BANDUNG, Today – Kalangan pelaku industri bank perkrediÂtan rakyat di Jawa Barat meraÂsakan dampak dari pelemahan ekonomi saat ini yaitu seretnya penyaluran kredit, dari proyeksi tumbuh 15 persen pada tahun ini menjadi di bawah 10 persen.
Ketua Perhimpunan Bank Perkreditan Rakyat Indonesia (Perbarindo) Jawa Barat, Andi Gunawan menyoroti penyebab anjloknya kredit BPR tidak seÂmata faktor pelemahan kurs rupiah terhadap dolar Amerika, tetapi akibat pelemahan ekonoÂmi secara umum.
“Kami melihatnya ekonomi melemah. Pasar kami adalah pelaku usaha mikro, mereka saat ini kesulitan melakukan pengembangan usaha, Agak beÂrat untuk kredit, usahanya beÂlum bergairah,†katanya, Rabu (2/9/2015).
Lebih lanjut, dia menjelaskan para pelaku usaha mikro terseÂbut memilih tidak mengambil kredit ke BPR dalam mengemÂbangkan usahanya di tengah menurunnya permintaan atauÂpun daya beli masyarakat.
“Untuk berutang, mikir-mikir dulu. Utangnya mau dipakai apa atau dialokasikan ke mana. Dampaknya lepas kredit susah, NPL cenderung naik, jadi selanÂjutnya mempengaruhi laba,†tuturnya.
Andi memandang pelaku inÂdustri BPR di Tanah Priangan kini tinggal hanya bisa menumÂpukan harapan pertumbuhan bisnisnya, termasuk dalam perÂolehan laba usahanya, yaitu dari kredit konsumer.
“Dengan koreksi pertumbuÂhan penyaluran kredit dari 15 persen yang koreksinya menjadi di bawah 10 persen tahun ini, kami masih berharap pertumÂbuhan laba tetap dapat tercapai sekitar 15 persen,†ujarnya.
(Adil | net)