YERUSALEM TODAY – Israel memberi wewenang kepada kepolisian untuk me­nyegel lingkungan Palestina Timur pada Rabu (14/10/2015) dan akan menurunk­an tentara di jalan-jalan utama untuk mengatasi kekerasan yang terus menin­gkat di Yerusalem, dan Tepi Barat.

Malam pertemuan kabinet pada Rabu pagi, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu juga mengizinkan pencabu­tan hak residensi warga Palestina yang dianggap telah melakukan tindakan ter­orisme, sekaligus meningkatkan pem­bongkaran rumah pelaku serangan.

Sebanyak 30 warga Palestina dan tujuh warga Israel, termasuk anak-anak dan penyerang, tewas dalam dua min­ggu kekerasan yang termasuk penusu­kan, penembakan, serta tindakan keras aparat keamanan, mengingatkan pada Intifada Palestina di masa lalu.

Beberapa penyebab kekacauan di­antaranya adalah warga Palestina meliat warga Yahudi makin merambah kom­pleks Masjid Al-Aqsa di kompleks Kota Tua Yerusalem, yang merupakan tempat suci umat Islam dam Yahudi.

Ada pula frustrasi atas kegagalan upaya perdamaian dalam beberapa ta­hun terakhir, serta pembangunan terus-terusan permukiman Israel di Tepi Baray dan Yerusalem Timur yang diokupasi Is­rael dalam perang tahun 1967.

Banyak kekerasan sejak awal Ok­tober telah dilakukan oleh penduduk Yerusalem Timur, sisi didominasi Arab kota. Israel menganggap seluruh Jerusa­lem sebagai bagian integral dari negara, sehingga ancaman untuk menutup ling­kungan ada eskalasi dramatis dalam ke­polisian.

Namun banyak pengkritik Israel mengatakan bahwa penyegelan tak akan terlalu berpengaruh; mereka yang ber­niat melakukan kekerasan akan tetap menemukan jalan, sementara taktik keras dengan senjata malah justru akan memanaskan situasi.

Kelompok pemerhati HAM Hu­man Rights Watch mengatakan bahwa pendekatan itu—meski belum ditetap­kan—akan membawa kekerasan lebih lanjut.

(Yuska Apitya/net)

======================================
======================================
======================================