BOGOR, TODAYÂ – Mimpi PT Sayaga Wisata untuk membanÂgun hotel di kawasan Cibinong setelah mendapat penyertaan modal Rp 75 miliar dari PemerÂintah Kabupaten Bogor kemÂbali menuai kecaman.
Kini kecaman datang dari Perhimpunan dan Restoran Indonesia (PHRI) Kabupaten Bogor, yang mengungkapkan rencana PT Sayaga Wisata itu hanya akan menambah panas persaingan dalam bisnis perÂhotelan.
“Di Kabupaten Bogor, banÂyak hotel yang mau bangkrut. Lebih baik mengembangkan poÂtensi wisata lainnya ketimbang mendirikan hotel dan membuat persaingan makin runyam,†ujar Ketua PHRI Kabupaten BoÂgor, Agus Candra Bayu.

Candra menerangkan, dari 470 hotel melati dan berbinÂtang yang ada di Bumi Tegar Beriman, beberapa diantaÂranya mengalami kolaps akibat kehabisan modal usaha.
“PT Sayaga seharusnya berkaca pada hotel-hotel yang sudah dan mengalami kesuliÂtan. Jangan sampai sokongan dana dari pemerintah jadi terÂbuang sia-sia,†tukasnya.
Dirinya melanjutkan, untuk mendirikan sebuah usaha perÂhotelan, butuh orang berpenÂgalaman yang tidak dimiliki oleh semua orang.
“Lagipula uang segitu tidak cukup untuk membangun bisÂnis hotel. Kan musti beli lahan, belum perabotan dan gaji karyÂawannya,†tambahnya.
Agus menyarankan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) untuk menghubungi sejumlah hotel yang sudah berdiri tanpa harus membangun dari awal. “Kalau ini dilakukan, akan menguntungkan PT Sayaga dan pihak hotel,†kata dia.
Sementara itu, Direktur Utama (Dirut) PT Sayag Wisata, Supriadi Jufri mengungkapÂkan, membangun hotel dan mendirikan travel agent pariÂwisata sudah ada dalam kaÂjian akademis dalam perminÂtaan tambahan modal kepada Pemkab Bogor.
“Kan pemegang sahamnya Pak Sekda dari pemkab, nah kalau dari pemegang saham meminta kami untuk merubah, ya kami siap kok,†ujarnya saat dihubungi.
Dirinya menjelaskan, dari pengajuan tambahan modal sebesar Rp 150 miliar kepada Pemkab Bogor, pihaknya meÂmiliki enam proyek, diantaÂranya membangun kawasan bisnis terpadu, pengembagan UMKM, revitalisasi dan penÂgelolaan resto Riung Gunung, Setu Pemda, pengelolaan dua tempat wisata dan pengelolaan hutan wisata Tanjung Sari.
“Enam proyek itu akan kami kerjakan hingga tahun 2018 mendatang. Tapi ternyata, pemda hanya memberi Rp 75 miliar dengan beberapa proyek bisnis yang bisa ditutup denÂgan uang segitu untuk sekaÂrang ini,†kilah Jufri.
Kaitan dengan penyertaan modal awal sebesar Rp 4,5 miliar, Jufri menegaskan jika uang itu lebih banyak digunakan untuk biÂaya operasional PT Sayaga WisaÂta. Seperti sewa kantor, gaji karyÂawan dan beberapa ongkos yang berkaitan dengan operasional.
“Jadi bukan kami tidak berÂbuat apa-apa dengan Rp 4,5 miliar itu. Kan itu untuk opÂerasional awal. Tapi tetap kami pertanggungjawabkan kok. DeÂwan juga sempat menanyakan hal itu,†tandasnya.
Sebelunya Sekretaris DaeÂrah (Sekda) Kabupaten Bogor, Adang Suptandar, menetang rencana PT Sayaga yang akan membangun hotel. MenurutÂnya, dana itu tidak cukup unÂtuk mendirikan sebuah hotel meski hanya sebuah hotel binÂtang tiga. “Ya tidak akan cukup untuk membuat hotel mah. SeÂlain bangunan fisik, pengadaan lahannya juga kan tidak gamÂpang,†cetusnya.
Bahkan menurunya PemkÂab Bogor sendiri mendorong Sayaga Wisata untuk fokus membenahi sarana dan prasaÂrana yang berkaitan dengan kawasan wisata.
“Harus ada skala prioritas dalam menggunakan uang itu. Misalnya membenahi Curug Bidadari, Sentul. Intinya harus ada skala prioritasnya. Jangan bangun hotel,†pungkasnya.
(Rishad Noviansyah)