
“Kalau beberapa sekolah yang memiliki ekskul drumband dikeÂlola dengan baik, serta sekolah – sekolah lain yang belum punya diberikan stimulan untuk membenÂtuknya. Saya pikir cabor drumband Bogor bisa berkembang pesat dan kita bisa berbicara banyak hingga di level internasional,†katanya. (*)