Pengurus Daerah (PengÂda) Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI), Helmi Sutikna mengungkapÂkan bahwa budaya lokal pencak silat muÂlai tergusur olah arus globalisasi. Terutama di kalangan pemuda dan anak – anak.
(Adilla Prasetyo Wibowo)
BILA hal ini terus didiamkan, maka dalam satu generasi mendatang budaya lokal yang sarat nilai posiÂtif akan habis digerus budaya yang mengagungkan kebebasan dan menafikan norma sosial. “Maka dari itu, perlu ada langkah nyata yanh dilakukan,†tegasnya.
“Inilah arti penting digelarnya Festival Pencak Silat Bogor Today Cup I – 2015, kita tidak hanyabmemÂpertontonkan pertarungan adu jurus. Tapi lebih pada pengenalan budaya, dan pemilihan tempat di Botani Square supaya masyarakat kalangan menengah ke atas juga bisa melihat,†katanya.
Ungkapan kegelisahan Helmi senada dengan apa yang diungÂkapkan oleh Ketua Umum (Ketum) IPSI, Prabowo Subianto yang meÂminta agar pencak silat terus dileÂstarikan dengan cara mengajarkanÂnya kepada generasi muda.
“Makin tergerusnya budaya dan kesenian bela diri pencak silat oleh budaya asing hingga membuat genÂerasi muda mulai melupakan buÂdaya asli bangsa sendiri,†katanya.
Hal tersebut, menurut PraboÂwo, agar bela diri pencak silat tetap terpelihara hingga masa mendatang dan dapat membentuk jiwa ksaÂtria yang tangguh. “Harus kita akui bahwa sedikit demi sedikit generasi muda mulai melupakan budaya asli bangsa kita sendiri, salah satunya adalah pencak silat,†tuturnya.
Ia menambahkan, sudah menjadi tugas bersama untuk kembali menÂgangkat kebudayaan dan tradisi asli ini, agar bisa diperkenalkan kembali kepada mereka (generasi muda, red).
Dirinya mencontohkan, beberÂapa negara di Asia, seperti Jepang dan Korea yang berkembang pesat hingga menjadi negara maju karena terus memelihara kebudayaan asli hingga akhirnya bisa dikenal ke seÂluruh dunia.
“Kita harus mencontoh kedua negara tersebut karena mereka bisa bangkit dengan semangat ksatria yang dimiliki. Mereka sadar bahwa national building membutuhkan seÂmangat,†bebernya.