Pelaku teror bom di Mal Alam Sutera, Tangerang, Banten berÂhasil diamankan aparat kepoliÂsian. Dia adalah Leopard Wisnu Kumala (29), programer IT di sebuah perusahaan swasta di Tangerang. Apa motif dan cara Leopard mendapatkan bom itu?
(Yuska Apitya/net)
BERDASARKAN data kepolisian, tersangka lahir pada 3 Agustus 1986 di Bangka Belitung. Pria yang sudah berkeluarga itu tinggal di Perumahan Banten Indah Permai, Serang. Sebelum di JMTI, dia bekÂerja di PT Masindo Utama sebagai networking operation center.
Tersangka merupakan lulusan Diploma STIKOM Insan Unggul jurusan Informatika komputer pada Fakultas Manajemen Informatika. Pada curriculum vitae-nya, tersangka mengaku bisa mengoperasikan jaringan internet, membuat dan mendesain web mengÂgunakan teknologi HTML.5, ASP. NET, MVC, CSS3.
Kariernya di bidang IT dimulai sejak tahun 2009, tepatnya 4 tahun setelah lulus kuliah, pasa sejumlah peruÂsahaan yang bergerÂak di bidang IT.
Kemampuannya di bidang IT memÂbuat polisi sedikit kesulitan melacak terÂsangka melalui alamat email yang diguÂnakan untuk mengirimkan ancaman dan pemerasan ke pengelola mal Alam Sutera. Bayaran yang diminta pun tak dilakukan menggunakan uang tunai, melainkan leÂwat bitcoin yang sulit dilacak. “Dia bisa menghilangkan jejak emailnya, emailnya anonymus,†ungkap Krishna.
Saat diinterogasi, Leopard buka suÂara tentang aksinya menebar teror bom, Ia mengaku sudah 4 kali melakukan aksi pengeboman di Mal Alam Sutera. PertaÂma, aksi peledakan bom pada 6 Juli 2015. Bom diletakkan di Food Hall Mal ternama itu. “Tidak meledak,†kata Leopard saat dimintai keterangan oleh Direktur KrimiÂnal Umum Polda Metro Jaya Kombes Pol Krishna Murti, Kamis (29/10/2015).
Taruh semprotan baygon? “Iya di kaleng Baygon,†jawab dia.
Hanya berselang 3 hari, Leopard beÂraksi lagi menaruh bom di toilet mal pada 9 Juli. “Yang masuk berita itu. Iya (di kamar mandi),†ujar dia.
Bom ketiga, Leopard meletakkan di tong sampah. “Seminggu sebelum hari ini. Sekitar tanggal 10 bulan Oktober di WC kantin tapi tidak meledak,†kata dia.
Terakhir, bom yang meledak pada 28 Oktober. Lokasinya di toilet kantin. LeopÂard mengaku membuat lima bom. Bahan-bahannya dibelinya di toko kimia.
“(Belajar) Dari Youtupe,†kata LeopÂard yang terus menundukkan kepalanya. “Itu pakai timer, settingnya bagaimana?†kata Krishna. “Kapasitor sama resistornÂya,†jawab Leopard.
Leo juga mengaku merakit 5 bom seorang diri. Ia merakit bom malam hari setelah istrinya tertidur. “Iya (merÂakit bom) sendiri, Pak. Saya cuma butuh keuangan,†kata Leopard saat ditanya oleh Direktur Kriminal Umum Polda MetÂro Jaya Kombes Pol Krishna Murti tentang aksinya, Kamis (29/10/2015).
Menurut Leopard, istrinya tidak mengÂetahui aksinya tersebut. “Saya rakit malam-malam. Setelah istri tidur,†ujarnya.
Leopard mengaku membawa dan menyembunyikan bom-bom rakitannya tersebut ke dalam kotak rokok. “Pakai koÂtak rokok,†kata Leopard.
Kepolisian menyatakan, bom yang dicÂiptakan Leopard adalah bom jenis TriaceÂton Triperoxide (TATP). Ini adalah bom jenis baru dalam sejarah kasus teror di Indonesia. “TATP ini adalah bom pertama kali terjadi di Indonesia. Ini yang menarik. Menggunakan chemical bom namanya,†terang Kapolda Metro Jaya Irjen Pol M Tito Karnavian kepada wartawan di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Kamis (29/10/2015).
Di negara barat, kasus bom menggunaÂkan TATP pernah terjadi dua kali yakni di MiÂami tahun 2001 dan di London tahun 2005.
“TATP di dunia terorisme dan antiÂterorisme pertama adalah shoe bomber yang digunakan tersangka bernama RichÂard Reigh, warga negara Inggris, yang beÂrangkat menggunakan pesawat dari Paris menuju Miami tahun 2001,†kata mantan Kadensus Polri itu. “Dia (Reigh) kemudian mau membakar sepatunya yang berisi TATP dan digagalkan,†tambah Tito.
Peristiwa kedua bom TATP terjadi di London tanggal 7 Juli 2005. “Hanya diguÂnakan 4,5 kilogram TATP terhadap bom di underground dan bom di bis London. Saat itu 52 orang meninggal dunia dan 700 lebÂih terluka,†lanjutnya.
TATP merupakan bom kimia yang sangat berbahaya karena tergolong high explosive yang memiliki sensitivitas tinggi terhadap suhu di atas 86°C, tekanan, geseÂkan dan elektronik. “Selain mudah dibuat, ini sulit untuk dideteksi. Contohnya, untuk masuk ke dalam pesawat bisa lolos X-Ray. Kasus TATP inilah kemudian dibuat kebiÂjakan khusus penumpang dilarang memÂbawa lebih 100 ml cairan masuk ke dalam pesawat, itu untuk menghindari bahan peledak TATP,†paparnya. “TATP juga sanÂgat mudah meledak tanpa memakai detoÂnator, cukup dengan panas dan gesekan. Kemarin juga saat ditemukan di kulkas (di rumah tersangka), sebagian serbuk TATP juga ada yang menimbulkan ledakan, tapi kecil,†tutupnya.