JAKARTA, TODAY — GuberÂnur DKI Jakarta, Basuki TjaÂhaja Purnama alias Ahok kemÂbali mengundang kontroversi. Kali ini, Ahok mengusulkan pembubaran Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) kepada Presiden Joko Widodo ( Jokowi).
“Kemarin saya bilang ke Pak Jokowi, ‘Pak, kalau bisa, IPDN bubarkan saja. Untuk apa ada sekolah IPDN?’ saya bilang. Kalau masuknya juga enggak jelas, gimana tesnya, lulusnya gimana, itu hanya pembekalan korps,†kata Basuki, akhir pekan kemarin.
Menurut dia, untuk menghasilÂkan pegawai negeri sipil (PNS) yang baik dan potensial, pemerintah tidak harus menggembleng ala militer di IPDN. Bahkan, dia melanjutkan, peÂrusahaan swasta dan TNI/Polri mamÂpu menyediakan PNS yang baik.
Ketika memilih ajudan pun, Ahok mengatakan, ia tidak akan menunjuk alumnus IPDN. Sejak menjabat sebagai Bupati Belitung Timur, Ahok lebih memilih aparat kepolisian untuk direkrut menjadi ajudannya.
“Buat apa ada sekolah gaya-gaya militer seperti itu? Swasta mampu (menghasilkan PNS baik), untuk apa menggunakan seperti itu? Mohon maaf saja nih ajudan dari IPDN yang ada di belakang saya,†kata Ahok menoleh ke seorang PNS DKI alumnus IPDN yang berdiri memegang dokumen.
Kepada ratusan pejabat eselon, Ahok meminta mereka untuk menÂegakkan program lima tertib (5T). Tak hanya itu, ia meminta para pejabat, khususnya yang menjadi pamong, untuk tidak menjaga sesÂama alumnus IPDN. “Saya tahu nih ada (oknum) yang suka korps dan kumpul-kumpulin duit. Ya sudah, (IPDN) bubar saja deh. Saya enggak tahu pikiran beliau (Jokowi) apa, tetapi kalau menurut saya, (IPDN) enggak perlu ada,†ucap Ahok.
Sarang Titipan
Arif Rahman Hakim(23), jeboÂlan Fakultas Hukum Universitas Ibnu Khaldun (Uika) Bogor, juga menyebut, IPDN butuh penyegaran ekstra. Mantan calon praja IPDN ini mengaku pernah diminta duit untuk tembus tes lolos Panthukir Pusat di Sumedang, Jawa Barat. “Saya sudah tes delapan kali. Tes akhir di SumedÂang gagal. Saya sempat frustasi kareÂna mondar-mandir tes sana-sini,†kata pegawai lajang yang kini menÂjadi CPNS di Kejaksaan Agung (KejaÂgung), kemarin.
Arif juga mengakui jika selama proses tes panthukir, ia ditanya soal riwayat dan jabatan kepangkatan ayahnya. “Saya ditanya bapak PNS dimana. Punya keturunan camat atau tidak. Bapak saya kan cuma PNS biasa, pangkat juga rendah,†kata dia.
Siswati(46), orang tua Arif, menÂgakui jika saat puteranya mengikuti tes panthukir, ia mendapat pesan singkat dan telepon seluler terkait permintaan duit sebesar Rp250 juta untuk menjamin kelulusan menjadi praja. “Malam hari sebelum Arif diuÂmumkan tidak lolos, saya dan suami hanya bisa berdoa. Karena memang prinsip saya, tidak mau memakai jasa calo atau apapun,†ucap wanita yang saat ini menjabat Lurah PurwoÂdadi, Kecamatan Purwodadi, KabuÂpaten Grobogan, Jawa Tengah itu.
Sementara itu, salah satu manÂtan praja IPDN yang kini duduk menjabat di Kemendagri, Bambang Wijanarko, mengakui jika praktik percaloan di tes masuk IPDN meÂmang ada. “Tapi tidak semua. Ya, Ahok jangan sembarangan menÂgeneralisasikan semua sistem sama. Ini memang ada yang salah, tapi hanya butuh dibenahi saja, bukan dibubarkan,†kata dia.
Terpisah, Kasatpol PP Kota BoÂgor, Eko Prabowo, yang juga meruÂpakan mantan praja IPDN, menÂgaku, jika usul pembubaran IPDN adalah ide gila. “Itu Ahok harus beÂlajar lagi soal sejarah pembentukan IPDN,†ketusnya, singkat.
Usul Ahok inipun dianggap sanÂgat kontoversial dan beragam. “Kami cukup kaget ada seorang gubernur sampai melontarkan usul pembubaÂran IPDN. Pak Ahok mungkin tidak mengetahui, serta paham jejak seÂjarah berdirinya IPDN,†ujar Sekjen Ikatan Keluarga Alumni Pendidikan Tinggi Kepamongprajaan (IKAPTK), Arief M Edie dalam keterangannya di Jakarta, Minggu (6/9/2015).
Ia meminta Ahok membaca seÂjarah di mana IPDN diresmikan oleh Presiden Soekarno. Tapi ia memakÂlumi pernyataan Ahok tersebut asal bunyi karena bukan alumnus sehingÂga tak paham sejarah IPDN. “Meski begitu, itu adalah hak seorang Ahok berpendapat dan mengusulkan pembubaran IPDN. Tapi, sebagai alumni IPDN, kami sangat kecewa dan terluka dengan pernyataan itu,†sambung Arief.
(Rizky DewantarA|Guntur|Yuska)