PERMINTAAN Presiden Joko Widodo agar harga jual bahan bakar minyak (BBM) jenis Premium diturunkan, mulai berbuah manis. PT Pertamina menyatakan siap menanggung rugi demi memenuhi permintaan Presiden Jokowi tersebut.
ALFIAN MUJANI
[email protected]
Menurut Dirut PT Pertamina (Persero) Dwi Soetjipto, sepanÂjang kinerja perusahaan maÂsih bagus, Pertamina mampu menanggung kerugian dari penjualan bensin Premium. “Tugas Pertamina kan demikian, sejauh secara corporate masih memiliki laba dan potensi berkembang kan nggak masalah,†kata Dwi Soetjipto, ketika ditemui di Kemenko Perekonomian, Jakarta, Jumat (2/10/2015). Untuk tahun ini, Pertamina telah meraup laba sebesar USD 840 juta seÂjak Januari sampai Agustus. “Artinya, perusahaan masih bisa memikul beÂban yang ada. Tapi manakala kondisi (ekonomi) sudah membaik, kita berÂharap harga Premium bisa naik lagi,†ucap Dwi.
Dengan harga Premium yang saat ini dijual Rp 7.300/liter (di wilayah Jawa Bali Rp 7.400/liter) pun PerÂtamina sudah rugi. “Premium yang kita jual sekarang pada level di bawah tingkat keekonomian. Nanti akan kita lihat mana saja yang bisa kita turunkÂan,†ujarnya.
Sejauh ini, Dwi sendiri belum tahu biaya-biaya apa saja yang dapat diefÂisienkan supaya harga Premium bisa turun. â€Itu yang sedang dicari. Kita sudah berusaha untuk meningkatkan efisiensi,†katanya.
Meski demikian, Pertamina akan berusaha memenuhi keinginan PresÂiden Jokowi menurunkan harga PreÂmium untuk meringankan beban rakyat di tengah buruknya kondisi perekonomian nasional.
â€Kita kan tugasnya mengevaluÂasi kembali (harga Premium) dan sekarang sedang dilakukan kalkulasi, dihitung lagi opportunity kita melakuÂkan penghematan. Nanti kita lihat,†tutupnya.
Sebelumnya, Presiden Jokowi melakukan rapat terbatas persiapan Paket Ekonomi Jilid III. Saat membuÂka rapat, Jokowi meminta para menÂteri untuk menghitung apakah harga premium bisa diturunkan.
“Yang berkaitan dengan BBM diÂhitung lagi Pertamina. Silakan PerÂtamina, meskipun kemarin sudah diumumkan oleh Menteri ESDM, dalam keadaan negara membutuhkan tolong dihitung lagi, apakah masih mungkin yang namanya Premium itu diturunkan meskipun hanya sedikit,†ujar Jokowi.
Setoran Dividen Dikurangi
Untuk memenuhi permintaan Presiden Jokowi tersebut, Pertamina terus berupaya mencari cara agar harga BBM Premium bisa diturunkÂan. Salah satu usulan Pertamina agar permintaan Jokowi tersebut bisa teÂrealisasi, adalah penurunan setoran dividen.
“Turunin dividen bagusnya (suÂpaya harga Premium turun). Sebagai korporasi kita berharap demikian, tapi kan keputusan tergantung pemeÂgang saham (pemerintah),†kata Dwi Soetjipto.
Dwi meminta pengurangan dividen sebesar defisit yang ditangÂgung Pertamina akibat penurunan harga Premium. “Sebaik mungkin. Tapi kan kita harus memahami kondiÂsi negara,†ucapnya.
Namun, dia menambahkan, PerÂtamina tetap dapat menurunkan harga Premium sekalipun tak diizÂinkan mengurangi setoran dividen. Sebab, Pertamina masih mampu meÂraup laba sampai USD 840 juta sejak Januari-Agustus tahun ini. “Artinya, perusahaan masih bisa memikul beÂban yang ada. Tapi manakala kondisi sudah membaik, kita berharap harga premium bisa naik lagi,†ujar Dwi.
Menurut Dwi, Premium yang diÂjual Pertamina sekarang pada level di bawah tingkat keekonomian. ‘’Nanti akan kita lihat mana saja yang bisa kita turunkan,†tegasnya lagi.
Meski demikian, Pertamina berÂjanji akan berusaha mencari cara untuk memenuhi keinginan Presiden Jokowi menurunkan harga Premium demi meringankan beban rakyat di tengah buruknya kondisi perekonoÂmian nasional.
“Kita kan tugasnya mengevaluasi kembali (harga premium) dan sekaÂrang sedang dilakukan kalkulasi, dihiÂtung lagi opportunity kita melakukan penghematan. Nanti kita lihat,†tuÂtupnya.
Harga Premium Selama Rezim Berkuasa
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
1 Maret 2005
Premium : Rp1.810 -Â menjadi Rp2.400
Solar : Rp1.890 menjadi Rp2.100
1 Oktober 2005
Premium : Rp2.400 menjadi Rp4.500
Solar : Rp2.100 menjadi Rp4.300
23 Mei 2008
Premium : Rp4.500 menjadi Rp6.000
Solar : Rp4.300 menjadi Rp5.500