China dan Amerika Serikat,dua poros kekuatan ekonomi dunia. Betapa tidak, jika kedua negara teresebut melakukan suatu kebijakan, akan mempengaruhi pasar dunia, termasuk bursa saham dan mata uang
Oleh : Adilla Prasetyo
[email protected]
Jika selama ini isyarat keÂnaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat Federal Reserve memÂbuat pasar selalu waspada, kini posisi pengaruh sentimen ke pasar ‘disaingi’ dengan kondisi China. Kebijakan unÂtuk mendevaluasi yuan, meÂnyebabkan tertekannya mata uang terutama di emerging market.
Kemudian tekanan bursa saham China juga ikut menÂjadi sentimen negatif bursa global. Tidak ketinggalan harga komoditas. Mengingat China merupakan konsumen koÂmoditas terbesar di dunia. Jika perlambatan ekonomi China terjadi, maka akan menyeret permintaan komoditas.
Di saat kekhawatiran makin menekan pasar, pasar mesti menghadapi jadwal rapat the Fed pada 16 – 17 September 2015. Lagi-lagi penantian kaÂpan kenaikan Fed Rate dilakuÂkan,. setelah satu dasawarna tidak pernah berubah di level rendahnya. Namun kondisi jadi berbalik berubah, justru saat jadwal rapat Fed makin mendekat atau tinggal menÂunggu sepekan lagi.
Pasar bursa dan uang berÂgairah hari ini, setelah PernyÂataan Menteri Keuangan ChiÂna yang akan melaksanakan kebijakan fiskal untuk menÂdorong pertumbuhan ekonoÂmi. Pernyataan itu memberiÂkan euforia berlanjut di pasar, termasuk bursa saham dan rupiah di dalam negeri. Dunia tentunya melihat efek dua neÂgara tersebut terhadap pasar.
Di sisi lain, Presiden Joko Widodo menilai, industri perbankan saat ini masih dalam kondisi baik. Hal ini ditandai dengan rendahnya rasio kredit macet dan tingkat kredit yang terus bertumbuh.
Jokowi mengakui ada pelambatan penyaluran kredit menjadi 15%-16%. Dia mengingatkan perbankan agar tetap waspada terhadap kondisi ekonomi dan menjaga industri tetap sehat.
Sebelum membuka IndoÂnesia Banking Expo 2015, Jokowi sempat mengumpulÂkan sejumlah direksi perÂbankan. “Saya minta mereka blak-blakan soal kondisi perÂbankan,†ujar Jokowi, di JaÂkarta, Rabu (9/9/2015).
Banking Expo merupakan acara tahunan industri perÂbankan yang digagas oleh PerÂhimpunan Bank Bank Umum Nasional (Perbanas). Jokowi juga menekankan agar bank memperÂluas layanan keuangan infklusif.
Dalam catatanÂnya, saat ini baru 54% dari jumlah masyarakat yang memiliki akses terhadap perbanÂkan. Jokowi meÂminta industri perbankan mengejar 46% masyarakat lainÂnya, agar segera meÂmiliki akses terhadap perbankan resmi.