BOGOR, TODAY — Kabar tak sedap untuk ibu rumah tangga. Pemerintah Provinsi Jawa Barat merilis, harga rata-rata Gabah Kering Panen (GKP) di tingkat petani bulan Agustus 2015 naik 6,06 persen dari Rp 4.619 menjadi Rp 4.899 per kilogram. Khusus unÂtuk harga GKP terendah Rp 4500 terjadi di Kabupaten Bogor, sedangkan tertinggi Rp 5.900 dijumpai di Kabupaten Indramayu.
Begitu juga harga Gabah Kering Giling (GKG) di tingkat petani mengalÂami kenaikan 2,11 persen dari Rp 5.410 menjadi Rp 5.524 per kilogram dengan harga terendah Rp 5.250 di Kabupaten Majalengka dan tertinggi Rp 6.100 di Kabupaten Bandung.
Sementara harga gabah kualitas rendah naik 12,42 persen dari Rp 3.479 menjadi Rp 3.911 dengan harga terenÂdah Rp 3.100 di Kabupaten Sukabumi dan tertinggi Rp 5.400 di Kabupaten Indramayu.
Kenaikan juga terjadi pada harga beÂras yang terpantau dalam 82 transaksi di 35 kecamatan di 15 Kabupaten Jawa Barat. Pada Agustus, rata-rata harga beras di penggilingan sebesar Rp 9.289 atau naik 0,34 persen dibandingkan dengan Juli sebesar Rp 9.257.
Berdasarkan kualitas, harga beras premium naik 1,53 persen dari Rp 9.707 menjadi Rp 9.856 dan beras kualitas rendah naik 0,34 persen dari Rp 8.350 menjadi Rp 8.537. Sedangkan beras meÂdium turun harga sebesar 0,36 persen dari Rp 8.942 menjadi Rp 8.910.
Kasi Produksi Pangan Dinas PerÂtanian dan Kehutanan (Distanhut) KaÂbupaten Bogor, Irma Villayanti memÂbenarkan jika pada Agustus 2015 ini ada kenaikan untuk harga GKP sebesar 6,06 persen.
Menurutnya, harga terendah di Bumi Tegar Beriman mulai Rp 4.500 hingga Rp 5.000 sedangkan harga terÂtinggi mulai Rp 5.000 hingga Rp 6.000. “Memang ada kenaikan. Tapi GKP kita ada di harga Rp 4.500 kok. Sedangkan produksi GKP kita dari Januari hingga Juli 2015 sebanyak 352.642 ton. SedanÂgkan target pertahun produksi KabuÂpaten Bogor per tahun adalah sebanyak 553.924 ton,†ujar Irma saat dihubungi Bogor Today, Kamis (3/9/2015).
Sejak sepekan terakhir, harga beras di sejumlah pasar tradisional di Bogor memang naik. Kenaikannya antara Rp500–Rp1.000 per kilogram. Naiknya harga beras ini, disebabkan kekeringan di daerah sentra beras. Kekeringan ini, berdampak pada naiknya harga gabah di kalangan petani.
Arina (45 tahun), pemilik PD Beras Asri Pasar Parung, mengatakan, saat ini stok beras di gudangnya cukup melimÂpah. Akan tetapi, harganya naik. KondiÂsi itu, akibat mahalnya harga gabah di tingkat petani. “Setelah dicek ke lapanÂgan, harga gabah naik akibat kekerinÂgan yang melanda petani,†ujarnya, Kamis (3/9/2015).
Dengan naiknya harga gabah, otoÂmatis harga beras juga mengikutinya. Saat ini, harga beras termurah di kiosÂnya mencapai Rp 9.000 per kilogram. Padahal, sebelum naik harga beras terÂmurah hanya Rp 8.500 per kilogram. Untuk beras premium atau yang termaÂhal, saat ini Rp 11.000 per kilogram. Padahal, sebelumnya hanya Rp 10.000 per kilogram. Adapun stok beras saat ini, mencapai 10 ton. “Meskipun mahal, pembeli tidak perlu khawatir, karena stok berasnya sangat banyak,†ujarnya.
Menurutnya, harga beras ini dipreÂdiksi akan terus naik. Seiring, belum berakhirnya musim kemarau. Karena, saat ini banyak petani yang tanam padi. Akan tetapi, karena kekeringan tanaman tersebut gagal. Gagal tanam atau gagal panen ini, tentunya akan mendongkrak harga gabah menjadi mahal lagi.
(Rishad Noviansyah|Yuska Apitya)