Masih relatif kuatnya pasar properti di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi dan Surabaya, membuat Ray White Indonesia optimis bisa meraih omset Rp 15 triliun tahun ini.
Oleh : Alfian Mujani
[email protected]
Menurut Country DiÂrector Ray White Indonesia Johann Boyke Nurtanio, sampai saat ini tiga area denÂgan transaksi properti paling besar ialah Jakarta, Surabaya, dan Bodetabek (Bogor, DeÂpok, Tangerang, Bekasi) yang berkontribusi sekitar 80% dari total penjualan perusahaan. ‘’Komposisinya ialah Jakarta 45%, Surabaya 15%, dan BoÂdetabek 20%,’’ katanya di JaÂkarta, Senin (2/11/2015).
Diakui, secara keseluruhan pertumbuhan penjualan menÂurun, namun perusahaan broÂker Ray White Indonesia tetap optimis bisa mencapai target omset sebesar Rp15 triliun.
Johann mengatakan, lesuÂnya pasar pada 2015 juga memÂbuat pertumbuhan penjualan Ray White hanya naik sekitar 10%, dari kondisi normal sebeÂsar 25% per tahun.
Dari target penjualan yang dipatok Rp 15 triliun tersebut, hingga September lalu Johann mengklaim realisasi penjualan sudah mencapai 80%.
Properti Sekunder
Adapun komposisi penÂjualan perseroan dari jenis properti primer dan sekunder hingga akhir tahun ialah 20:80. Rumah sekunder masih menÂjadi favorit konsumen karena harganya lebih murah. ApalÂagi dalam masa perlambatan, calon pembeli semakin berÂhati-hati dalam mengeluarkan dana.
Tahun depan, dia meyakini sektor properti akan berangÂsur pulih. Ray White Indonesia pun menaikkan target penjuaÂlan menjadi Rp20 triliun pada 2016.
Perlambatan ekonomi membuat investor semakin berhati-hati mengeluarkan biÂaya sehingga beralih membeli properti ukuran kecil dengan harga lebih murah. Johann mengatakan perkiraan alokasi dana investor properti ialah Rp3,5 miliar per tahun.
Bila sebelumnya investor langsung menghabiskan dana tersebut untuk satu transaksi, kini mereka memilih untuk membeli sejumlah properti dengan harga lebih murah.
Johann mengatakan propÂerti yang masih banyak menÂjadi incaran investor ialah apartemen unit kecil denÂgan harga Rp300 jutaan. Pasalnya, produk ini memiliki kemudahan cara pembayaran dan lebih mudah untuk dijual ataupun disewakan kembali. “Bisa dibilang sekarang trenÂnya (investor) beralih ke banÂyaknya transaksi, tidak lagi ke besaran nilai penjualan atauÂpun sewa,†tuturnya.
(Alfian M|net)