SIAPA yang kini tak mengenal brand Acer. Brand yang mengawali kesuksesan penjualannya dari perangkatkomputer, kini telah memiliki pasar yang lebih luas di perangkat laptop dan mobile. Perusahaannegara adidaya, seperti IBM, Apple, Hewlet-Packard, harus waspada dengan perusahaan teknolog di Asia. Salah satu perusahaan Acer yang dirintis oleh Stan Shih juga telah mampu bersaing dan mengibarkan bendera kejayaannya di pasaran teknologi. Seperti apakah kisah Stan Shih dalam membangun perusahaan Acer ini?
Oleh : Latifa Fitria
[email protected]
Seperti BOGOR TODAY kutip dari MaxManroe, Stan Shih kecil adalah seorang yatim yang hidup serba kekuranÂgan. Karena harus selalu membantu ibunda untuk berjualan telur, maka waktu bermain Stan Shih pun sirna. Setiap hari selepas sekolah Stan Shih harus menjajakan telur-telur ibunya.
Namun dari sinilah jiwa wirausaÂha Stan Shih mulai diasah dan tumÂbuh. Walau kemiskinan menyelimuti hidupnya, Stan Shih tetap berjuang untuk bisa bersekolah. Setelah SMA, dengan tekadnya itu, Stan Shih akhÂirnya bisa kuliah di Universitas NaÂtional Jiao Tong di Taiwan. Dari kamÂpus inilah pria kelahiran Taiwan, 8 Desember 1944 menerima gelar sarÂjana dan master di jurusan Teknik Elektro.
Setelah lulus Universitas National Jiao Tong, pria yang memiliki nama Shi Zhenrong ini kemudian menikah dengan Carolyn Yeh. Setelah meniÂkah mereka berdua sepakat untuk berbisnis dengan mendirikan MultiÂtech pada 1976. Pada tahun 1987 MulÂtitech kemudian diubah namanya menjadi Acer agar mudah diingat.
Dalam perjalannya, perusahaan yang berbasis di Taiwan ini mengÂhasilkan produk-produk seperti komputer, laptop, LCD, notebook dan smartphone. Meski merupakan produk Asia, namun saat ini Acer telah mampu menyaingi produk-produk merk ternama lain seperti IBM, Dell dan Hewlwett-Packard.
Sebuah kejutan terjadi di tubuh Acer saat sang pemimpin perusaÂhaan Stan Shih memutuskan untuk pensiun tahun 2004. Sebuah keÂjadian yang dirasa cukup aneh jika melihat tradisi pengusaha Tionghoa yang akan bekerja keras tak peduli sampai umur berapa hingga dirinya tak sanggup. Bagi Stan Shih pensiun dini memang sudah direncanakanÂnya dengan matang.
Selain ingin merubah hal tradisi pengusaha Tiongkok tersebut, Stan Shih juga ingin memberi kesegaran pada perusahaan dengan memÂberikan kesempatan pada generasi muda untuk mengembangkan peÂrusahaan agar terus bisa eksis dan menjadi yang terbaik. Menurutnya kaum muda memang memiliki kehaÂlian dalam menelurkan berbagai ide dan inovasi yang sangat dibutuhkan perusahaan untuk terus mengikuti perkembangan jaman.
Selama menjadi pemimpin peÂrusahaan, Stan Shih dikenal sangat toleran dan memperhatikan keseÂjahteraan karyawannya. Selain menÂganggap sebagai keluarganya sendiÂri, Stan Shih juga sering memberikan pembagian keuntungan selain gaji kepada para karyawannya.
Meski telah sukses dan hidup sangat layak, Stan Shih dan keluarga selalu menerapkan kesederhanaan. Gaya hidup Stan Shih yang sederÂhana ini memang diciptakannya unÂtuk mencerminkan gaya hidup orang Taiwan yang sederhana, santai, harÂmonis, kuat, dan humoris.
Berkat rintisan pengelolaan bisÂnis oleh Stan Shih, kini Acer telah menjadi perusahaan raksasa dengan pemasaran yang mencapai lebih dari 100 negara dan pekerja yang meÂlebihi 39 ribu orang. Dengan pemaÂsaran yang telah mencapai lebih dari 100 negara ini tak ayal kemudian jika pendapatan Acer mencapai 12,9 miliÂar dolar pada tahun 2012.
Beberapa tahun terakhir ini, pasaran Acer mengalami perubahan yang cukup menguntungkan dengan menurunnya permintaan di Amerika Utara namun meningkat drastis di Eropa. Hal ini diduga karena keikutÂsertaan Acer dalam mensponsori Tim Formula 1 Ferrari dan bekas tim F1, Prost Grand Prix.
Meskipun kini Acer telah menjadi perusahaan internasional namun mereka tak mau memindahkan kanÂtor pusatnya dari Taiwan ke AmeriÂka. Meskipun Amerika terkenal denÂgan pusat industri dan teknologi, namun tim Acer tetap memilih TaiÂwan karena ia sangat mencintai TaiÂwan.