WASHINGTON DC, Today — Presiden Joko Widodo mengaku terinspirasi Steven Jobs, pendiri Apple Corporation, dalam memangkas perizÂinan di Indonesia. Menurut Jokowi, pemerintah IndoÂnesia sudah meÂmangkas perizinan usaha dari yang sebelumnya berbuÂlan-bulan menjadi hanya 3 jam saja.
‘’Seperti SteÂven Jobs, saya ingin membuat hal yang rumit menjadi sederhana. Jobs berhasil menyederhanakan produk elektronik hingga mudah digunakan,’’ ujar Presiden Jokowi dalam gala dinner di hadapan kalangan pebisnis dan pengambil kebijakan di kantor US Chamber of Commerce, Washington DC, AS (26/10/2015) waktu setempat atau Selasa (27/10/2015) dini hari.
Ada sekitar 250 orang pengusaha Negeri Paman Sam yang hadir di acara tersebut. LanÂtas Jokowi mengutip ungkapan terkenal dari Steven Jobs. “Membuat hal menjadi rumit adalah mudah, tapi membuat hal jadi sederÂhana adalah sulit. Si jenius Steve Jobs pendiri Apple membuat produk elektronik yang rumit jadi simpel dan mudah dipakai,†kata Jokowi.
Jokowi menambahkan, Indonesia saat ini sedang menjalankan reformasi ekonomi. ReÂformasi tersebut diperlukan untuk memperÂmudah proses dalam berbisnis.
Dia meminta kalangan bisnis bersabar karena proses reformasi ekonomi ini memerÂlukan banyak waktu. “Reformasi ekonomi adalah proses. Reformasi ekonomi butuh wakÂtu. Kita mungkin tidak bisa membenarkannya secara cepat, tapi kita harus terus mereforÂmasi dan meningkatkannya sehingga menjadi benar,†imbuhnya.
Presiden jokowi berkali-kali menyebut nama Steve Jobs sang pendiri Apple sebÂagai contoh sukses Amerika Serikat dalam mengembangkan bisnis ekonomi digital.
Sebelum Jokowi bertemu dengan US Chamber of Commerce, Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara sempat menemui mereka bersama dengan perwakilan dari ApÂple.
Pertemuan antara Rudiantara dengan US Chamber of Commerce dan Apple ini memÂbahas tentang kebijakan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) untuk smartphone 4G yang akan dipasarkan di Indonesia sejak 1 Januari 2017.
Dalam pembahasan tentang pengadaan 30% konten lokal, pihak Apple ternyata menawarkan untuk membangun pusat riset dan pengembangan (Research and Development/R&D) di Indonesia layaknya yang telah mereka bangun di Brasil.
Sementara dalam pertemuan dengan Presiden Barack Obama sebelumnya di Oval Office, White House, kedua kepala negara ini juga membahas tentang kerja sama bilateral untuk mengembangkan ekonomi digital.
Jokowi juga mengatakan bahwa Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki poÂtensi terbesar di dunia dalam ekonomi digital dan telah menetapkan ekonomi digital menÂjadi salah satu prioritas utama pengembangan ekonomi Indonesia ke depan.
“Saya mengajak Amerika Serikat untuk bekerja sama dengan Indonesia dalam hal ekoÂnomi digital,†ucap Jokowi seperti dilansir Tim Komunikasi Presiden, Selasa (27/10/2015).
Permintaan Jokowi untuk meningkatkan kerja sama bilateral tersebut mendapat samÂbutan hangat dari Obama. “Terutama perkemÂbangan ekonomi digital, merupakan peluang yang baik sekali di Indonesia,†sahut orang nomor satu di Negeri Paman Sam itu.
Namun sayangnya, Presiden Jokowi batal berkunjung ke Silicon Valley karena memutusÂkan untuk pulang lebih awal dari agenda lima hari kunjungan kenegaraan selama di Amerika Serikat demi meninjau langsung penanganan kabut asap yang kian mengkhawatirkan di SuÂmatera dan Kalimantan.
Sebelum pulang ke Indonesia, Jokowi juga telah menugaskan Menkominfo Rudiantara, Menteri Perdagangan Thomas Lembong, KeÂpala Badan Koordinasi Penanaman Modal Franky Sibarani, dan Kepala Badan Ekonomi Kreatif Triawan Munaf untuk menemui para bos besar teknologi di Silicon Valley.
Dalam kunjungannya ke Silicon Valley, selain dihadiri oleh keempat petinggi negara tersebut, ikut hadir juga para bos startup teknologi ternama asal Indonesia seperti NaÂdiem Makarim, Ferry Unardi, William TanuwiÂjaya, Andrew Darwis, dan Emirsyah Satar. SeÂlain itu, ada juga pegiat inkubator dan investor seperti Yansen Kamto dan Donald Wihardja.
Mereka dibawa untuk menunjukkan kepaÂda para komunitas teknologi di Silicon Valley bahwa Indonesia juga punya startup unicorn dengan valuasi di atas USD 1 miliar dan berÂniat menjadi jawara ekonomi digital di Asia PaÂsifik dengan cara menumbuhkan seribu digital entrepreneur yang memiliki total valuasi USD 10 miliar atau hampir Rp 150 triliun.
(Alfian Mujani|net)